Anisa (Real Story)

2.7K 65 5
                                    

Namanya Anisa. Sosok kuntilanak yang sempat menghuni rumah salah satu temanku, Lida. Berawal dari kecurigaan Lida dengan hawa rumahnya yang berbeda. Lida juga bisa berkomunikasi dan melihat makhluk tak kasatmata. Dia bilang seperti ada hawa negatif yang menyelimuti rumahnya. Dia minta tolong padaku untuk melihat dimana posisi energi negatif itu. Ternyata sosok perempuan berbaju putih dengan wajah yang hancur tepat berada di kamar ibunya.

Aku mencoba berkomunikasi dengan kuntilanak itu. Saat pertama kali mengetahui keberadaannya, hawa dendam dan kebencian sudah sangat terasa dari sorotan matanya. Matanya memancarkan dendam dan kebencian.

Awalnya dia tidak suka diusik dan menganggap aku pengganggu. Namun pelan-pelan aku mulai mendekatinya. Mengajaknya bicara dengan lembut. Entah kenapa aku yakin dia tidak jahat. Dia hanya menunggu sesuatu yang belum aku ketahui.

Dengan negosiasi yang panjang dan panas, dia akhirnya mau diajak bicara.

"Namamu siapa?" tanyaku sambil melihat matanya. Dia tertunduk dan matanya melirik seseorang yang berdiri tidak jauh dariku. Janette berdiri sekitar satu meter dari tempat ku duduk. Janette takut dia menyerangku. Janette adalah teman tak kasatmataku.

"Anisa." Jawabnya dengan suara yang pelan. Aku melihat sisi lembut dari seorang gadis berwujud kuntilanak.
"Bolehkah aku tahu kenapa kamu bisa meninggal? Bisakah kamu bercerita kepadaku?" tanyaku sambil menatapnya. Sebenarnya aku sedikit takut dengan kuku- kuku jarinya yang panjang dan berwarna hitam.
"Aku hidup saat Belanda masih menjajah Indonesia. Aku tinggal berdua dengan adikku. Namanya Anna. Orang tua kami sudah lama meninggal. Kami berdua hidup dengan sederhana. Saat itu umurku 20 tahun dan memiliki seorang pacar bernama Madi. Kami memiliki hubungan yang sangat serius. Bahkan aku rela memberikan tubuhku dengan ikhlas kepadanya karena dia berjanji akan menikahiku suatu saat nanti. Kami sering melakukan hubungan suami istri. Beberapa bulan berlalu, aku terlambat datang bulan. Aku terpaksa ke dokter untuk sekedar periksa dan hasilnya mengejutkan, usia kehamilan dua bulan. Aku bergegas memberitahu Madi namun dia terlihat biasa saja." Anisa mulai bicara panjang lebar sambil menunduk.

"Lalu apa yang terjadi?"
Anisa menangis. Suara tangisan kuntilanak terdengar cukup menyeramkan dan berhasil membuatku merinding.
Setelah tangisnya mereda, dia kembali bercerita.
"Kami janjian di dekat persawahan. Madi bilang dia akan menjemputku. Aku menunggunya selama dua jam namun dia tidak datang. Hari sudah semakin sore, aku berpikir lebih baik pulang saja namun seseorang yang tidak kukenal membekapku sampai pingsan. Ketika aku sadar, tanganku diikat dan mataku ditutup. Aku diperkosa bergiliran oleh banyak orang sampai meninggal. Mayatku digantung disebuah pohon di tengah hutan untuk menutupi semua perbuatan mereka." Anisa mulai bercerita sambil terisak.
"Lalu apa yang kamu tunggu di rumah Lida?
" Aku menunggu Madi. Dia berjanji akan datang hari itu. Karena itu aku tetap setia menunggunya. Aku juga kangen dengan adikku." Ucapnya dengan lirih.
"Apa kamu dendam dengan para pembunuhmu?"

Dia mengangguk dan menggenggam tangannya. Itu sudah menjelaskan kalau dia dendam pada para pembunuhnya itu.

Begitulah sosok kuntilanak yang dulu sempat berada didalam rumah temanku. Akhirnya saat Anisa menghilang di pagi hari aku menyuruh Lida menyiram rumahnya dengan air ruqyah sehingga Anisa tidak bisa masuk lagi.

Sekarang Anisa sudah menghuni salah satu pohon di kota tempat Lida tinggal. Dia bersama adiknya, Ana. Jangan tanyakan bagaimana caranya aku mencari adiknya. Perlu waktu yang cukup lama sampai aku berhasil menemukan sang adik. Anehnya sang adik juga bernasib sama, diperkosa tentara Belanda sampai meninggal.

Madi kutemukan dalam wujud badan yang tak sempurna dengan wajah dan kepala separu remuk dengan bola mata yang hampir keluar. Namun aku tidak pernah mengatakan kepada Anisa. Aku pikir lebih baik diam saja. Biarkan Tuhan yang menjawab semuanya.

Untuk sketsa Anisa mohon maaf tidak diperbolehkan. Biarlah itu menjadi rahasia agar tidak ada yang mengusiknya. Cukup aku, Lida dan Tuhan yang pernah melihat wajahnya. Siapapun yang membaca kisah ini tidak akan didatangi Anisa. Jangan khawatir.

Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang