Keito memutar bola matanya ketika mendapati siapa sosok di balik pintu rumahnya.
"Yuri!", teriak Yuto girang melihat kekasihnya muncul dari balik pintu.
"Kejutan! Aku membawa sesuatu untuk kalian!", ucap gadis itu masuk begitu saja sebelum dipersilakan oleh Keito.
Gadis itu lantas segera menaruh bungkusan plastik besar di atas meja makan sambil mengeluarkan satu persatu isinya.
"Wah apa yang kau bawa sih, sayang. Tidak usah repot-repot."
"Ini sama sekali tidak merepotkan kok. Aku membawakan daging sapi khas dalam kualitas terbaik untukmu", jawabnya meringis. Yuto yang gemas segera mengacak mesra rambut kekasihnya itu yang membuat perut Keito terasa mual melihatnya.
Tidak ingin kalah, Keito segera melihat isi kulkasnya. Memang tidak banyak bahan, namun ia rasa ini bisa menjadi senjata yang bagus.
"Ayo kita perang", tawar Keito membuat kedua orang di depannya ini menoleh keheranan ke arahnya.
"Ayo kita perang masak dan Yuto cukup duduk di sofa dan menjadi juri. Bagaimana?" Lanjutnya lagi dan membuat Yuri menyeringai kecil.
"Boleh. Yang kalah harus mengikuti apa yang pemenang katakan."
"Setuju."
Yuto hanya bisa menggaruk kepalanya dengan kasar. Ia tak mengerti kenapa suasana di rumah ini bisa menjadi seserius ini. Merasa kesal diabaikan, ia melengos saja untuk duduk di sofa seraya menonton acara televisi di sana.
"Tidak sia-sia aku belajar masak dari chef terkenal di negara ini", bisik Yuri mendekatkan bibirnya ke telinga Keito yang saat ini sibuk memotong bawang.
Mendengar itu membuat Keito tersulut api emosinya dan membunyikan suara pisau yang dibanting ke talenan dengan keras.
"Mari kita buktikan. Apakah pengalaman memasak selama bertahun-tahun ataukah justru hasil memasak dari chef kondanglah yang menang", ucap tajam Keito menatap kedua onyx milik Yuri yang hitam.
Setelah keduanya selesai memasak, mereka menaruh hidangan ke atas meja. Yuto dipanggil untuk segera mencicipi hidangan yang dibuat mereka.
Ada sepiring steak sapi dengan tingkat kematangan medium dan juga semangkuk sop ayam lengkap dengan sayuran yang menyehatkan.
"Ah anu. Di luar sedang gerimis jadi aku sengaja menyiapkan sup agar badanmu menjadi lebih hangat dan bertenaga dan aku juga tahu bahwa kau suka dengan wortel jadi aku sengaja menambahkan banyak wortel di dalamnya."
Presentasi yang bagus dan tentu saja Yuri pun tidak mau kalah.
"Aku pernah belajar masak dari chef Jun A. Kau tahu sendiri bahwa dia adalah salah seorang chef yang sangat populer. Katanya, hidangan ini adalah salah satu hidangan yang paling kukuasai. Ah coba lihat. Aku juga menambahkan potongan wortel yang kurebus sebentar agar lebih mudah dikunyah."
Yuto yang sudah tak sabar itu pun segera saja mencicipinya satu persatu hidangan yang mereka berdua buat. Mereka mendesak punya siapakah yanh menurut Yuto paling enak dan jawabannya cukup mencengangkan.
"Aku memilih Yuri."
"Eh?", tanya Keito terkejut karena tak percaya.
"Lagipula dia pacarku. Meskipun kemampuan memasaknya kurang lama kelamaan dia pasti terbiasa. Sedangkan punyamu, ya... aku tahu kau bisa memasak dan masakanmu memang enak. Tapi kau sering membuat hidangan itu sehingga membuatku merasa agak bosan dibuatnya. Jadi begitulah. Pemenangnya adalah Yuri."
Bagaimana mungkin suaminya memilih hidangan yang dibuat oleh orang lain?
Ini sungguh tidak adil bagi Keito. Ia merasa sangat terkejut mendengarnya langsung dari bibir suaminya sendiri. Ia berjalan perlahan menghampiri sofa dan duduk di atasnya tanpa mempedulikan seberapa lebarnya senyum gadis itu sekarang yang sedang sibuk memeluk pinggang suami Keito saat ini.
"Kau harus menepati janji. Yang kalah harus menuruti kata pemenang. Bukankah begitu, kak Keito?", tanya Yuri memandang Keito dengan penuh kemenangan sementara Keito sedang sibuk mengatur perasaannya dan memilih untuk tak menjawab.
"Aku mau Yuto tinggal di rumahku selama dua bulan."
Yuto terkejut mendengarnya.
"Apa?", tanyanya.
"Kenapa? Apakah itu permintaan yang berat? Cuma dua bulan kok."
"Tidak. Bukan begitu. Masalahnya bagaimana kalau sampai orangtuany...ma, maksudku bagaimana kalau sampai tetanggamu tahu bahwa ada orang asing yang tinggal lama di rumahmu?"
"Tenang saja. Semua tetangga di sekitar rumahku selalu cuek kok. Mereka tidak keberatan dengan siapapun yang tinggal di daerah mereka. Tidak lama kok. Cuma dua bulan. Ya kan, kak Keito? Boleh kan? Bukannya kau kalah? Tadi kesepakatannya yang kalah harus menuruti kata pemenang kan, kak? Ya kan?"
Keito memandang wajah Yuri dengan perasaan tak rela. Ia ingin menolak dan membantah. Ingin rasanya ia menggunduli rambut panjang gadis itu saat ini juga. Tapi, tapi, bagaimana dengan Yuto? Ia tahu berapa besar rasa cinta lelaki itu pada Yuri.
Dengan kepala yang tertunduk, ia hanya mengangguk tanpa suara. Melihat itu membuat Yuri kegirangan dan menyuruh Yuto untuk buru-buru berkemas dan segera pergi ke rumahnya.
Yuri membantu Yuto untuk menaruh beberapa lembar pakaian ke dalam koper. Yuto yang sibuk berkemas tiba-tiba merasakan perasaan aneh yang lain. Ia tidak tahu apa itu namun ada yang membuat hatinya dirundung cemas secara tiba-tiba dan ketika ia hendak keluar dari pintu rumahnya, ia memandang wajah Keito yang mendekat kepadanya lalu memberikan sesuatu di tangannya.
Ia melihat raut sedih di sana.
Sebuah rasa kecemasan dan tidak rela.
Ia tidak tahu apa yang tengah dicemaskan oleh pria berwajah manis itu, namun yang ia tahu adalah bahwa mereka berdua akan berpisah untuk waktu yang cukup lama.
Dua bulan bukanlah waktu yangs sedikit, bukan?
Ia membuka sesuatu yang dititipkan oleh Keito di genggaman tangannya dan membuat hati Yuto untuk pertama kalinya terkesan pada isteri (suami) sahnya itu.
Sebotol kecil aromatherapy dan secarik kertas kecil menyertainya.
Aku tahu kau menyukai aromatherapy merk ini untuk menghilangkan stress. Jangan sampai sakit, ya :)
-Keito-
Ketika kepala Yuto hendak menoleh ke belakang untuk mencari sosok Keito, mobil Yuri sudah lebih dulu tancap gas menjauhi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Married, right?
FanfictionOkamoto Keito dan Nakajima Yuto telah menikah namun rumah tangga mereka tidak pernah harmonis. apa yang terjadi? *** well, aku pernah menulisnya dalam akun LiveJournal milikku dan aku mengopasnya kesini dengan harapan agar aku bisa melanjutk...