Enam - // Datang Lagi //

42 2 0
                                    

maaf baru bisa update lagi.. karena aku bener-bener sibuk, apalagi habis sakit. jadi sempet berhenti nulis sekitar 2 minggu. 

maaf juga kalau banyak kesalahan dalam penulisan.. semoga kalian suka ceritanya.. happy reading!!!

******* 

Setelah jam pulang sekolah, Mila dan ketiga sahabatnya kumpul bersama dan menghabiskan waktu sore di cafe dekat sekolah. Membahas hal apapun yang ingin mereka bicarakan. Dan juga membahas persoalan-persoalan diantara mereka untuk dibicarakan agar mendapatkan satu titik terang.

Obrolan mereka semakin asik ketika pesanan mereka berempat datang. Strawberry milk shake adalah minuman andalan mereka ketika mampir ke cafe itu. Dua potong chessee cake untuk Laras dan Layla, sepotong tiramisu cake untuk Resya, dan sepotong redvelvet cake untuk Mila.

Sungguh, percakapan mereka ini selalu tidak penting. Mengapa? Coba pikir, apa saja yang mereka bicarakan? Mereka selalu membahas tentang ibu-ibu tetangga Layla yang suka marah-marah ditukang sayur gara-gara lauk dirumahnya yang selalu hilang karena dimakan tikus. Dan apa jawaban dari anaknya yang masih kecil yang menemani ibunya belanja? "Biarin ma, anggap aja kita berbagi sesama makhluk hidup. Mungkin tikusnya gak punya uang buat beli lauk," kata anak ibu tetangga itu yang masih berusia 6 tahun. Mila, Laras, Resya, dan bahkan Layla yang menceritakan cerita itu sendiri pun ikut tertawa.

Salah jika asumsi orang-orang, jika seseorang sudah bersama pacarnya, dunia akan serasa milik mereka berdua. Tapi, tidak untuk Mila, Laras, Resya dan Layla. Sebab, ketika mereka berempat kumpullah membuat mereka beranggapan bahwa dunia ini milik mereka berempat.

Contoh saja sekarang ini. Mereka tertawa asik tanpa menghiraukan beberapa orang disekitar mereka yang sedang menatap mereka. Bukan menatap mereka dengan tatapan benci karena mereka berisik. Melainkan karena iri dengan persahabatan ke-empat siswi SMA itu.

Lalu terjadilah perdebatan dimeja mereka, partai pendukung ibu-ibu tetangga Layla dan partai pendukung anak dari ibu-ibu tentangga Layla. Laraslah pendukung dari ibu-ibu tetangga itu, "Kalau gue sih juga marahlah. Gila apa? Gue capek-capek masak buat gue makan. Eh tuh makanan udah ilang aja digondol sama siti," ujar Laras. Siti yang dimaksud Laras itu bukan Siti nama orang. Tapi, Si Tikus.

"Gue curiga deh sama anaknya si ibu itu," kata Mila.

"Curiga kenapa, Mil?" tanya Layla.

"Curiga aja. Anak kecil umur 6tahun pendapatnya udah kayak gitu. lah si emaknya malah gak jelas. Jangan-jangan tuh anak bukan anak ibu itu lagi?" ujar Mila dengan menahan tawanya.

Layla dan Resya tertawa mendengar ucapan Mila itu. Laras hanya terkekeh karena perutnya yang sudah sakit karena banyak tertawa.

Mereka melanjutkan obrolan mereka dengan sesekali memakan atau meminum pesanan mereka. Sampai mereka sadar, jika langit diluar sudah tampak gelap, barulah mereka menghentikan percakapan mereka. "Sumpah obrolan kita masih belum selesai," kata Resya mencegah Mila yang tengah bersiap-siap untuk pulang duluan.

"Gue mesti pulang, guys. Janji deh, lusa kita nongkrong disini lagi, ya? ya?" mohon Mila sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Terserah lo deh. Janji ya, lusa nongkrong lagi?" tanya Resya.

"Iya, gue janji." Kata Mila berjalan menjauh dari meja teman-temannya. "See you, girls."

******

Rumah Reno adalah markas untuk kumpul bersama keempat sahabatnya. Seperti malam ini, mereka berkumpul dikamar tidur Reno yang selalu saja menjadi sasaran empuk untuk dijadikan markas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 08, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The RealityWhere stories live. Discover now