Bagian Satu

248 9 0
                                    

Setel musiknya dong, biar tambah baper hahaha









1. Matahari yang tak pernah tergantikan





Bunyi ayam berkokok seakan membangunkan pagi. Langit gelap mulai berganti sedikit menerang. Lampu-lampu yang biasa menyala hingga subuh sengaja dimatikan. Seperti rutinitas setiap pagi, gadis itu membuka jendela kamarnya lalu menghirup udara segar dalam-dalam. Senyuman kecil terukir di wajahnya. Dia memandangi jendela seberang rumahnya. Jendela yang selalu terbuka ketika tepat pukul enam pagi. Dan seakan menjadi rutinitas paginya, gadis itu menunggu seseorang yang tinggal disana dari balik jendela kamar ini.

Dia selalu berharap kalau orang yang ia nantikan setiap hari, keluar rumah melalui jendela itu.

Seakan menjadi hal yang menarik, melihat cara orang itu melarikan diri.

"Satu... Dua... Ti---"

Belum sampai hitungan ketiga, sesosok laki-laki keluar dari jendela kamar itu. Kakinya sengaja melompati tanaman serta tembok yang kokoh dibangun disana. Tak lupa lelaki itu juga menenteng tas serta gitar yang selalu ia bawa. Ketika berhasil melakukan hal itu, ada tingkah yang selalu laki-laki itu tujukan.

Laki-laki itu selalu memegang dadanya lalu menghela napas kasar.

Dari dalam sini, terlihat segalanya. Seakan menjadi obat yang memiliki rasa candu, gadis itu menyukainya.

"Cresina, sudah lewat jam enam, kau tidak mengajak ncipa jalan-jalan?"sahut suara yang kini membuat gadis itu terkesiap.

"Iya, Kak. Ini Sina lagi beresin kamar dulu,"jawabnya yang langsung bergegas melakukan rutinitasnya setiap pagi.

Gadis itu bernama Cresina. Rutinitas setiap pagi selalu ia lakukan, baginya pagi adalah keajaiban yang Tuhan berikan untuknya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, dia tinggal dengan sepupu nya sendiri. Karena sudah tinggal selama dua tahun, terhitung sejak Cresina lulus SMA, segala keperluannya dibiayai oleh sepupu nya. Keduanya hanya terpaut lima tahun. Namun, dengan baik hatinya sepupunya itu mau membiayai segala keperluan Cresina.

Cresina membungkukkan badannya. Dia mengambil beberapa buah wortel lalu mengirisnya tipis. Setiap pagi dia melakukan rutinitas ini, setelah ia rasa cukup. Dia membuka kotak besar itu lalu memasukkan beberapa helai wortel yang sudah diiris tipis ke dalam sana. Cresina kemudian berkicau sendirian, dia berbicara dengan ncipa, kelinci peliharaan dia.

"Cres, nanti kakak pulang malam, kamu kalau ingin pergi ke suatu tempat, taruh kunci di ventilasi saja."

Cresina mendengarnya langsung bersahut untuk menjawab, "iya, Kak."

"Uang bulanan kamu kakak transfer, jadi kamu bisa menggunakan nya."

"Baik, Kak. Makasih ya,"sahutnya kembali dengan keras.

Cresina kini hanya menghabiskan waktunya sebelum pukul delapan pagi. Dia membantu merapikan segalanya, memisahkan segalanya, melipat segalanya, bahkan menyapu segalanya. Sebagai hitungan balas jasa, Cresina harus terlihat rajin dan berkerja keras, dia tak mau hanya merepotkan orang saja terlebih lagi jika Kak Sofa---sepupu nya itu---sudah membantunya begitu banyak.

I Couldn't Cry Because I'm A Man [ 4/4 selesai ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang