[4] - How Could It Happen?

124 13 2
                                    

...

Beberapa menit kemudian, listrik hidup secara tiba-tiba dan tidak sampai satu detik setelah listrik hidup, rumah sakit itu penuh dengan suara teriakan, tetapi hanya Miki yang tidak berteriak. Suaranya tercekat melihat kejadian yang berada di depannya. Matanya telah basah oleh air matanya yang mengalir semakin deras. 

"How could it happen?" tanyanya dengan suara bergetar. Ia tidak tahu pertanyaan itu ditujukan kepada siapa. Ia hanya mengeluarkan isi hati dan pikirannya.

Tubuhnya semakin menegang ketika melihat tim medis mengangkat Liam yang bermandikan darahnya sendiri, lalu dibawanya ke suatu tempat yang tidak ia ketahui. Matanya senantiasa mengikuti tubuh Liam yang semakin menjauh darinya.

"How could it happen?" tanyanya lagi dengan suara lirih. Tubuhnya semakin lemas ketika mengingat teman barunya, Liam meninggalkan dirinya dan teman satu klubnya.

"Miki!" panggil seseorang kepada Miki, tetapi Miki tidak menoleh. Ia malah menjatuhkan dirinya secara tidak sadar sebelum ada menimpanya.

***

"Kau tahu, ini pasti ada sebuah misteri," ujar seorang laki-laki berambut keriting kepada teman perempuannya di kantin rumah sakit yang begitu sunyi karena jam makan siang sudah lewat.

"Maksudmu?" 

"Ya, tidakkah kau merasa aneh? Setelah anak bernama Miki itu datang ke sekolah, satu persatu anggota klub kita mati. Mungkin saja dia menyamar menjadi murid baru di sini, lalu berusaha membunuh satu persatu anggota kita."

"Hei! kau jangan berburuk sangka dulu. Mungkin saja ini kebetulan dan dengan alasan apa juga ia berusaha membunuh anggota klub detektif?" jawab teman perempuannya itu dengan sedikit kesal. Jelas ia kesal karena Miki adalah teman barunya yang entah kenapa ia sangat nyaman berteman dengannya.

"Itu kan hanya perkiraanku. Bisa benar, bisa salah," bela si rambut keriting bernama Harry Styles. Teman perempuannya itu hanya mendengus kesal, lalu bermain dengan ponselnya.

Di lain tempat. Terlihat sosok Miki mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menjelaskan penglihatannya. 

"Dimana aku?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan melihat ke sekelilingnya. Tidak terlalu gelap dan sepi. Kakinya mulai ia turunkan dari tempat ia tertidur, lebih tepatnya pingsan. Belum sampai lima langkah, ia terhenti karena mendengar suara dari arah depan yang semakin mendekatinya. Jantung Miki berdegup sangat kencang, ia takut jika seseorang yang datang itu adalah pembunuh dari Liam dan Niall. Ia mencoba mencari cara untuk bersembunyi walaupun nantinya yang datang itu bukan pembunuh tersebut. 

Matanya menyapu sekitarnya dengan cepat. Mencoba mencari tempat persembunyian yang tidak akan dicurigai, tetapi ternyata ia terlambat, suara langkah kaki itu sudah sampai di depan pintu ruangan itu. Keringat dingin mulai mengucur deras di setiap inchi pori-pori kulitnya. Otaknya semakin ia peras untuk mencari jalan keluar, hingga akhirnya dia menemukan sesuatu tertangkap di pelupuk matanya.

Krek!

Suara pintu ruangan itu terbuka secara pelan dengan didorong oleh sosok yang berada di baliknya. Sosok itu berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara memasuki ruangan ini. Langkahnya secara pasti menuju ke sebelah pintu masuk. Tangannya seperti berusaha menggapai sesuatu yang berada di dekatnya dengan sedikit meraba-raba karena tidak ada cahaya samasekali di ruangan itu.

Klek!

Tiba-tiba lampu di ruangan itu menyala. Ya, orang itulah yang menyalakannya. Di lain tempat, di tempat persembunyian Miki, jantungnya berdegup sangat kencang setiap mendengar dan merasakan gerak-gerik orang yang memasuki ruangan ini. Nafasnya memburu, tetapi ia berusaha untuk menahannya dengan menutup hidungnya dan berusaha menenangkan diri. 

"Miki?" Tiba-tiba orang itu memanggil nama Miki dengan pelan. Tangannya mencoba mencari tempat persembuyian Miki. Miki yang berada di bawah tempat tidur, merasa semakin cemas dan takut. Suara yang memanggilnya tidak pernah ia kenali selama ia hidup 17 tahun ia hidup, ia beramsumsi bahwa sosok itu adalah pembunuh Liam dan Niall yang masih mencari korba lagi. 

"Miki, dimana kau?" tanyanya sekali lagi dengan sedikit keras. Miki merasa langkah sosok pemanggil namanya itu seperti sedang mendekatinya. Miki mulai berdoa sebelum akhirnya ia akan meninggal di tangan pembunuh itu. Tiba-tiba sebuah tangan besar mendarat di bawah tempat tidur, meraba-raba sejauh tangannya bisa jangkau. Miki yang melihat tangan itu langsung menegang dan berusaha menghindari tangan itu. Hingga akhirnya, tangan itu berhenti bergerak, lalu mulai ditarik kembali oleh pemiliknya, tetapi tiba-tiba tangan itu berhenti lagi. Ternyata nafas memburu Miki tidak sengaja menerpa kulit tangan tersebut. Dengan sigap, tangan itu keluar dari kolong tempat tidur, lalu meremas sprei tempat tidur tersebut lalu mengangkatnya dengan cepat. 

Caught (One Direction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang