Empat bulan telah berlalu dari kejadian saat keberangkatan Mila ke Melbourn dibatalkan. Sekarang Mila masih duduk dibangku XI IPA 2. Dia sudah melupakan kejadian pahit itu, meski sampai sekarang dia belum tau siapa yang telah menggantikan posisinya.
Setelah mengikuti pelajaran olahraga tadi, Mila telah mengganti baju olahraganya dengan seragam putih abu-abu. Diwastafel toilet sekolah, dia mencuci mukanya agar tak terlihat kusam. Saat merasa mukanya sudah kembali segar. Dia bergegas kembali ke kelas karena beberapa menit lagi pelajaran fisika akan dimulai.
Sesampainya dikelas, kelas belum begitu penuh. Sebagian anak masih ada yang ganti baju dan sebagian lagi ada yang pergi kekantin untuk membeli air minum. Mila berjalan kebangkunya yang ada dibaris kedua dari bangku paling belakang. Disana sudah ada sahabat dan bisa disebut juga teman sebangkunya, Laras. Seperti biasa, Laras selalu lupa dan malas jika ada pr fisika. Dan ujung-ujungnya, dia akan menyalin jawaban Mila saat sudah ada disekolah. Gue itu gak bisa banget dan gak bakal ngerti sama yang namanya rumus-rumus, tapi gue gak tau kenapa gue bisa masuk IPA, alasannya saat ditanya Mila.
"Mil, habis sholat dhuhur jangan kekantin dulu ya? Temenin gue dulu!" pintanya saat Mila ingin mengambil ponselnya didalam tas.
Dengan malas Mila menjawab ucapan Laras sambil mengscroll layar ponselnya, "Gak ah, laper gue. Pengen langsung ke kantin aja."
"Yakin gak mau ikut?"
"Iya, Laras," tegasnya dengan malas sambil mengulir feeds yang ada diponselnya.
Laras menutup buku-bukunya sambil berkata, "Yaudah, padahalkan gue mau ke kelasnya Reno,". Mendengar Laras yang menyebutkan nama salah satu sis-wa XI IPS 2, Mila langsung mengangguk menyetujui ajakan sahabatnya itu.
*********
Sesuai dengan ajakan Laras, setelah sholat dhuhur Mila dan Laras akan ke kelas XI IPS 2. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor. Kelas IPS tak terlalu jauh dari masjid maupun kantin. Jadi mereka berdua tak akan mengeluarkan banyak tenaga untuk ketempat itu.
Saat berjalan dikoridor gedung IPS kelas XI, semua bangku yang ada dikoridor dipenuhi oleh anak IPS yang sedang duduk-duduk atau sedang bergosip ria. Sesekali ada anak IPS yang menyapa mereka, Mila dan Laras pun meresponnya meski lupa nama anak yang menyapa mereka.
Sesampainya dikelas XI IPS 2, mereka menghenti- kan langkahnya. Mila merasa ada yang aneh dengannya.
"Kok berhenti sih, Mil?" Laras menautkan kedua alisnya. "Lo nunggu diluar?"
Bukannya menjawab ucapan Laras, Mila malah mengintip kedalam kelas Reno. Laras bingung dengan apa yang dilakukan Mila, "Lo ngapain, sih? Ditanya bukannya dijawab, malah celingukan kedalem kelas orang?".
"Gue disini aja, deh ya? Didalem rame banget,"
"Yaudah, lo tunggu sini! Gue mau ketemu Amel dulu," perintahnya dengan memainkan jari telunjuknya.
Mila mengangguk. Dia berdiri dibalik pintu, sesekali dia mengintip kedalam kelas itu. Dari tadi bibirnya tak berhenti mengkomat-kamitkan sesuatu. Mila berdiri diluar sudah lama dan perutnya mulai kelaparan. 'Nih, Laras ngapain sih didalem? Lama banget,' omelnya dalam diam.
Untuk kesekian kalinya, Mila celingukan dengan menongolkan kepalanya kedalam ruang kelas itu. Tapi sepertinya Laras tertutupi dengan siswa-siswi yang sedang bergerombol. Dia juga tak melihat Reno dalam kelas itu.
"Nyari siapa, sih? Masuk aja kali, gak usah celingukan kayak gitu. Udah kayak maling aja?"
Mila tersentak saat mendengar ada seseorang yang berbicara disampingnya. Dia tolehkan kepalanya. Tepat disampingnya ada Reno yang mengikuti gayanya yang sedang celingukan, meski badannya sedikit dibungkukkan karena postur tubuhnya yang lebih tinggi dari Mila.
YOU ARE READING
The Reality
Teen FictionBagaimana kalau mencintaimu membuatku membenci kenyataan, lagi? || Copyright©2017 by syafiranfa