Sprei tempat tidur ini terangkat cepat ketika tangan itu bergerak keluar dari dalam kolong tempat tidur ini. Miki sudah menduga jika ini yang akan terjadi. Nyawanya akan menghilang seketika setelah ini. Beberapa kali ia mengucapkan doa sebelum ia akan benar-benar menghadap tuhan. Ia memejamkan matanya seerat mungkin, mencoba menghilangkan rasa takutnya.
"Miki, Miki," panggil orang itu dengan salahsatu tangannya memegang tangan Miki dengan cukup erat dan sedikit guncangan. Miki yang masih takut melihat akan sosok pengguncang lengannya itu, mempertahankan posisinya dan tetap menutup mata.
"Hei, ini aku, Miki. Apakah kau tidak mengenali suaraku?" Pertanyaan itu seakan membuat Miki kaget. Apakah ia benar-benar tidak mengenali suara yang memanggilnya sejak tadi? Miki mencoba memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan-lahan. Tubuhnya seakan terdorong ke belakang ketika melihat sosok yang memanggil namanya sejak tadi sedang menatap intens ke arah mata Miki.
"Kau siapa?" tanya Miki. Ia sungguh tidak mengetahui siapa yang berada di depannya itu. Rasa takutnya semakin membesar. Ia takut jika laki-laki itu adalah pembunuh yang berpura-pura mengenali Miki.
"Siapa? Kau benar-benar tidak mengetahui siapa aku?" tanya laki-laki itu dengan nada yang ikut bingung. Laki-laki itu pun mengeluarkan diri dari bawah tempat tidur. Matanya segera beradaptasi dengan lingkungan luar yang lebih terang. Miki yang melihat laki-laki itu keluar, pun mengikuti tindakan laki-laki itu tetapi dengan langkah yang jauh lebih lambat. Laki-laki itu pun langsung menatap ke arah Miki.
"Namaku Harry Styles, anggota senior dari klub detektif. Kau sudah seharusnya mengetahuiku sebagai seniormu," ucap laki-laki bernama Harry itu dengan nada sedikit angkuh. Tangannya dilipatkan ke dada. Matanya menatap tajam ke arah Miki yang menunduk dengan sedikit gemetar.
"Tadi aku kesini untuk menjemputmu. Anggota yang lain sudah pulang sebelumnya. Tinggal kau, aku, dan Zayn yang berada di sini," lanjut Harry lagi ketika mengetahui tidak ada respon samasekali dari Miki. Seketika hening diantara mereka.
"Oke, karena aku sudah muak dengan kebumkamanmu, ayo, kita keluar. Zayn sedang menunggu di luar," ajak Harry yang lalu berjalan ke arah Miki. Miki samasekali tidak berani menatap Harry yang ternyata mulai menggenggam tangan Miki. Miki merasa tidak nyaman dengan perlakuan Harry, ia takut diapa-apakan oleh si cowok keriting ini. Akan tetapi, prasangkanya ternyata salah. Harry malah menarik ke luar ruangan.
"Tunggu sebentar, pintu ini susah sekali ditutup." Miki langsung menoleh ke arah Harry yang mencoba menutup pintu itu dengan sekuat tenaga. Ia merasa aneh akan hal ini.
"Bisa kubantu?" tawar Miki ke arah Harry yang masih berusaha menutup pintu itu. Harry hanya menggeleng cepat, tanda ia tidak butuh bantuan. Miki pun pasrah dan menunggu Harry untuk menutup pintu.
Setelah cukup lama mencoba menutup pintu, Harry pun menyuruh Miki untuk memanggil Zayn yang berada di lobi rumah sakit untuk membantunya. Miki dengan sigap berlari menuju Zayn.
"Zayn!" panggil Miki dengan sedikit terengah-engah ketika sampai di depan Zayn. Ia langsung mengambil tempat duduk di sebelah Zayn. Zayn yang sejak tadi melamun, seketika tersadar, lalu menatap Miki dengan khawatir dan kebingungan.
"Apa? Apa ada sesuatu yang salah? Harry mana?"
"Dia berada di kamarku. Ia berusaha menutup pintu, tetapi tidak bisa," ucap Miki panik. Ia takut jika pembunuh itu akan datang ke pada Harry yang sendirian di sana, apalagi dalam kondisi yang sedang lengah. Miki takut jika Harry akan menjadi korban selanjutnya.
"Cepat kau ke sana. Aku sangat khawatir dengan Harry." Zayn pun mengangguk mengerti, lalu berlari menuju ke tempat Harry berada. Miki mencoba membersihkan perasaan buruk-buruknya dari dalam hatinya, ia hanya berharap kedua teman barunya itu akan selamat. Setelah mencoba sekuat mungkin untuk membersihkan pikiran buruknya, ia pun menyusul ke tempat Zayn dan Harry berada. Entah kenapa perasaan buruknya seakan kembali lagi. Ia mulai khawatir lagi dengan keadaan Harry dan Zayn sekarang.
Langkahnya sekejap terhenti. Suaranya seakan tercabut, sehingga ia tidak bisa berteriak samasekali. Air matanya turun bercampur dengan darah yang berada di bawah alas sepatunya. Tubuhnya seakan ikut kaku seperti sosok yang ia lihat di depannya. Dua orang yang baru saja ia kenal, sudah meninggalkan dirinya sendirian di rumah sakit ini.
Berbondong-bondong stuff rumah sakit berlari menuju dua orang yang sudah tidak bernyawa di depan Miki. Miki hanya terpaku dengan posisinya saat ini. Telinganya seakan tuli dengan teriakan stuff rumah sakit yang melihat kejadian ini. Mulutnya juga ikut membisu, tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang campur aduk saat ini. Tubuhnya seakan kaku, menegang, dan tidak bisa digerakan kembali.
"It is not real"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught (One Direction)
Novela JuvenilMurid baru di sekolah barunya yang mengerikan.