Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
IG @Benitobonita (pesan novelnya ke 081219457018)
Pria gemuk berusia tiga puluh lima tahun itu mengepalkan tangan lalu menghantam meja, kedua mata pria itu melotot tajam ke arah keponakannya.Evelyn kecil terkesiap dan gemetar, takut akan memperoleh hukuman lanjutan. Bibinya telah memberikan beberapa cubitan yang menyakitkan karena dia tidak sengaja meletakkan seterika yang masih panas di atas pakaian pamannya terlalu lama hingga baju itu ternoda oleh bekas gosong.
"Dasar bodoh! Apa kau tidak punya otak? Pakaian itu mahal! Bagaimana cara kau akan menggantinya?"
Mata biru Evelyn berkaca-kaca, menunduk menatap lantai putih, dia tidak berani membantah. Bibinya memanggil dia untuk membuang sampah keluar rumah saat gadis kecil itu menyeterika, sehingga dia meninggalkan pekerjaannya sejenak, Evelyn tidak tahu bahwa hal itu akan merusak pakaian pamannya.
"Ma-maaf, Paman," ucapnya gemetar, jantung anak itu berdebar cepat, sudut matanya melirik kepada ikat pinggang yang sering digunakan untuk memukul kakinya.
Namun, pria itu tidak menerima permintaan maaf anak itu dengan mudah. "Dasar anak sial! Karena kelahiranmu, ibumu bunuh diri!"
Air mata Evelyn mengalir turun, dia kembali diingatkan bahwa kelahirannya tidak diharapkan. Ayahnya meninggal karena overdosis saat berusia dua puluh tahun dan ibunya yang berusia delapan belas tahun tewas dalam kecelakaan mobil karena mabuk saat berkendara, sesaat setelah melahirkan.
"Tidak berguna! Apabila nenekmu tidak memaksa kami memeliharamu sebelum dia meninggal, tentu kau sudah berada di panti asuhan!"
Menggigit bibir menahan suara tangis agar tidak keluar, Evelyn berusaha mengatur napas. Sebab dia tahu, paman dan bibinya tidak suka mendengar tangisannya.
"Pergi ke kamarmu sekarang dan jangan keluar hingga malam! Hari ini tidak ada makanan untukmu!"
Bernapas lega karena tidak memperoleh pukulan, anak itu segera berlari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.
Struktur rumah pamannya tidak berbeda dengan rumah tetangga, di lantai dua, ada sebuah kamar mandi dan dua buah ruangan, yang digunakan sebagai gudang dan ruang seterika juga merupakan kamar tidur Evelyn. Sedangkan pada lantai dasar, ada dua ruang tidur, sebuah kamar mandi, ruang tamu yang berfungsi juga sebagai ruang keluarga dan dapur yang mencakup ruang makan.
Evelyn masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu perlahan. Udara dalam kamarnya terasa panas, membuka jendela, dia membiarkan hawa sejuk pagi hari masuk ke dalam ruangan.
Sebuah pohon besar dengan cabang mengarah ke jendela, menghalangi pemandangan yang dapat dilihat olehnya. Namun, Evelyn tidak mengeluh, dia sering menggunakan pohon itu untuk memanjat masuk dan keluar kamar saat malam hari untuk bermain di kebun.
Meletakkan kepala di atas kedua lengan yang terlipat pada daun jendela, dia mengamati anak-anak sebayanya yang tengah berangkat sekolah.
Pikirannya mengembara pada kenangan malam sebelumnya, saat dia bertemu teman baru. Tersenyum, gadis kecil itu mengharapkan malam segera tiba.
*****
Aaric duduk bersandar pada sofa lalu menyalakan televisi. Mayat yang harus dia musnahkan telah tergeletak di dalam kamar tidur yang tertutup, subuh hari, dia telah membuka lebar tirai jendela ruangan itu sehingga cahaya matahari akan masuk dan membakar habis tubuh dan kepala vampir itu hingga menyisakan pakaian yang dikenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aaric's Bride : Pengantin sang Vampir : Fantasi Romansa
VampireTatapan gadis itu melembut. "Aku tidak peduli apakah kau manusia ataupun bukan, bagiku, kau adalah Aaricku dan satu-satunya keinginanku adalah tinggal bersamamu." ========== Aaric seorang manusia yang telah menjadi vampir, melarikan diri dari majika...