Kota baru, Sekolah baru, Teman baru

91 4 0
                                    



Sebenarnya aku tidak ingin pindah ke luar kota. Apalagi hanya aku sendiri yang pindah, sedangkan orang tua ku tidak. Berkat desakan mama ku yang sangat kuat, akhirnya aku menyetujui kemauannya dengan terpaksa.  Semua surat kepindahan mama yang mengurusnya. Aku juga bingung kenapa mama sangat bersikeras mengirimku ke sana.

*1 bulan kemudian
Hari ini aku berangkat ke Tarakan dengan tanteku. Hanya mama mengantar ku ke bandara, papaku tidak. Karena sebenarnya papaku tidak setuju aku pindah ke luar kota. Karena aku sudah terlanjur meng-iyakan dan mama sangat berpegang teguh dengan kemauannya, jadi ya ku jalani saja ibarat air yang mengikuti arus. Pesawatku take off pada pukul 6.15 sore.

Berhubung aku naik pesawat, jadi waktu tempuhnya hanya kurang lebih 1-2 jam. Setelah turun dari pesawat dan mengambil barang-barang, aku dan tante ku di jemput oleh seorang pria yang merupakan teman tante ku. Saat di perjalanan, ku amati hal-hal yang ku lewati dari balik jendela mobil. Menurutku suasana kota ini agak sedikit sepi, atau mungkin karena ini malam hari.


***

Aku di daftarkan di SMP 2, tante ku yang mengurus semua berkas ku. Jadi aku tinggal datang untuk mengikuti tes. Hingga tes terakhir adalah tes bahasa Inggris Tes bahasa Inggris menurutku sangat mudah, karena menurutku yang dinilai hanya seputar pengucapan, dan aku sudah terbiasa karena sering menyanyikan lagu barat. Saat tes inilah aku bertemu dengan seseorang yang agak aneh. Namanya Siti Munawwarah, di panggil Nawar. Saat tes berlangsung kami sudah berkenalan dan banyak ngobrol. Jika dilihat sekilas dia cukup kalem, alim, dan dia adalah penghapal Qur'an. Dan yang membuat ku terkejut adalah sikapnya yang sok asik.

"Din, pinjam hp mu dong." ucapnya dengan mata yang berbinar.
Akupun langsung memberikan blackberry ku. Aku cuek saja saat ia memainkan hp ku, tapi tak sengaja ku lihat dia sedang men-save nomornya di hpku, padahal aku tidak meminta nomornya. Aku juga sempat berkenalan dengan beberapa orang tetapi aku lupa nama mereka.

Esoknya adalah pembagian kelas. Aku bertemu dengan Nawar di koridor lantai satu, alhasil kami mencari kelas bersama. Kami mencari dari kelas 7-10 yang terletak di gedung bagian kanan lantai dua, ku telusuri mataku pada kertas yang tertempel dipintu yang berisikan nama-nama siswa. Tidak ku temukan namaku dan Nawar!!! Kami pun mencari ke kelas selanjutnya. Aku sangat takut jika Nawar yang lebih dulu menemukan namanya, karena aku tidak mau mencari kelas sendiri dan masuk ke kelas baru tanpa ada seorang pun yang ku kenal. Setelah menelusuri lantai dua hasilnya nihil, namaku dan Nawar tidak kami temukan. Kami pun turun ke lantai satu yang hanya ada kelas 7-1 dan 7-2. Di kelas 7-2 tidak ada nama kami. Aku mulai gugup, jangan-jangan namaku terlewatkan saat aku membaca daftar nama. Terakhir adalah kelas 7-1, dan ternyata namaku ada! Begitupun Nawar. Inilah awal persahabatan kami.

"Din, kita duduk di belakang aja yuk. Yang kosong tinggal itu."
Aku pun hanya mengangguk sambil berjalan ke arah bangku yang paling belakang, tempat duduk dikelas ini sistemnya sendiri-sendiri. Kami pun bergegas keluar untuk upacara.
Setelah upacara selesai, aku menemani Nawar ke kantin untuk membeli minuman, karena katanya dia haus. Saat di lapangan Nawar menyapa 2 orang berjilbab, ku pikir teman sd nya, ternyata bukan.

"Jijaaah! Mulii! Kalian di kelas mana? Kami di 7-1." ucap Nawar dengan sikap sok akrabnya
"Kami di 7-3 War, hai Din! Ucap seseorang yang bernama Nur Azizah Amanda.
Aku tau karena melihat nama yang terbordir di seragam putihnya. Aku bingung kenapa ia tahu namaku, padahal aku tidak mengingatnya atau mengenalnya.
"Yaudah, kami duluan ya mau ke kantin." ucap seseorang yang lain bernama Siti Mulyati.

"War, itu siapa? Kok dia tau namaku?" ucapku dengan penasaran.

"Lah, itukan Azizah sama Muli. Kita kan satu ruangan saat tes bahasa inggris, sederetan loh kita." Nawar menjawab dengan kalem.

Ketika kami kembali ke kelas, aku baru sadar bawa siswa di kelas kami hanya sekitar 20-an, yah kurang lebih 25 siswa. Tiba-tiba masuklah seorang guru wanita dan duduk di kursi guru. Hal ini membuat suasana kelas hening seketika.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi anak-anak." ucapnya dengan nada yang terdengar tegas.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, pagi buu." kami menjawab dengan semangat yang membara.

"Sebelumnya perkenalkan saya adalah Ibu Rita yang akan menjadi walikelas kalian selama satu tahun kedepan. Jadi selamat datang di SMP 2 ini, selamat karena kalian telah lolos melewati beberapa tahap seleksi dan selamat karena kalian telah menempati kelas ini. Kelas 7-1 dan 7-2 merupakan kelas unggulan yang baru dibuat di sekolah ini. Berbeda dengan kelas yang lain. Pertama, kalian hanya terdiri dari kurang lebih 20 sampai 25 siswa di kelas, sedangkan kelas yang lain terdapat lebih dari 30-35 siswa per kelas. Kedua, kalian mendapatkan tambahan jam pelajaran. Kelas lain dipulangkan pukul 1 siang, akan tetapi kalian pulang pada pukul 3 siang. Ketiga, kalian memiliki mata pelajaran tambahan yaitu bahasa mandarin. Saya disini sebagai wali kelas kalian. Cukup sekian ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak ada maka saya tinggal dulu."

Setelah Ibu Rita meninggalkan kelas, mulailah terdengar jeritan-jeritan ricuh mereka yang tidak terima jam pelajaran tambahan dan mata pelajaran tambahan. Dengan membayangkannya saja aku sudah cukup lelah...


Sepenggal KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang