PROLOG

82 13 14
                                    

Tahun 2017 adalah tahun dengan segala kecanggihan teknologi. Semua manusia saat ini sangat tergantung pada alat-alat yang terdapat mesin didalamnya.

Hingga mereka semua melupakan adat tradisi dari negara masing-masing. Aku adalah salah satunya, aku benar-benar tak percaya dengan semua mitos yang sering ibuku ceritakan. Aku tak mengerti bagaimana mereka para orang jaman dahulu bisa mengarang cerita seperti itu.

Hingga aku bertemu dia, wanita berambut merah bergelombang bermata coklat terang merubah tubuhnya menjadi api lalu perlahan menjadi seekor burung besar berwarna oranye persis dengan cerita ibuku.

Tubuhku kaku tak bisa bergerak saat kedua matanya menatapku, aura panas menguar dari sayap-sayap apinya.

"Siapa kamu?"

Burung api-- ya aku menamainya dengan burung api, cocok untuk menggambarkan sosok mengerikan di depanku saat ini.

Namaku Avisa, tuan Abhivandya Aniello Dhanvant.

"Su-suara siapa itu?" teriakku.

Suara saya tuan, suara burung yang ada didepan anda.

Aku melihat burung itu, ia masih setia menatapku tajam. Lama-lama aku bisa gila. Pegawaiku berubah jadi burung? Di zaman modern ini? Ya tuhan... mungkin aku sudah benar-benar mabuk, gumamku

Kamu tidak mabuk Abhi, ini benar aku Avisa.

"Tapi bagaimana kau bisa berubah menjadi burung seperti itu, Avi?" tanyaku.

Ceritanya panjang Abhi, aku tidak bisa memberi tahu kamu sekarang. Jika waktunya sudah tepat aku akan memberi tau kamu.

"Bisakah kau berubah menjadi manusia lagi Avi? Kau sungguh mengerikan dengan sosok seperti itu."

Benarkah? Padahal aku di juluki Avis Pulchra di klan saya.

"Avis Pulchra? Apa itu?" tanyaku.

Burung paling cantik, tuan.

Tawaku menggelegar seantero kamarku, tubuhnya saja dilapisi api yang berkobar, bahkan ekornya langsung dari api. Apa itu yang dimaksud cantik?

"Dengar Avi, saya benar-benar tidak suka dengan wujudmu seperti itu. Bisakah kau berubah kembali menjadi manusia?" jelasku.

Seketika itu burung yang bertengger di sofa kamarku terbang, berputar beberapa kali lalu melebarkan sayapnya. Entah berapa meter jika keduanya terbentang, yang pasti sangat panjang. Lalu perlahan burung api itu terbang merendah, api-api yang muncul dari setiap bulunya menghilang dan berubah menjadi kulit mulus manusia.

Perempuan berparas cantik itu sekarang berdiri didepanku dan tidak ada satu kain yang menutupi tubuh mulusnya.

"Apa kau masih mencintaiku?"
.
.
.
.
.
.

With love,

Annisa Aziz

Avis PulchraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang