Chap. 2

9.6K 1K 166
                                    


"Ah, kenapa tampan sekali sih?" gumam Jaemin. Suasana ribut kantin saat itu tidak mengalahkan fokusnya pada seseorang yang ia perhatikan sedari tadi.

Haechan yang membawa nampan berisi hamburger dan juice mendudukkan dirinya di kursi di hadapan Jaemin.

"Aku? Thanks loh min, tapi aku sudah tau dari dulu."

"Aish, bukan kau! Lagian ngapain memujimu seperti itu? Aku sedang berbicara mengenai Mark Lee sunbaenim!"

Haechan langsung membalikkan punggungnya menghadap subjek yang Jaemin maksud, lurus mengikuti arah mata Jaemin, sekitar lima meja dari mereka.

Mark Lee. Murid pindahan kelas dua, setahun lebih tua dari mereka. Dia memang menarik, wajahnya tampan dan gayanya oke. Ditambah lagi dia berasal dari Kanada, kemampuan bahasa Inggris-nya keren sekali. Dan oh, tak lupa dengan bakatnya dalam bidang olahraga, yang sanggup membuat lapangan basket yang tadinya sepi kini selalu ramai dengan orang-orang yang ingin melihat dirinya.

Menarik sekali bagi Jaemin, namun Haechan dengan santainya menyuap satu french fries miliknya, "Dia memang menarik, tapi tidak terlalu."

"Oh ayolah, bagaimana 'tidak terlalu'? Apa yang tidak bisa ia lakukan Haechan-ah?"

Haechan memutar matanya jengah, bosan dengan kalimat itu. Tapi tak lebih jengah dari seseorang yang sedari tadi - bahkan sedari dulu- setia duduk di sebelah Jaemin.

Haechan rasanya paham betul apa yang dirasakan Jeno. Lelaki berambut hitam itu mengunyah ramen-nya dengan muka sebal. Namun seorang Jaemin tidak menyadari hal itu.

Haechan bingung, sudah sekitar tiga minggu Jaemin 'jatuh cinta' dengan senior baru mereka itu, tetapi Jeno kelihatan tidak berbuat apa-apa atas hal itu.

"Ya tuhan, lihat bagaimana ia tersenyum dengan teman-temannya, cerah sekali, dan oh! Lihat bagaimana ia menyeruput cappucino-nya, elegan sekali! Dan uh-oh siapa itu? Koen sunbaenim?! Jangan berani-beraninya genit dengan Mark! Ayolah-ayolah-ayolah cepat pergi, YES!"

"Jaem, berisik ih," kata Haechan jadi risih sendiri. Kegiatan 'ayo-makan-hamburger-dengan-tenang'nya jadi terganggu.

"Sesuka aku dong, lagian semua orang disini juga berisik karena memandangi Mark sunbae, wajar kan?" kata Jaemin sengit tak mau kalah.

Akhirnya acara makan siang berlanjut, sesekali Haechan mengobrol dengan Jeno mengenai ulangan matematika yang telah mereka kerjakan, dan Jaemin? Masih sibuk celingukan melihat Mark.

"Oh my god guys....." Nada suara Jaemin sungguh melodramatis.

"Apa?" tanya Haechan ketus.

"Senior Mark melihat kesini....."

Spontan kedua temannya melihat ke arah Mark di seberang sana. Dan benar saja, mata teduh Mark sedang memperhatikan mereka.

Dan sekejap, Mark tersenyum dengan manisnya, sekaligus melambaikan tangannya pada mereka.

Jaemin memerah.

Mereka bertiga hanya balik membalas tersenyum dengan awkward. Yah mau bagaimana lagi, sunbae tetap sunbae. Walaupun Haechan dan Jeno jengah, terpaksa harus balas tersenyum. Berbeda dengan Jaemin yang sangat ikhlas tersenyum pada idola sekolah itu.

"Ya ampun! Astaga! Apa kalian melihatnya? Kalian pasti lihat kan! Astaga ia tersenyum pada kita!"

Tak.

Sumpit siapa itu yang ditaruh begitu kerasnya?

"Sorry ya, aku duluan ke kelas."

Ternyata itu Jeno. Ia bangkit dari kursinya.

Aku Ini Siapamu? It's Jeno x Jaemin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang