Anak Broken Home

1.7K 10 0
                                    

Lahir dan tumbuh dalam keluarga yang berantakan atau istilah yang kita kenal "broken home" merupakan hal yang tidak diinginkan seorang anak. Orang yang berada dalam kondisi ini akan mengalami situasi menyebalkan, menyakitkan, dan seringkali membuat orang melakukan hal diluar akal sehat contohnya bunuh diri. Bahkan akupun hampir mencobanya, karena saat itu aku sangat stress. Stress ujian nasional ditambah keadaan keluarga yang kacau balau.

"Aku mengerti rasa sakit itu"

Terkadang jika kita memiliki masalah, akan ada orang lain yang akan berusaha menghibur dan mengatakan "aku mengerti perasaanmu."  Tapi tidak dalam kasus broken home. Kalau kamu tidak pernah mengalaminya, akan naif sekali bagimu untuk mengatakan hal tersebut pada orang yang langsung mengalaminya.

Pertengkaran yang diluar batas, teriakan yang terdengar sampai hati yang terdalam, bantingan pintu dan barang-barang, bisakah kalian bayangkan seorang anak tumbuh dalam keadaan keluarga seperti itu? Bahkan aku yang anak kandung sering menjadi pelampiasan. Dilempar pisau, disiram sambal, diguyur air, dipukul dengan hanger dan sebagainya.

Hanya orang-orang yang mengalaminya langsung yang akan memahami hal tersebut. Dan orang tersebut biasanya mampu menjadi sandaran untuk orang yang bernasib sama dengannya atau dia bersandar pada dirinya sendiri.

"Aku berusaha untuk menutupi rasa sakit itu"

Orang yang hidup dalam situasi broken home, benci sisi buruk dari keluarganya. Sebisa mungkin mereka menutupi hal tersebut dan berpura-pura kalau kondisinya baik-baik saja.

"Aku takut pulang ke rumah"

Kebanyakan dari anak broken home merasa tidak ingin pulang ke rumah. Bagaimana bila ia pulang ke rumah lalu malah di sambut dengan caci maki yang tiada habisnya. Badmood maksimal.  Aku menemukan rumah di tempat lain, sekolah, tempat nongkrong, bahkan rumah orang lain. Aku mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, seperti organisasi ROHIS, OSISMPK, dan berbagai ekstrakurikuler. Yang awalnya iseng-iseng sekarang jadi kebablasan. Itulah  usahaku agar tidak cepat pulang ke rumah.

"Aku bukan anti sosial, aku hanya selektif."

Karena sudah sering menghadapi kehidupan drama di rumah, dan juga orang-orang yang menyakitkan, maka aku tidak ingin mengulangi hal tersebut di luar.

"Aku berusaha menjadi orang yang sukses."

Tidak semua orang yang hidup dalan kondisi broken home dapat berpikir seperti ini, apalagi mewujudkannya.  Menjadi sukses ( bukan hanya materi tapi kebahagiaan ). Aku dapat memperbaiki kualitas hidup, mencoba mengurangi rasa sakit akibat masa lalu di rumah, dan melakukan hal-hal positif lainnya.

Aku pikir hidupku akan berjalan mulus sesuai planning ku. Ternyata malah terbalik 180° . sejak saat itu aku menganut prinsip " jalani aja dulu "
Setelah mengalami berbagai cobaan itu, aku mengerti mengapa banyak orang yang salah arah seperti bunuh diri, terjerat pergaulan bebas, memakai narkoba, dan lainnya. Aku mengerti bagaimana sakitnya, saat orang terdekatmu berkhianat. Rasanya seolah tiada lagi tempat bersandar, tiada lagi tempat mencurahkan isi hati, tiada lagi perhatian dan kasih sayang. Mereka yang salah arah sudah lupa, bahwa masih ada Tuhan yang selalu bersama kita. La tahzan, innallaha ma'ana.

Aku adalah orang yang hampir salah arah. Aku hampir mencoba membahayakan diri beberapa kali, aku mencoba minggat dari rumah, meskipun begitu, manusia disekelilingku terus menyakiti batin dan fisikku. Aku lelah, aku telah berada di titik jenuh, bisakah aku tetap melangkah maju? Bisakah masa depanku secerah mentari yang sering kulihat? Bisakah aku memiliki rumah tangga yang harmonis? Cukup aku yang merasakannya, jangan sampai anak-anakku nanti merasakan.

Sepenggal KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang