I

1 1 0
                                    


-Elsa POV-

"Lo!" ucap gue serentak dengan makhluk yang ada di hadapan gue!

"Kok lo bisa disini?" tanyanya. Dia bego atau gimana ya.

"Ini rumah gue. Harusnya gue yang tanya. Lo ngapain kesini?" tanya gue balik.

"Ohh ini rumah lo. Gue sih di ajak mama gue kesini. Jadi ya gue ikut aja." jawabnya santai tapi bentar. Tadikan kata mama orang yang mau nikah sama gue bakal dateng jam 8, dan sekarang sudah jam 8. Berarti...! OMG!!!

"Mama?" tanya gue menghadap mama gue. Dan mama pun seolah bisa membaca raut wajah gue.

"Iya ini nak Rey, yang mama bilang tadi sore itu lohh El." jawab mama dengan cengar-cengir. Huhh

"Terus hubungannya apa?" tanya gue gak ngerti.

"Udah mendingan kita makan dulu. Nanti kami jelaskan." jelas papa gue.

***

"Jadi maksudnya apa pa?" tanya gue gak sabaran.

"Yah kamu El gak sabaran banget deh. Ini nasi aja belum turun juga." jawab papa gue.

"Papa sih buat El pernasaran!"

"Iya udah papa jelasin. Gak usah manyun gitu dong. Kan jelek jadinya."

"Emang si El udah jelek om gak manyun juga!" jawab makhluk abstrak disamping gue-Rey-

"Lo ngatain gue? Emang situ ganteng apa?!" ucap gue berapi-api.

"Siapa juga yang ngatain lo. Gue mah dari lahir emang udah kaya gini. Ganteng!" ucapnya songong.

"PD amat lo. Modal tampang aja bangga!"

"Siapa bilang?! Lo lupa kalau gue juara umum di sekolah?" mampus kalah telak gue.

"Terus gue harus bilang apa? Waaww getohh! Iiiuhh!"

"Udah kalah lo. Mending lo diem! Dasar anak alay."

"What? Al--"

"Udah dehh kalian mau nikah juga, masih aja berantem. Kaya anak kecil aja!" seru papa gue.

"Siapa yang mau nikah coba pa. Orang akunya aj--- WHAT? NIKAH?" ucap gue sadar dari ucapan papa.

"Iya kalian mau nikah satu minggu lagi." seru papa semangat.

"WHAT???" ucap gue dan Rey terkejut.

"Kami sebagai orang tua gak terima penolakan ya!" ucap om Roy-papa Rey-

"Yah om kami kan baru aja lulus SMA masa mau langsung nikah sih. Emang Rey mau kasi aku makan apa coba?"

"Makan nasi lah El. Masa mau makan batu. Rey juga kan bakal kerja di perusahaan. Jadi ada deh uang masuk ke kalian. Masalah itu nak El gak usah khawatir. Semua terkendali."

"Tapi kan pa ak--" ucap Rey terpotong oleh mamanya.

"Gak ada tapi-tapian Rey. Rey udah janji sama papa dan mama dirumah tadikan? Gak bakal nolak apa pun kemauan kami. Jadi sebagai lelaki sejati kamu harus tepati janji kamu itu!" seru tante Amel-mama Rey-

"Yaudah gimana baiknya aja deh. Rey ikut." yahh ni anak bukannya nolak malah pasrah. Ini bukan tunangan yang bisa di batalin setiap saat! Ini pernikahan. PERNIKAHAN! Dan gue mau dalam hidup gue itu cuma sekali gak lebih dan gak kurang.

"Yaudah jadi pernikahan kalian satu minggu lagi ya. Kalian tinggal ikutin prosesnya aja kok. Kami akan mengatur semua prosesnya. Oke?" seru mama gue.

"Oke," jawab gue dan Rey malas.

"Gue mau ngomong sama lo, di belakang!" seru Rey disamping gue. Gue pun pamit dengan mama yang dibalas dengan anggukan kepala yang bertanda iya. Dan disinilah gue di taman belakang rumah gue dekat dengan kolam renang.

"Jadi lo mau ngomong apaan? Udah lumutan gue disini. Dan lo belum ngomong juga!" seru gue kesel.

"Sabar dikit kenapa sih!" jawabnya sedikit kesal juga.

"Lo kelamaan! Dingin tau gak! Kalau lo gak ngomong juga mending gue masuk aja deh!"

"Iya-iya gue ngomong!"

"Apaan?"

"Gue terima pernikahan ini semata-mata hanya tepatin janji gue ke orang tua gue. Jadi lo jangan harap yang lebih dari gue. Kita akan melewati hari-hari kita seperti biasanya. Yang beda palingan gue kasi lo uang belanja dan tinggal di apartement gue. Urusan gue lo gak usah ijut campur dan begitu pun sebaliknya." ucapnya panjang kali lebar.

"Udah segitu doang? Gue mah udah kepikiran kali kalau yang itu. Lo pikir gue ikhlas gitu nikah sama lo. Gue cuma gak mau orang tua gue kecewa sama gue. Itu alasan gue. Jadi alasan kita sama. Gak ada perasaan yang lebih dan kurang. Cukup jangan buat orang tua kecewa doang."

"Bagus deh kalau kaya gitu. Jadi gue gak payah kedepannya."

"Woles aja kali. Lagian kita mulai ini juga gak ada pake perasaan apa-apa hanya sebatas janji semata. Jadi gak usah terlalu di pikirin lah!" ucap gue. Tapi gue gak yakin kedepannya bakal gimana. Soal perasaan bukan gue yang ngontrol. Jadi gue gak bisa apa-apa.

*****

All Without LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang