bastard

9.9K 311 7
                                    

Leo sudah mencari kemana-kemana. Ke setiap ruangan, dan balkon dia periksa. Tapi bahkan hingga pesta selesai, dia tidak menemukan atna dimanapun.

"Sial,," Leo berusaha menghilangkan firasat buruk yang sedari tadi mengganggunya.

Atau dia sudah pulang duluan?  Leo berjalan mondar mandir di ruangannya gelisah. Sampai ia melihat Karla dengan pakaian rapih akan pergi lewat di depan ruangannya yang sengaja ia buka.

"Kak!" Leo menyusul Karla yang sudah akan menuruni tangga.

"Oh, leo. Ada apa? Aku kira kau masih berjalan galau tadi di ruangan mu"

"Itu tadi. Apa kaka melihat atna semalem?" Tanya leo cepat.

Karla mengernyitkan dahi. "Bukannya semalem kalian ngumpul bertiga?" Tanyanya bingung.

"Bertiga?" Leo balik menatap atna bingung.

"Ya, niel teman SD kalian bukan?"

"Niel?!" Teriak Leo panik. "Kakak mengundang Niel semalem?"

"Tentu saja. Dia termasuk rekan bisnisku bukan?" Ucap Karla santai. "Btw, mengapa kau tidak kembali tinggal disini bersamaku? Aku butuh kau untuk mengatur perusahaan,"

"Nanti. Aku masih punya urusan lain yang harus ku bereskan," jawab leo geram menahan amarah.

Karla menatap punggung leo yang masuk ke ruangannya sambil membanting pintu. "Aneh, apa yang salah?" Tanyanya bingung.

Sampai kapan Leo akan tinggal di villanya sendiri? Mengurusi perkebunan milik ibu yang bahkan seharusnya sudah jatuh bangkrut sejak 2 tahun yang lalu.

Dia gak habis pikir pada Leo yang masih berusaha menjalankan perkebunan tua itu. Mengapa harus repot mengurus kebun jika kau punya perusahaan besar yang harus diurus.
.........................

"Ukh,," atna merasakan badannya remuk saat berusaha bangkit dari kasur-nya?!

"Kyaaa!" Jeritnya kaget saat menyingkap selimut dari badannya. Dia telanjang, dan ada bercak darah di... Matanya mulai berair.

Atna menggeleng, tak mungkin. Apa yang terjadi sema-

Niel, cowok Playboy itu. Atna meremas selimut yang ditariknya kembali untuk menutupi tubuhnya. Sialan,

Dia hanya ingat memakan mie, setelahnya? Dia gak ingat.

"Shit," atna berusaha tak menangis histeris. Tidak, dia tak mau menangis disini.

Tapi, apa yang harus dilakukannya sekarang? Atna menatap dress-nya yang tergeletak sobek di lantai.

"Kau sudah bangun?" Niel muncul dengan senyum sumringah di wajahnya.

"Sialan Lu Niel, dasar Playboy, cowok brengsek emang y lu!" Maki atna benci.

Niel tertawa. "Gua rasa lo cuman ngomong kotor gitu ke gua ya at,,"

"Diem lu. Jangan deket2," ancam atna kesal.

"Cuman mau ngasih lu pakaian, habis itu ayo kita sarapan" Niel melempar tas belanja ke kasur nya.

"Keluar gak?!" Teriak atna geram.

"Woah,," Niel mengangkat kedua tangannya sigap. "Jangan begitu, kau terlihat makin cantik at,,"

"Keluar!"

Niel terkekeh sambil menutup pintu. Membiarkan atna sendiri yang masih bergumam memaki dirinya.

"Ah.." Niel memegang dadanya. "Gawat, gua deg deg-an beneran," ucapnya kalut. Sudah lama dia gak merasakan perasaan begini.

"Niel," suara mendesah itu memeluknya dari belakang. "Kangen,,"

"Apaan sih Ri,," Niel membiarkan tangan ria yang turun ke juniornya.

"Kau tegang?" Tanya ria senang. Dia tau Niel tegang bukan karena dirinya. Tapi bagi dia, ini saat yang tepat untuk bermain. "Biar aku bantu," tarik ria cepat ke kamarnya.

Ria mengunci pintu. Membuka semua bajunya dan menatap Niel yang hanya melihatnya datar.

"Ada apa Niel?" Ria merentangkan tangannya mengundang. "Kau tidak mau?"

Niel masih berharap di depannya adalah tubuh atna. Dia membayangkan bagaimana dia mencoba setiap gaya untuk seksnya nanti.

"Ayolah Niel,," ria membuka celana pria di depannya yang masih diam. Jika Niel gak mau memulai, biar dia yang merangsangnya.

her my obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang