Tiga belas

65 6 7
                                    

Arla berdiri di bawah panas matahari dengan jengkel. Ia sudah menggunakan baju yang santai dan nyaman untuk dipakai.

"Mana sih si Aroon, lama banget." Arla menggerutu.

"Udah lama?" Tiba-tiba, seorang cowok dengan kaos hitam dan celana selutut datang. Aroon.

"BANGET!"

"Biasa dih, telinga gue sakit. Udah yuk langsung latihan aja."

Arla mengikuti Aroon yang berjalan menuju lapangan basket.

"Jadi gini, kalo misalnya mau masukin bola ke dalam ring, kamu dribble, kalo bolanya kamu pegang, gak boleh lebih dari tiga langkah atau travelling. Ngerti?"

Arla mengangguk-ngangguk.

"Yaudah nih coba," ucap Aroon. Ia melempar bola basket dari jarak jauh, Arla yang sedang melamun tidak sadar bahwa bolanya akan terkena dirinya kalau tidak sigap menangkap. Alhasil, bola itu mengenai kepalanya.

"ADUH SAKIT! Ih Aroon, kepala gue."

Aroon menyengir, sengirannya bikin Arla gemes.

"Siapa suruh ngelamun. Mana yang sakit?"

Arla cemberut, "Sakit semua nih kepala."

"Uh gemes, bibirnya biasa dong, mau dicium?"

"GAK!"

Aroon tertawa.

"Sini!" Aroon mengusap lembut kepala Arla.

"Modus ya," celetuk Arla.

"Terbalik kali, masih sakit gak?"

Arla menggeleng.

Mereka melanjuti latihan basket hingga matahari mulai meninggalkan jejaknya.

"Udah mau jam enam nih, pulang aja yuk. Gue anter," ucap Aroon.

Arla mengangguk dengan keringat yang membasahi wajah juga kaosnya.

Sungguh hari yang melelahkan.

"Makasih ya," kata Arla saat Aroon sudah mengantar Arla dengan selamat.

"Yo, besok jangan lupa latihan lagi ya. Gue gamau lo kalah."

Arla tersenyum, "Oke."

"Duluan ya."

"Hati-hati, jangan ngebut."

"Perhatian ya cie."

"Apa sih orang ngak juga."

"Malu ya. Udah gue balik ya."

Gadis itu melambaikan tangannya ketika mobil Aroon meninggalkan rumahnya.

Ia berbalik ke belakang lalu seketika terkejut melihat Arlin yang sedang menatapnya tajam.

"Abis dari mana lo?"

Arla mengangkat alisnya acuh tak acuh, dirinya sudah tidak peduli lagi dengan adiknya, ia sudah cukup geram dengan sifat adiknya ini.

"Urusan lo apa?" Arla menabrak bahu Arlin keras kemudian berlalu dari hadapannya.

Sedangkan Arlin menatap Arla lenuh kebencian, "Hish, belagu, liat aja nanti."

Arla masuk ke dalam kamarnya, ia membuka kaosnya meninggalkan tanktop.

Ia berbaring di kasurnya, menatap langit-langit kamar.

"Cape banget."

"Sadar gak sadar, gue udah menjerumuskan diri ke sesuatu yang namanya cinta. Berabe bener kalo gue beneran suka sama itu cowok."

Im Falling in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang