5

36 1 0
                                    

"Gina!, kamu dari mana sih?, jam pertama gak masuk!" todong Maya, begitu melihat Gina melangkah masuk kelas di jam istirahat dengan tas gendong masih nemplok dipunggungnya. Maya segera menggandeng sahabatnya untuk duduk di kursinya. Sementara teman-teman yang lain mulai sibuk dengan spekulasinya.

"Katanya tadi kamu berantem sama Fery?, trus kamu nekat ikut bolos sama dia?, apa-apaan sih?!"

Gina merasa, pertanyaan itu bukan hanya dari Maya, tapi juga dari seluruh teman-temannya atau mungkin seluruh siswa di sekolah itu, yang suka kepo dengan urusan orang lain.

"Ngomong dong Gi, biar jelas?, apa yang terjadi sama kamu?, kamu gak apa-apa kan?"

"Aku baik-baik aza May... gak apa-apa..."

"Tapi kok kamu jadi diem gini sih?, beneran gak apa-apa?"

Gina mengangguk.

"Aku ke kantor dulu ya" ujar Gina, lalu bangkit meninggalkan Maya dan teman-temannya yang menatap dengan pandangan bingung. Kenapa sih tuh anak?.

Setibanya di kantor (ruang guru), Gina segera mendatangi meja Pak Widodo. Syukurlah, beliau ada ditempat.

"Permisi pak..." Gina menyapa, sopan.

Pak Widodo yang sedang fokus pada surat kabar yang dipegangnya, segera menoleh. "Eh kamu?, ada apa ya?" ujarnya lalu meletakkan koran di meja.

Gina sedikit gemetar, padahal sudah beberapa kali ia berhasil mewawancara beliau, atau juga guru yang lain, tapi kali ini debaran di dadanya terasa lebih keras, "Mmm... gini pak... bisa bicara sebentar, ini tentang Fery, siswa kelas XI IPA 2...."

"Ohh iya, Fery ya... yang tukang bolos itu... ok ok, ada apa sama dia?, hari ini bolos lagi kan?"

Gina mengangguk.

"Duduk... duduk... duduk dulu..." Pak Widodo menyilahkan Gina duduk di kursi yang tersedia di seberang mejanya

"Makasih pak" Gina pun duduk di kursi itu.

"Gimana... gimana... si Fery itu gimana tadi?"

Gina mengatur nafas terlebih dahulu, sebelum bicara, "gini pak... hari ini Fery memang bolos, tapi itu bukan keinginannya, sayalah yang membuatnya bolos..."

"Maksud kamu?" kening Pak Widodo tampak berkerut, sepertinya beliau belum mengerti yang dibicarakan Gina.

"Jadi gini pak, bapak ingat beberapa waktu yang lalu, bapak mengejar seorang anak yang larinya cepet, ke belakang, dekat toilet..."

Pak Widodo mendengar penuturan Gina, kepala beliau manggut-manggut, sepertinya sudah menemukan file itu di memorynya.

"Terus?"

"Anak itu Fery kan Pak?"

Pak Widodo mengangguk lagi, "ya... ya... jadi...?"

"Iya pak, sebenernya saya tahu anak itu lari kemana, tapi waktu itu Fery bilang, saya jangan kasih tahu bapak, saya menurut, maafkan saya ya pak..."

"Trus hubungannya sama kamu nyuruh dia bolos...?"

Gina menghela nafas.

"Waktu itu Fery nubruk saya, dan bukunya jatuh, tapi karena dia buru-buru, jadi gak sempat ngambil buku itu... lalu, buku itu saya ambil, niatnya mau dibalikin, tapi karena kesibukan di kegiatan ekstrakurikuler, saya jadi lupa dan bukunya ilang..."

Pak Widodo masih mendengar dengan seksama.

"Saya baru tahu kalau ternyata buku itu adalah buku tugas kimianya yang harus dikumpulkan hari itu juga, dan saya juga baru tahu kalau ternyata dia harus bolos di jam pelajaran kimia, karena dia tidak mengumpulkan tugas itu..."

Cinta dan Tugas KimiaWhere stories live. Discover now