Hari ini tak ada jadwal untuk berangkat sekolah. Tapi pagi ini Mila harus ke sekolah untuk rapat OSIS karena dia harus mempresentasikan plainingnya untuk acara tahunan sekolah. Mila selalu ingin berangkat lebih awal sebelum anggota OSIS yang lain datang.
Setelah merasa semua barang yang dia butuhkan sudah terbawa semua, barulah Mila keluar kamar dan sarapan terlebih dahulu. Saat turun dan berjalan ke meja makan, yang Mila lihat hanya kakaknya yang sedang sarapan dengan memainkan ponsel yang ada ditangan kirinya. Mila pun ikut duduk sarapan bersama kakaknya.
Saat ingin mengambil nasi goreng untuk ditaruh dipiringnya, Mila sadar bahwa mamanya tak ada dimeja makan, "Mama mana, kak?"
"Lo gak lihat jam? Sekarang udah jam 8. Ya mama udah berangkatlah," jawab Radit dengan mata yang masih terfokus dengan sesuatu yang dilihat di ponselnya.
"Iya juga, ya?" pikir Mila sambil mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum memasukkan satu sendok berisi nasi goreng.
Setelah bosan menggulir layar ponselnya, Radit meletakkan ponselnya dan melanjutkan sarapan. Saat melihat barang-barang Mila yang diletakkan di kursi sebelah adiknya itu, membuat Radit bertanya-tanya. "Mau kemana lo?"
"Hah? Gue?" tanya Mila menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa Radit sedang bicara dengannya.
"Iyalah, dodol. Sama siapa lagi coba?"
"Ya kirain lo lagi ngomong sama siapa gitu?" pikir Mila sambil menggerak-gerakkan sendok makannya.
"Mau ke sekolah. Presentasi ke anak-anak OSIS." sambung Mila dengan singkat. Radit bangkit dari duduknya karena dia sudah selesai sarapan. Dia berjalan keruang keluarga untuk menyaksikan acara televisi sedangkan Mila masih menghabiskan sarapannya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi karena ada pesan masuk untuknya. Mila meletakkan sendoknya dan membuka aplikasi chat untuk membalas pesan untuknya.
Reno.
Buruan keluar kek! Lama banget? Kan ibu sekretaris gak suka telat. Gue udah hampir lumutan nih nunggu didepan rumah lo. Mana ibu-ibu tetangga lo pada ngeliatin gue semua lagi. Wajar sih ya, kan gue ganteng gitu?!
Mila langsung tersedak oleh makanan yang masih ada dimulutnya karen membaca chat dari Reno. Dia meminum air dulu sebelum membalas chat itu. Masak iya dia didepan rumah? Bukannya dia lagi luar kota?
Ngapain lo didepan rumah gue? Bo'ong banget pasti nih anak. Lo kan lagi keluar kota, gak bisa ikut rapat OSIS. Bohongkan?
Send.
Setelah mengirim pesan itu, Mila kembali memakan sarapannya yang belum habis juga. Baru saja Mila memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya, bel rumahnya berbunyi nyaring. Tumben pagi-pagi ada tamu?
Mila tak berkutik dari tempatnya. Dia tetap melanjutkan makannya. Mila pikir Radit pasti akan membuka pintunya karena jarak ruang keluarga dan pintu utama tak terlalu jauh. Mila kembali melihat ponselnya. Tak ada jawaban dari Reno. Tuh kan, pasti bo'ong?! Chat gue aja gak dibales.
Tingtung.. tingtung..
Bel rumahnya kembali berbunyi. Kali ini tak ada yang membukakan pintu. Terdengar dari ruang keluarga, Radit berteriak, "Mil, bukain noh pintunya! Mager gue."
Huft, dasar! Mau tak mau Mila bangkit dari duduknya dan berjalan untuk membukakan pintu. Dengan malas Mila berjalan kearah pintu rumah. Saat Mila membuka kunci dan memutar kenop pintu, betapa kagetnya dia saat yang berada dihadapannya kini adalah cowok yang mengiriminya pesan tadi. Reno.
"Lo ngapain disini?" Mila terlihat panik kali ini. Dia berharap kakaknya tak akan tahu siapa yang bertamu kerumahnya. Sebab jika Radit tahu, pasti dia gak akan berhenti untuk menggoda Mila dengan Reno.
YOU ARE READING
The Reality
Teen FictionBagaimana kalau mencintaimu membuatku membenci kenyataan, lagi? || Copyright©2017 by syafiranfa