Prolog

16 1 0
                                    

"untuk acara Green Life kedepan,  kira-kira tema yang kita angakat apa ya? Ada ide gak dari teman-teman?" Tandu mulai membuka pembicaraan sambil membagikan pandangannya,  Quinara yang duduk berseberangan dengannya ikut menyebarkan pandangan, menanti teman-teman yang lain menjawab. 

Ada nanda,  adinda,  nero,  ahmad dan maleek yang mengikuti perkumpulan ini.  Sebelumnya juga ada novi dan masrizal,  tetapi mereka sudah pamit duluan,  ada agenda lain dan mereka juga bukan anggota  komunitas pemuda penuh aksi.  Sebenarnya ini bukan rapat formal,  mereka cuma  iseng membahas sedikit rencana komunitas mereka kedepannya nanti.  Dan yang ikut kumpul di restoran cepat saji ini juga kebetulan hampir semuanya anggota komunitas yang sama.

"hmm...  Menurut aku sih kita angkat tentang pentingnya menjaga hutan saja,  kan sekarang dunia  lagi krisis  pohon,  buat acara adopsi pohon aja gimana?".  Maleek mengemukakan idenya.  Semua yang ada terlihat menyimak dan menimbang ide maleek. 

"menurut ane sih jangan tentang  adopsi pohon mas,  bukannya ndak setuju sama mas maleek,  tapi ini kan workshop sehari doang mas,  nah kalo kita  adopsi pohon ntar kan pasti perlu pengecekan secara berkala mas,  jadinya ntar bukan workshop sehari bersama pemuda penuh aksi lagi dong ntar mas,  tapi cuma saran aja sih mas,  ide nya bagus soalnya,  sayang kalo di adain di workshop  sehari ini aja,  maunya kita buat kegiatan lanjutan tentang itu mas".  Nara menutup ungkapannya dengan senyum manis nya yang di tujukan untuk maleek lalu membagikan ke semua teman-teman yang lain. Teman-temannya mengangguk pertanda setuju dengan sarannya. Ucapannya sopan,  dia menentang tetapi tidak menjatuhkan.  Gadis ini pintar membawa suasana dan pandai menjaga marwah dan iffah nya.

"hmm,  bener juga sih ra,  oke, mana tau ada ide lain dari teman-teman?  Nanti adopsi  pohon ini kita bahas lebih lanjut aja ya mas maleek,  ndak papa kan?".  Ucap tandu merangkum saran nara dan meminta persetujuan yang punya ide. Maleek angguk-anggik setuju,  toh dia cuma utarakan pendapat,  masalah tidak di terima ya ndak papa pikirnya. 

Semua diam. Saling memandang,  pertanda tidak  ada ide yang menyantol dikepala masing-masing.  Nara mencoba melihat teman-temannya mana tau ada yang sudah punya ide,  sebenarnya  nara sudah punya ide yang ingin di ajukan hanya saja dia masih menunggu ide dari teman-teman yang lain,  biar ada perbandingan dengan idenya,  cocok atau tidakkah idenya di pakai untuk acara GreenLife nanti. 

1 menit berlalu,  senyap.  Masing-masing saling menatap,  berharap ada yang buka suara. 
"hmm".  Tandu berdehem sekali lagi.  Kali ini sambil membagikan pandangan nya,  mencoba menanyakan satu-satu.  Mulai dari nanda yang dibalas dengan gelengan kepala lalu adinda pun begitu,  ahmad membalas dengan cengiran yang menurutnya manis, neropun menggeleng dan maleek juga ikut  menggeleng pertanda sudah stuck,  lalu pandangan tandu beralih pada nara,  berharap gadis manis itu menuangkan idenya sekarang,  dia tahu betul,  nara sudah menumpuk ide di pikirannya.  Ah siapa yang tak paham raut wajah dengan kening berkerut seperti berpikir berat itu?  Nara selalu saja penuh  dengan ide. 

Yang di pandang masih sedikut menunduk belum membalas pandangan  tandu,  masih berpikir keras  keliatannya.  Semua  yang ada mengikuti pandangan pandu,  sama-sama menanti bibir nara mengucapkan sesuatu.  Nara tetap tak menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian teman-temannya,  dia sibuk dengan ide yang berputar di otaknya. Lalu tanpa sadar menaikkan pandangannya sambil mengangkat mocca floatnya. Nara terkejut dan bingung, kenapa semua orang menatapnya begitu?  Ada apa ini? Batinnya. 

"jadi apa ide lo nar? Pasti keren nih kayaknya.  Berat banget lo mikir". Ujar nero warga asli ibu kota.
"eh,  hmm bukan ide besar sih,  jangan terlalu berharap". Jawab nara tersipu-sipu malu,  merasa sudah dinantikan idenya,  nara langsung mengutarakannya.

"gimana kalau kita angkat tema tentang sampah?  Trus nanti hasil limbah rumah tangga itu kita daur ulang menjadi kerajinan tangan yang lebih  bermanfaat,  kayak buat tas belanja dari palstik detergent,  buat gantungan kunci dari koran,  buat celengan dan vas bunga dari limha bubuk teh dan lain-lain sebaginya,  ntar targetnya kita buat untuk anak sekolah dan masyarakat,  jadi ndak musti selalu mahasiswa dan pekerja doang yang ikut".  Nara mejelaskan idenya sambil membagi pandangan nya satu perstau kepada teman-temannya.  Mereka terlihat berpikir,  nero keliatan mau mengatakan sesuatu,  tetapi di urungkan. 

Adinda mengangguk tanda setuju,  tandu masih terlihat menimang ide dari nara,  sementara maleek hanya senyum dan  di susul dengan anggukan nanda sambil menyedot lechy floatnya.

"hmm,  ide bagus.  Coba nanti kita utarakan di forum waktu rapat jum'at depan  ya,  semoga banyak yang setuju.  Gimana teman-teman?".  Kali ini tandu membagi pandangannya lagi meminta persetujuan,  semuanya mengangguk pertanda oke.

"nara,  nanto tolong buat plot idenya ya,  biat mudah dijelaskan nanti di forum,  terus buat juga kendalanya apa,  biar kita bahas d forum nanti". Ucap tandu untuk nara yang di balas anggukan kecil.  Mereka keluar dari topik green life dan tak lama dari itu mereka bersiap-siap pulang.

Sedari tadi quinara sadar ada sepasang mata asing yang memandangnya lekat,  kilatan matanya menampilkan sorot yang sedikit membuat nara takut.  Orang asing ini duduk tak jau dari sebelah tandu,  hanya saja berbeda meja dengan mereka. Yang artinya bersebrangan dengan nara dan membuat si lelaki dengan mudah melihat dan mendengae apa yang mereka obrolkan.

Sebenarnya  nara tidak perduli hingga si pemilik tatapan aneh itu  terlihat mengejarnya keluar. Ketika sampai dipintu depan,  dia memanjangkan tangannya,  menecolek takut sedikit bahu nara.  Nara tau lelaki aneh tadi yang menatapnya,  iya yakin betul lelaki itu mengejarnya tadi.  Nara menolehkan wajahnya setelah bebrapa kali beristighfar dalam hati.

"maaf mbak, ini bu".  Lelaki aneh itu belum sempat menhabiskan kalimatnya.

"maaf saya buru-buru".  Nara yang takut langsung membalikkan lagi badannya dan berlari menuju tempat dimana mobil terparkir.  Nara tak mau mendengar apa kelanjutan kalimat lelaki itu.  Tidak.  Nara bahkan tak mau mendengarnya.  Rasa takutnya melebihi rasa penasarannya. 

Sesampaimya di mobil,  nara lamgsung menstarter mobilnya,  tak perduli dengan tatapan bengong lelaki aneh tadi.  Bagi nara di tatap begitupun sudah cukup aneh dan membuatnya takut.  Pasalmya lelaki itu tak lernah sedikit pum mengalingkan pandangannya  tadi,  ketika nara rapat.  Meski beberapa x nara balas dengan sedikit pelototan.  Dia tetap menatap nara,  sesekali tambahkan  dengan senyuman. 

Tampan memang,  nara tak memungkiri itu.  Tapi tetap saja,  membuat bulu kuduknya berdiri tegak ketakutan.  Nara melajukann mobilnya dengan tergesa,  kelihatan sekali sedang menghindari sesuatu.

***

Assalamualaikum  semuanya,  kali ini saya mau membuat sebuah cerita yang sederhanadengan konflik yang ringantetapi saya mencoba  untuk tidak datarMohon saran dari teman-teman yang membacakalau ada typo kasih tau ya.  Saya  juga manusia yg penuh dengan  kesalahan.

Sincerly,  The Young New.

A VERRY  HAPPY WEDDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang