PRIA BERTATO BUNGA

3.2K 351 35
                                    

Suara tangisan penuh ratapan terdengar jelas menembus dinding kamar dari sekian banyak kamar yang ada di wisma Bunga Raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangisan penuh ratapan terdengar jelas menembus dinding kamar dari sekian banyak kamar yang ada di wisma Bunga Raya. Tidak hanya suara tangisan itu saja yang terdengar, tapi disusul oleh suara bentakan dan desau lecutan yang menyambar berulang kali.  Bentakan-bentakan bernada marah membahana di sepenjuru lantai atas wisma bahkan hingga mencapai telinga gadis muda yang sedang bermain kecapi di lantai bawah, di sebuah lorong yang menghadap taman teratai.

"Seorang Yiji dilarang hamil jika dia bukan isteri atau salah satu selir pejabat istana! Wisma ini tidak mendidik Yiji untuk sebuah kisah romantis murahan dan rendahan yang kau lakukan dengan pemuda desa yang miskin! "

"Ampun Mama Ding.." tangisan pilu Yiji yang terus dipukuli Mama Ding melolong sepanjang wisma itu, menggetarkan hati siapa saja yang mendengarkannya,  termasuk si gadis belia yang bermain kecapi.

Mu Rong meninggalkan latihan kecapinya dan bangkit dari duduknya, menyeret perlahan kakinya menuju kamar Xiao Feng, Yiji yang menerima hukuman dari Mama Ding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mu Rong meninggalkan latihan kecapinya dan bangkit dari duduknya, menyeret perlahan kakinya menuju kamar Xiao Feng, Yiji yang menerima hukuman dari Mama Ding.

Fei Yan menyadari ke mana akan Mu Rong pergi dan dia menahan lengan hanfu gadis itu. "Jangan ke sana, Mu Rong!" ingatnya tegas.

Tapi Mu Rong hanya menatapnya dan terus saja berjalan pelan keluar dari ruang latihan kecapinya. Ketika dia sampai pada lantai atas, dilihatnya beberapa Yiji berkumpul di depan kamar Xiao Feng, melihat dan tidak berani menghentikan kemarahan Mama Ding.

Salah satu yang berdiri di barisan depan, melirik Mu Rong yang berjalan mendekat. Gui Hong menatap tajam Mu Rong penuh perhitungan. Sudah 4 tahun berlalu terakhir kali dia menatap mata bulat Mu Rong ketika dia melayani Jenderal Liu, di sana dia bisa melihat kekuatan Mu Rong yang ingin mengambil posisinya sebagai primadona Wisma Bunga Raya.

Gui Hong tahu keberadaan gadis itu yang mengintip ketika dia bercinta dengan Jenderal Liu malam itu,  dan malam itulah dia mulai mendapati sinar mata Mu Rong yang dikenalnya sekarang. Gui Hong memutar erat saputangannya saat berpandangan dengan Mu Rong.

Mu Rong kini telah menjelma menjadi gadis belia berusia 14 tahun, kecantikannya yang memukai sedang masa mekar dan banyak yang menanti, siapa dan kapan kelopak gadis itu dipetik. Sudah banyak pria pelanggan wisma menanti hari "Petik Bunga" Mu Rong. Tapi hingga kini, Mama Ding selalu mengatakan bahwa Mu Rong sudah dipersiapkan untuk seseorang.

Snow in Heart (COMPLETED) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang