Graha Rio Prakasa

59 4 0
                                    

Pulang....

Ku paksa Vanya mengantarku pulang, dia tak dapat menolak sebab tak tega melihat raut wajahku yang sengaja kubuat meng-iba.

"Iya iya bawel lo ah!" Sebutnya.

Hujan yang belum reda memaksa kami berlari cepat menyusuri deretan kendaraan yang terparkir, Vanya memarkir mobil jazz-nya di samping motor KLX milik Jono. Selang beberapa kilometer dari gerbang sekolah, ku berfikir untuk mencari referensi selain pulang ke rumah. Kembali ku paksa Vanya berbelok arah menuju Restoran The Oranye yang berhadapan dengan Hotel Mars di daerah matoa hijau. Kami tempuh perjalanan sekitar 5 menit

*****

Ku perintahkan Vanya untuk memesan satu camilan.

"Van gue cuma mau minum doang, lo pesen camilan gih!" Wajah Vanya terlihat murung. Kembali ku bicara.

"Muka lo biasa aja kali ga usah di jelek-jelekin lagi, lo kenapa? cerita ke gue, lagi bokek?"

"....." Dia mengangguk pela.

"Ya udah gue yang bayarin, gitu doang susah" murung diwajahnya berubah menjadi senyum gembira berseri. "Sono cepetan pesen, gue udah bayarin lo ya! sekarang giliran lo yang pesenin!"

"Iya tayang-kuhhh maacihh!" Sebutnya sambil cengar-cengir tak karuan.

"Isssh" decakku sembari menaikkan sebelah alis dan memanyunkan bibir.

Dipanggilnya pekerja restoran yang sedang membereskan piring-piring di meja bulat sebelah kami. Vanya memesan dua porsi kentang goreng dengan cincangan bawang putih goreng di atasnya, sadar diri dia telah menggaruk saku-ku hingga rata, akhirnya dengan berat hati dan perasaan tak enak Vanya hanya meminta air putih sebagai teman makannya. Aku sendiri memilih latte yang sangat cocok untuk udara dingin saat ini.

Menunggu pesanan tiba, ku pandangi rintik hujan yang semakin lama semakin deras, ku coba untuk membayangan sesuatu yang indah setelah melewati waktu-waktu sulit yang ku hadapi di sekolah tadi.

Rio.
Rio adalah orang yang langsung terlintas di benak-ku. Sedikit bercerita, Kami pertama kali bertemu di bundaran tugu pahlawan. Pada saat  itu aku dan tim seni sekolah sedang membagikan pamflet tentang perlombaan seni sekolah, aku sebagai ketua tim mau tidak mau melampirkan nomor ponselku sebagai contact person. Tiba-tiba muncul seseorang yang menarik satu pamflet di genggamanku dari arah kiri, orang itu mengenakan baju kemeja berlengan pendek dengan bercorak coklat muda, juga celana putih yang ku tahu merupakan seragam resmi SMA 3.

"Ini apa?" Sebutnya sambil mengangkat selebaran yang baru saja diambil.

"Itu pamflet..."

"Iya tau, maksudnya tentang apa"

"Lomba." jawabku singkat

"Lomba apa?"

"Ya mana bisa tau kalo ga dibaca!"

"Iya iya nih gue baca" Dia berhenti membaca, lalu terdiam sejenak dan tiba-tiba "Umm... Lo Diandra kan?" Tanya-nya membuat ku kaget.

"Ap-apa tau dari mana?" Ku akui nada bicaraku sedikit tinggi.

"Itu name-tag." Astaga! Aku lupa dengan name-tag yang kupakai dan beranggapan orang ini memang mengenaliku. "Hahahaha, nomor yang di pamflet jadi bener nomor lo?....Diandra." Lanjutnya. Ketika dia menyebut namaku suaranya berubah menjadi lembut, bibirnya sedikit tersenyum dan matanya diarahkan ke mataku. Dia terlihat menawan.

Love TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang