Marriage 11

367 37 33
                                    

Yuto kembali ke hotel setelah pulang dari rumah Yuri. Dilihatnya ke sekeliling, rupanya ruangan dalam keadaan mati. Ia berjingkat mencari sosok Keito namun tak ada sesiapapun di dalam kamar. Ia menghela napas. Pikirnya barangkali Keito sedang pergi keluar entah kemana.

Ia berniat untuk menaruh barang belanjaannya ke atas kabinet dapur, namun ia segera terkejut ketika melihat Keito terbaring di lantai. Ia segera meraih tubuh itu dan membaringkannya ke atas kasur.

Diperiksanya kening Keito dan disadarinya bahwa ternyata ada demam yang menyerang. Tak butuh waktu lama untuk mengambil air es dan kain dari dapur lalu kembali lagi untuk mengompresnya pada kening anak itu.

Yuto heran karena seingatnya tadi pagi ia yakin sekali bahwa anak itu baik-baik saja. Meskipun mereka bertengkar tidak nampak tanda-tanda sakit sama sekali yang ia lihat dari wajah Keito.

Lalu bagaimana bisa ini terjadi?

"Unngh.. jam berapa ini?", suara lenguh yang lirih membuyarkan lamun Yuto.

"Itu tidak penting. Sekarang beristirahatlah lagi. Dua jam lagi kau akan kubangunkan untuk makan malam dan minum obat."

Tak terdengar apapun selain gumaman Keito tiga detik yang lalu sebelum ia kembali jatuh tertidur.

Ia memeriksa kedua mata Keito yang terpejam itu terlihat nampak sembab.

Apakah ia habis menangis?, pikirnya.

*****

Esok harinya ketika Keito terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara gaduh dari arah dapur. Ia memeriksa jam dinding sebelum mengikuti arah sumber suara.

Ia tersenyum kecil saat menyaksikan punggung suaminya yang tampak sibuk mengurus sarapan pagi ini.

Eh? Apakah aku harus pura-pura sakit saja ya hari ini?, pikirnya.

"Keito, bangun.. aku membuatkan bubur untukmu!"

Mendengar suara Yuto memanggil namanya membuat tubuhnya secara otomatis mengambil seribu langkah kembali ke ranjang dan masuk ke dalam selimutnya. Sewaktu bersekolah SMA dulu ia pernah masuk klub drama jadi ia bisa memakai kemampuan aktingnya sekarang. Ia pun dengan cepat memejamkan mata beberapa detik sebelum Yuto datang menghampiri dirinya.

"Keito sarapan dulu dan minum obat baru habis itu lanjut tidur..", ucap Yuto mulai menyingkap selimut yang menutupi tubuh Keito.

Dengan berakting, Keito pun melenguh dan mengucek kedua matanya lalu memandangi wajah tampan suaminya itu.

Ah dunia pasti iri sekali bisa memandangi pemandangan terhampar yang sedang ditatapi oleh Keito saat ini..

"Jam berapa ini?", tanya Keito dengan suara bindeng(?). Kali ini ia tak sedang berakting.

"Jam sembilan. Bangunlah dan sarapan. Hari ini kau tak usah ke kantor dulu. Aku ada meeting mendadak dengan staff jadi tidak bisa lebih lama berada di sini. Kalau nanti ada telepon dari petugas polisi yang kemarin langsung terima saja dan catat apa hal penting yang disampaikan lalu sms ke nomorku."

Keito tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Ya sudah. Aku pergi dulu."

"Ah, kau sudah sarapan?", tanya Keito tiba-tiba. Dilihatnya Yuto memandangi jam tangan mewah miliknya.

"Sudah tidak ada waktu. Aku harus segera pergi", ucapnya melengos begitu saja.

Pada akhirnya hari ini pun tidak bisa sarapan bersama, pikir Keito. Tapi sudahlah. Ini adalah kemajuan yang bagus karena sama sekali tak menyangka bahwa Yuto akan membuatkan sarapan untuk dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We're Married, right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang