Setel lagunya ya biar tambah baper ya hahaha
3. Perputaran bumi terhadap matahari yang terhenti.
Begitu terbangun, Ivan terkejut karena terhenti di hari yang sama. Raut wajahnya seakan terkejut, dia secara sadar atau tidak, dia benar-benar di hari yang sama. Entahlah, dia tak juga mempedulikan itu. Dia bertindak seperti biasa, menjalankan aktivitas nya. Mata nya kini tertuju kepada jendela kamar yang terletak di sebrang rumahnya. Meski tertutupi gorden putih, terlihat jelas sosok itu. Dia tak lain adalah Cresina, kekasihnya sendiri.
"Tuhkan, kayak orang dongo. Tiap pagi aja kek gitu terus, dasar Sina," ucapnya singkat sebelum bersiap untuk berangkat kuliah.
Hari ini Ivan bangun lebih pagi dari hari yang ia lalui. Otaknya kini berpikir, jika ia berada di tanggal yang sama, tentunya ia akan mengalami hal yang sama. Sedetik kemudian dia tertawa sambil memegangi kepala nya. Rasanya tak percaya, namun kalender serta waktu dimanapun menampilkan tanggal yang sama.
"Kalo gitu artinya nanti gue bakalan ketemu sama perempuan munafik dong, males banget lagi,"desisnya ketika menyindir ibu tirinya sendiri.
Ivan menampilkan dirinya di depan cermin, mata nya memicing tajam untuk memperlihatkan ketampanannya yang sedikit meningkat. Ivan melirik sekilas ke arah jendelanya.
"Dasar cewek aneh, ampe sebegitunya liat gue dari situ,"
Ivan mengambil handuknya. Dia kini berjalan kearah kamar mandi di dalam kamarnya. Bunyi air yang ditampung terasa terdengar jelas, lalu ia mulai melakukan aktivitasnya. Mandi pagi seperti ini.
Ivan menyiapkan keperluan kuliah termasuk gitar yang sama sekali tak pernah ia lupakan. Ketika siap, dia kini mencari cara keluar lewat jendela. Hanya itu yang ia lakukan, tidak mau berpamitan dengan ibu tirinya, tidak mau melihat wajahnya, tidak mau berpapasan ataupun semacamnya. Dia ingin hidupnya tenang tanpa berurusan dengan orang tua itu meski selalu kekurangan.
Tas hitamnya sudah ia lempar lebih dahulu. Kini dia sudah mengambil ancang-ancang untuk melompati tanaman pot serta pagar itu. Belum juga mengambil satu gerakan, seseorang wanita tua kini tengah memergoki dirinya.
"Kamu kenapa manjat pager, Van?" tanya suara paruh baya itu dengan tk mengerti.
Ivan berdecak kesal, kenapa juga dia harus mendengar suara itu.
Sial, kejadian seperti yang ia lalui benar-benar terjadi.
"Kamu sudah makan?"tanya wanita itu lagi.
"Bukan urusan anda,"
"Ingin dibawakan bekal?"
"Bukan urusan anda,"
Tidak sama seperti tingkahnya kala itu, Ivan malah melompati pagar itu dengan segera. Bersamaan dengan kakinya berpijak disana, seorang berdiri tepat di depannya. Dengan tas kantong berwarna biru yang sudah diduga kalau itu berisi bekal makanan sehat lagi. Jujur saja, Ivan tak menyukai sayur, jikapun ia menyukainya, ia tak ingin memakannya.
"Makanan sehat lagi?"ucap Ivan ketika melihat kotak bekal itu.
Cresina mengangguk singkat. "Untuk kesehatan kamu,"
"Nggak ah, bawa sana lagi aja. Gue nggak suka sayur,"
"Biar kamu sehat intinya, Van,"
Ivan mengembalikan tas kantong biru itu kepada Cresina. Dia hendak pergi namun ia kembali berbalik. Dia menoleh kearah Cresina yang kini mematung.
"Kalo gue pergi, lo pasti akan narik tangan gue ini kan? Iya kan?"
Cresina mengerutkan keningnya tak mengerti. "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Couldn't Cry Because I'm A Man [ 4/4 selesai ]
Short StoryKadang, tanpa kita sadari, setiap kali kita asal berucap sesuatu, Tuhan akan mengabulkannya. Tidak sekarang, tapi nanti.