"Wah, sekolah ini sepi sekali!" Ujar seorang gadis yang sepertinya sedang berkeliling di sekolah barunya. Saat ini, memang masih jam pelajaran, tetapi suasana di luar begitu sepi, seperti sekolah yang tidak berpenghuni.
"Sekolah ini mengerikan sekali. Ah, kenapa sih mama memasukkan aku di sekolah yang menyeramkan seperti ini?" batin Miki sambil meneruskan langkahnya.
"Hi, Miki," Gadis itu merasa terpanggil namanya, segera menoleh ke arah orang yang memanggilnya.
"Hai, Miki," Salam sosok laki-laki di depan Miki dengan menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Miki hanya menatap kaget pada laki-laki itu, hingga akhirnya dia sadar lalu membalas jaabatan tangannya.
"Namamu siapa?" Tanya Miki frontal kepada laki-laki yang masih setia dengan senyuman manisnya.
"Oh, iya, lupa. Namaku, Liam Payne. Panggil aku Liam." Miki hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti.
"Miki, kau murid baru, kan?" Lagi-lagi Miki hanya mengangguk.
"Kau suka hal-hal yang berbau detektif?" Untuk ketiga kalinya, Miki hanya mengangguk, tetapi kali ini lebih bersemangat.
"Kau mau tidak bergabung dengan kami, Klub Detektif?" Tawar Liam dengan sedikit memasang muka penuh pengharapan.
"Oh, jadi kau menghampiriku hanya untuk menawariku masuk ke klubmu itu?" Tanya Miki secara blak-blakan. Beda sekali dengan Liam yang masih berbasa-basi tidak jelas.
"Bukan hanya itu, kok. Tetapi, kau berminat tidak masuk ke klub kami?"
"Oke lah. Lagipula sebelumnya juga aku sudah berencana untuk masuk ke klub itu," Jawab Miki senang.
"Wow, kebetulan sekali, ya! Ah, bagaimana jika kita langsung ke ruang klub?" Belum sempat Miki menjawab, Liam sudah menarik tangan Miki menuju ruang klub dengan sedikit berlari.
***
Semua mata memandang pada titik yang sangat mengerikan di depan mereka. Ada beberapa murid mundur dari barisan, lalu berlari menuju kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.
Gambaran di depan mereka memang begitu mengerikan, malah sangat mengerikan. Diantara banyak anggota Klub Detektif itu, tidak ada satupun yang membantu korban tersebut, mereka hanya menatap dengan jijik dan tidak percaya.
Tiba-tiba bayangan langkah kaki yang sepertinya dari seorang laki-laki mendekati apa yang ada di depan mereka. Dia adalah Zayn Malik. Tangannya menyentuh pelan tubuh korban. Kepalanya tertancap sebuah panah yang sepertinya sangat dalam. Darah dari kepalanya mengucur deras. Tubuhnya bermandikan darahnya sendiri.
"Niall." Zayn menatap nanar pada mayat temannya yang sudah seperti sahabat sehidup semati itu tergeletak tanpa nyawa di depannya.
"Guys, apakah kalian tidak mau menolong teman kalian sendiri ini? Apakah kalian sejahat itu?" Tanya Zayn dengan suara bergetar, dirinya berusaha terlihat tegar di depan teman-temannya.
Siswa-siswi yang awalnya berdiri, sekarang mulai membantu Niall yang sudah tak bernyawa itu. Tidak ada yang berani untuk melepas panah itu dari kepala Niall. Melihatnya saja sudah jijik, bagaimana jika harus melepas panah itu.
***
"Bagaimana Niall?" Tanya Miki setelah ia keluar dari kamar mandi menuju ruang tunggu. Sebelumnya, dia memang ke kamar mandi saat teman-teman yang lainnya mengantar Niall ke ruang UGD. Mungkin dia juga sedang mengalami masalah perut.
"Of course he died, Miki," Jawab Liam dengan lesu, tetapi senyumnya masih tersinggung dengan sedikit pemaksaan. Dia terlihat kuat di luar, tetapi dia rapuh di dalam.
"Where are the others?" Tanya Miki dengan mengganti topik pertanyaan.
"Membeli makan, mungkin," jawab Liam lesu. Badannya merosot sedikit demi sedikit.
"Oh." Miki langsung mendudukkan dirinya di sebelah Liam. Pikirannya penuh dengan pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Niall menjadi korban?
"Miki," panggil Liam yang masih lesu. Miki tersadar dari pemikirannya lalu menoleh ke arah Liam.
"Kita klub detektif. Apakah kita harus menyelidiki kasus ini?" Di dalam diri Miki, langsung terasa seperti sengatan listrik. Dia baru ingat jika ia bergabung dengan klub detektif.
"Pasti, Liam. Untuk apa ada klub detektif jika kita tidak menjadi detektif?"
"Kau benar juga, Miki. Sepertinya aku mengerti satu petunjuk," Ucap Liam secara misterius. Tanpa mereka sadari sisa anggota kelompok yang lain mendengar percakapan mereka, dan mulai mendekati mereka.
"Apa, Liam?" Tanya mereka serentak.
Tiba-tiba listrik di tempat itu mati. Semua panik, termasuk juga Miki. Mereka berusaha keluar dari ruangan, tetapi kaki mereka seakan terjebak oleh suatu yang kental. Mereka bertambah panik. Apa yang sedang terjadi sekarang?
Beberapa menit kemudian, listrik hidup secara tiba-tiba dan tidak sampai satu detik listrik hidup. Rumah sakit itu penuh dengan suara teriakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught (One Direction)
Teen FictionMurid baru di sekolah barunya yang mengerikan.