part 2

93 7 0
                                        

"semua yang kupandang terasa sama, setiap orang hanya akan memandang apa yang penting baginya tak akan ada yang berubah."

*Giovani

*Giovani pov
Ini saatnya gue buat pulang, tapi nggak tau kenapa setiap gue pulang pasti gue kesepian. Rasa hambar yang gue dapetin tiap hari kaya gak ada abisnya, mungkin malah tambah gede rasanya.

#di rumah

"Assalamu'alaikum." Ucap gue sebelum masuk rumah.

"Wa'alaikum sallam." jawab ortu gue.

Mungkin keliatan normal buat orang, tapi buat gue nggak. Setiap gue masuk rumah gue rasa kaya gue nggak di butuhin sama sekali.

Setiap gue pulang ke rumah yang gue lakuin cuma masuk kamar, ganti baju, makan, trus keluar.

"bu gio mau main." ijin gue ke ibu gue.

"ya." dan itu jawaban singkat dan terus keulang di tiap hari gue.

#di rumah temen

"bro mancing yok." ajak gue ke temen gue.

"yok cari umpan dulu." jawab agus.

Agus temen baik gue, kita temenan sejak SD jadi udah kaya sodara gue sendiri.

"bro kayanya dari dulu hobi lu maen mulu, bukannya dulu lu sering kena marah ya tiap maen seharian?" Tanya Agus sambil masang umpan.

"gue nggak peduli bro." jawab gue sambil pasang joran(stick pancing).

"kok gitu bro, lagian kenapa sih tiap lo dari rumah kayanya suntuk amat?" tanya penasaran agus, sambil ngelempar umpannya.

"biasa bro kalo di rumah ya itu-itu doang masalahnya." jawab gue sambil nyomot umpan.

"maksud lo?" tanya agus lagi.

"yahh lu tau sendiri lah, pilih kasih." jawab gue sekenanya.

"maksud lo adek lo?" kepo agus lagi.

"iya bro lu tau sendiri gue anak kedua." kata gue.

"trus?"

"gue dah kaya nggak di anggep anak bro." Jawab gue lesu.

"kok bisa bukannya kakak lo gak pernah balik ke ngawi ya?" Tanya agus.

"iya emang, tapi tetep aja dia yang selalu di andelin, tiap apa-apa dia, tiap cari solusi dia, bete gue dengernya." jawab gue frustasi.

"trus apa masalahnya sama adek lo?" tanya agus lagi.

"yahh. Lu tau sendiri lah gimana anak bontot, meskipun lu anak kedua kan lu tetep anak bontot." jawab gue.

"maksud lu?"

"anak bontot itu selalu di manja sob, gue dulu lulus SD punya nilai bagus, gue susah payah dari peringkat bawah naik ke peringkat 3 besar cuma buat masuk ke sekolah favorit. Tapi apa? gue cuma di masukin ke sekolah swasta cuma dengan alasan  biar agama gue baik."

"ohh trus?"

"ok gue nurut buat ini, gue berusaha buat cari hal yang bisa narik perhatian gue lagi, selama 3 tahun gue meras otak gue, gue ikut banyak ekskul buat nyibukin diri gue dan gak mikir hal itu lagi. Gue ikut olimpiade biar buat ortu gue bangga, tapi semua cuma di liat sebelah mata. Dan saat kelulusan, gue jadi juara 3 lagi, dan gue harap gue bisa masuk ke sekolah luar kota buat lanjutin keinginan gue, tapi apa? gue nggak boleh sekolah di luar kota." ucap gue frustasi.

"dan kenapa lo nggak milih sekolah di sini?" tanya agus.

"lo kira gue nggak milih sekolah di sini juga? gue juga milih gus. Gue milih sekolah yang bener-bener bagus menurut gue." Jawab gue.

"trus kenapa lo masih bingung?"

"lu tau apa yang mereka bilang? mereka ngomong sekolah itu terlalu jauh, sedang gue cuma punya sedikit pilihan di sini." jawab gue sambil ngacak-acak rambut.

"jadi itu kenapa lu milih sekolah di WD sekarang?"

"iya gue milih WD, sekolah yang di kenal banyak preman, anak-anak nakal dan tempat anak-anak yang di bilang rusak."

"kenapa?" tanya agus.

"karena kalo gue rusak, gue mau sekali rusak gue rusak se rusak-rusaknya." ucap gue sambil senyum.

"lo salah bro." ucap agus.

"maksud lo?" Tanya gue.

"lo harusnya buktiin kalo lo nggak selemah itu, kalo lo bisa bertahan, lo bakal jadi pemimpin di atas puncak." kata agus.

*hening sejenak

"lo harus belajar dari setiap orang yang memperlakukan lo dengan nggak baik. Saat lo tau rasa sakit  itu, lo nggak akan pernah jadi orang yang sama dengan orang yang nyakitin elo. saat lo bisa nahan angin di saat ini, lo akan dengan mudah ngeruntuhin semua halangan yang di masa mendatang ngehalangin jalan lo." lanjut agus sambil senyum hangat.

Dan dari situ gue tau, kalau gue salah tentang rasa sakit ini. Gue harus jalanin semua secara biasa, jangan fikir untuk jadiin ini beban buat hidup gue, tapi buat ini jadi latihan pendewasaan.

…~~~…

24/05/2017

Syndrome Second ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang