Misteri Hutan Menangis

5K 148 21
                                    


Seluruh kota tampak sepi, ya aku paham hari ini hari minggu. Tapi anehnya kenapa kota malah seperti tidak berpenghuni. Aku terus melewati beberapa gedung perkantoran dengan motorku namun tidak ada orang satupun. Apa mereka semua mati? Atau cuma aku satu-satunya penghuni kota ini? Jangan-jangan kota ini jadi kota mati? Gumamku.

Aku terus menuju batas kota, diujung pinggir hutan banyak kerumunan manusia. Jumlahnya ratusan. Gila ada apa? Apa ada pembunuhan? Gumamku lagi. Aku mendekati kerumunan itu dan bertanya pada salah satu bapak yang berkacamata hitam.
"Pak ada apa ya? Kok banyak orang?" tanyaku dengan bingung.
"Ini mbak, ada kejadian aneh selama ini di hutan ini. Sering terdengar tangisan." jawabnya sambil mengusap tangannya karena takut.
"Ah Pak yang bener?" tanyaku lagi.
"Iya mbak. Mbak orang baru kan di kota ini jadi pasti belum tahu tentang hutan terlarang ini. Banyak kejadian aneh disini, yang masuk ke hutan itu pasti gak bakal bisa keluar dengan selamat. Banyak paranormal juga yang dibayar untuk mencari tahu tempat itu tapi mereka pulang tidak bernyawa lagi dan jenazahnya hitam Mbak." bapak itu menjelaskan padaku. Aku kaget.
"Jenazah menghitam, berarti darahnya dihisap Makhluk gaib penghuni hutan itu." gumamku.

Aku mengangguk. Baru saja mau pergi seorang ibu berbaju daster berteriak histeris, dia kesurupan. Mengamuk dan berteriak mengumpat kepada semua warga yang berkerumun. Anehnya tidak ada yang berani mendekati ibu itu.

Aku melihatnya dengan mata batinku. Ibu itu kesurupan dua kuntilanak. Ibu itu mulai tertawa khas hihihi dan menangis tiba-tiba.

Aku menepikan motor dan mendekatinya. Aku mengeluarkan dua makhluk itu dengan cepat sebelum mereka menguasai tubuh Ibu itu. Ya memang, aku memiliki kemampuan melihat gaib. Sejak kecil aku sudah seperti ini. Semua orang menatapku dengan heran bercampur bingung.

Aku memberi penjelasan kalau aku bukan paranormal tapi kebetulan bisa liat hal gaib. Mereka berterimakasih padaku. Aku memberi minum pada ibu yang mulai sadar.
Dia bercerita kalau dia melihat dua wanita berbaju putih menariknya masuk ke sebuah tempat mewah. Mereka mengajaknya jadi dayang disitu, tapi dia tidak menginginkannya dan melawan sehingga dua wanita itu masuk ke raganya.

Aku tidak mungkin mengirim salah satu astralku kesana karena sepertinya disana ada kerajaan gaibnya. Portalnya terlihat sangat jelas.

Aku pamit pulang. Namun warga tidak mengizinkanku mereka malah ingin aku mengungkap misteri hutan menangis itu. Warga sudah gerah dengan banyak kejadian aneh. Aku tidak mungkin masuk kesana sendiri. Aku akan membantu dengan mengajak dua orang temanku yang merupakan anak indigo. Aku akan kembali ke tempat itu jika teman-temanku sudah tiba di kota ini.

Sampai dirumah aku menelpon Anggi dan Angga, dua anak indigo kembar. Mereka temanku saat sekolah. Kemampuan mereka jangan ditanya, sudah sangat berpengalaman. Mereka berjanji dua hari lagi bakal datang ke kotaku.

Mereka benar-benar datang ke rumahku dan penasaran dengan hutan itu. Jam 4 sore, kami melihat hutan itu dari batas kota. Belum masuk tapi hanya melihat-lihat keadaan.

Terlihat beberapa makhluk disitu. 80% dengan energi negatif. Ada beberapa yang terlihat menggertak kami seolah tidak ingin diganggu.
Kamu memutuskan pulang dan besok pagi bakal masuk ke gerbang gaib yang ada disana. Bertiga, tanpa membawa pasukan. Hanya kami bertiga.

Malamnya aku ,Angga dan Anggi mengobrol dan membahas apa yang harus kita lakukan besok pagi. Setelah berdebat panjang kami memutuskan akan membawa air yang sudah dibacakan ayat-ayat suci dan beberapa botol kosong untuk menangkap MG yang bandel serta kami mandi air doa yang sudah didoakan oleh salah satu kyai yang menganggap kami bertiga seperti cucunya sendiri. Kami beristirahat agar besok pagi siap menjelajah gerbang gaib di hutan itu.

Besok paginya tepat jam 8 ,kami sudah berada di batas kota dan bersiap masuk. Beberapa warga mengantar kami dan kami menitipkan sepeda motor di rumah warga. Kami masuk ke hutan ini tanpa ragu. Baru melangkahkan kaki beberapa meter, terdengar suara perempuan menangis. Nadanya sangat sedih. Tersirat penyesalan dan kebencian yang mendalam dari tangisan itu. Wujudnya pun tidak terlihat. Kami bertiga saling berpandangan dan memilih meneruskan langkah menuju gerbang gaib.

Gerbang gaib itu terletak antara dua buah pohon yang bersebelahan, kami masuk tanpa basa-basi. Berjalan menyusuri pepohonan dan tepat berada disebuah gerbang besar yang dijaga sosok manusia setengah ular. Kami meminta ingin masuk dengan sopan, dia menolak dan berdebat dengan Angga. Terjadi perang mulut dan membuat salah satu dayang berwujud ular keluar. Dayang itu mempersilakan kami masuk.
Kami masuk ke sebuah aula yang kental dengan ornamen ular dan naga. Semua dayangnya dan abdi dalemnya berwujud separu ular separu manusia.
"Shit, ini snakeman semua, harusnya kita bawa Zeva aja cha." gumam Anggi padaku.

Zeva adalah teman tak kasatmataku yang berwujud ular.

"Kalau bawa Zeva nanti disangka mau perang." jawabku sambil tersenyum.

Banyak mata memperhatikan kami, bahkan ada yang melotot dan menjulurkan lidah ularnya. Semuanya berjenis kobra. Dayang itu membawa kami kehadapan sosok seorang perempuan berwujud separu ular separu kobra memakai baju putih yang mengkilap dengan payet permata dan berlian dengan mahkota berlian di kepalanya. Dia tidak terlihat ramah.
"Kalian kesini mengantar nyawa." ucapnya pada kami bertiga.
"Kami kesini tidak untuk menyerang, kami ingin melakukan negosiasi agar anda melepaskan tawanan yang bernama Annisa. Dia tidak bersalah." jawabku sambil menatap wajahnya. Dia sedikit terkejut melihat wajahku.
Annisa adalah korban pesugihan orang tuanya, orangtuanya meninggal dan Annisa dijadikan tumbal. Bapak berkacamata itu memohon agar kami membebaskan Annisa dulu.

"Tidak bisa, dia tawananku. Dia akan kujadikan persembahan untuk siluman kelelawar agar menjadi isterinya." jawabnya sambil tertawa. Angga dan Anggi terlihat emosi.
"Apa kau sudah lupa 100 tahun lalu kau dikurung oleh seorang kyai bertanda lahir di wajah. Seluruh pasukanmu dimusnahkan oleh kyai itu. Kau juga dikutuk oleh salah satu jin muslim bahwa kau dan seluruh pasukanmu akan dimusnahkan oleh keturunan kyai itu. Apa kau mau kejadian itu terulang lagi denganku?". Tanyaku sambil tersenyum sinis.
Dia memperhatikan wajahku dan terlihat takut.
" Kau, kau keturunan kiai bersorban itu?" tanyanya dengan nada takut.
"Iya , dia orangnya. Kenapa? Takut? Dia bisa memusnahkan semua pasukanmu dan mengurungmu didalam botol 50 tahun kedepan." Jawab Angga dengan nada menggertak.

Semua anak buah ratu marah dan ingin menyerang. Ratu itu terlihat takut dan tidak berani menatapku.
"Baiklah akan kubebaskan." jawabnya.
"Bebaskan semua tawananmu dan jangaan pernah menggangu warga di kota ini. Aku akan mengawasimu dan kalau kau melanggar, aku akan membuatmu menyesal selama 50 tahun." ancamku.
Dia terlihat takut dan menyuruh panglimanya membebaskan tawanan. Kami kembali melewati portal itu dengan membawa 10 orang. Kami bertiga memagari tempat itu agar kerajaan itu tidak mengganggu siapapun.
Kami menyuruh 10 orang itu untuk berjalan kearah kanan agar bisa keluar hutan dan kamu melanjutkan perjalanan ke arah kiri untuk mencari sumber suara tangisan yang menyayat hati. Kami meneruskan perjalanan dan berjalan menyurusi jalan yang terjal, pepohonan dan semak yang tinggi. Hari sudah sore, kami memutuskan membangun kemah dan makan. Kami membawa bekal.
Pasukan kami datang. Kami tidur dan menyuruh mereka berjaga. Tepat tengah malam, suara itu terdengar lagi. Tangisan yang menyayat hati.

Aku membangunkan .si kembar, kami mencari sumber suara itu. Di atas sebuah batu duduk seorang perempuan berbaju hitam, dia bukan kuntilanak tapi berwujud perempuan dengan rambutnya yang panjang.

Kami melakukan komunikasi dengannya. Dia adalah roh korban kekejaman perampok yang dibunuh saat sedang berwisata dengan orangtuanya. Orang tuanya selamat tapi dia meninggal saat perjalanan ke rumah sakit. Dia menangis meratapi nasibnya. Dia belum siap meninggal. Kami hanya bisa mendoakannya. Kami pun menyudahi perjalanan kami dengan rasa puas. Tamat

Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang