Cinta?
Mungkin orangnya sudah ada di dekatmu, tapi kau tak menyadarinya.
.
.
Happy reading and enjoy! :)
.
.
.
Teng! Teng! Teng!
Bel masuk berdering nyaring. Seketika para murid yang sedang berjalan di koridor berlari menuju kelas mereka masing-masing. Ada yang merutuki kenapa bel cepat sekali berbunyi padahal ini masih jam tujuh, karena biasa masuk pada jam setengah delapan.
"Ck! Aku lupa membawa baju olahraga, Pak Dharma pasti akan marah," decak kesal pemuda yang bernama Dodi sambil berkacak pinggang setelah membongkar isi tasnya.
"Nata, apa kau mau temani aku?" Tanya Dodi dengan nada pengharapan kepada sosok Nata yang sedang sibuk dengan isi tasnya.
Pemuda yang di panggil itu menoleh ke arah Dodi yang sedang menampakan puppy eyes-nya. Nata hanya membatin, ia tahu maksud Dodi. Dodi berharap akan bolos bersamanya dan itu membuat Nata muak. Nata mengeluarkan seragam olahraganya dan itu membuat Dodi membatin.
"Pinjam dengan kelas sebelah saja," kata Nata sambil berjalan menuju luar kelas. Maksudnya, untuk berganti baju. Tidak mungkin, kan Nata memakai baju di depan para gadis?
"Mei, kau tak membawa baju olahraga?" Tanya Indah saat melihat raut wajah Mei kusut. Hei, tidak mungkin hanya karena tidak membawa baju olahraga wajah bisa kusut seperti itu. Sepertinya Mei sedang sedih.
"Begitulah," jawab Mei santai. Terlihat dari wajahnya Mei memang benar-benar tidak ada mood untuk mengikuti pelajaran olahraga. "Indah, aku putus dengan Faris. Dia merasa aku tidak perhatian padanya. Menurutmu bagaimana, Indah?" Tanya Mei. Ooh .. rupanya itu yang membuat Mei kehilangan staminanya.
Indah diam menatap Mei yang sedang menatap meja dengan pandangan kosong. Indah sudah lama mengenal Mei sejak ia sekolah dasar. Mereka berdua sudah seperti saudara, saling berbagi satu sama lain. Bedanya, Indah lebih peka perasaan dari pada sahabatnya itu. Karena itulah Mei sering curhat perihal cinta pada Indah.
"Entahlah, aku bingung padamu. Coba kau pikirkan, bulan ini sudah berapa pria yang kau kencani dan kenapa kalian putus dengan alasan yang sama?" Indah suka memberi petunjuk yang sangat rumit pada Mei sehingga Mei selalu mengabaikan nasihatnya. Yang ini pun sama, karena merasa tak penting, Mei mengeluarkan botol minumnya. Hendak meninggalkan kelas.
"Kau tanyakan saja pada dirimu sendiri. Kau yang lebih mengerti pada perasaanmu, Mei!" Ujar Indah sambil menyusul Mei. Mei mendelik pada Indah dan seketika berterima kasih di dalam hatinya karena Indah akan menemaninya membolos.
Bruk!
Seseorang secara tak sengaja menabrak Mei dan Indah sehingga punggung mereka menyentuh dinding. Mereka berdua melenguh sakit dan kemudian hening beberapa detik sampai Mei dan Indah melihat ke arah pelaku yang tak lain adalah Nata yang sedang membawa baju gantinya.
"Oh-hai!" Sapa Nata sambil tersenyum cerah seperti biasanya, ramah. "Maaf, aku tidak se-"
"Hei, nada bicaramu seperti tidak terjadi apa-apa. Setidaknya minta maaf dulu baru basa-basi," sahut Mei memotong pengakuan Nata, lalu berjalan menjauh. Sial. Kalau Mei sedang marah pasti sangat merepotkan. Sebenarnya bukan kebiasaan Mei marah-marah di pagi hari, mungkin pengaruh mood-nya atau Mei sedang PMS?
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Between ✓
RomanceAda banyak hal yang telah terjadi dan masih banyak hal yang akan terjadi dalam kehidupan ini. Namun saat ini, apa yang sedang menghampiri hidupmu? Cinta kah? Teman? Sahabat? Musuh? Ataukah jodoh? Kebahagiaan kah yang saat ini kau rasa? Kesedihan kah...