Aku sedang berbaring santai di padang rumput yang luas saat itu. Semilir angin berhembus menerpa wajahku. Langit biru terlihat indah menyapa bumi dan seisinya. Suara kicauan burung juga menambah kesan damai di padang rumput tersebut.
Mataku terpejam menikmati keadaan sekitar sampai sebuah tangan mengusap lembut pipi kananku. Saat kedua kelopak mataku terbuka, kedua bola mataku mendapati malaikat yang begitu menawan tengah tersenyum manis padaku.
"Jisoo-sunbae, kau manis sekali," gumamku tak sadar. Sang malaikat--Jisoo-sunbae, terkekeh kecil sebagai balasan.
Astaga, rasanya aku ingin menciumnya.
Aku sering terheran-heran setiap kali melihat Jisoo-sunbae. Bagaimana mungkin ada seorang manusia yang jelas bukan malaikat terlihat seindah ini? Rambutnya yang di cat dengan warna ungu pucat, matanya yang menawan seperti mata kucing, dan kedua belah bibirnya yang selalu menyunggingkan senyum termanisnya.
Aku bangkit dari posisi berbaringku dan segera duduk berhadapan dengan Jisoo-sunbae. Mataku terpaku saat menatap kedua bola matanya yang indah.
Wajahku mendekat. "Jisoo-sunbae, bolehkah?"
Hening sesaat sampai akhirnya Jisoo-sunbae mengangguk kecil dengan kedua pipinya yang sedikit merona. Nyaris saja aku melompat karena terlalu bahagia diberi lampu hijau oleh sunbae manis macam Jisoo-sunbae.
Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Kedua ujung hidung kami saling bersentuhan, membuat jantungku berdetak tidak karuan. Saat kedua belah bibir kami hendak bertemu, sesuatu menggeplak kepalaku dengan keras sehingga aku langsung pingsan. Anehnya, aku tersadar kembali hanya beberapa detik setelahnya. Tapi... kemana padang rumput nan damai tadi?
"Lee Seok Min! Berani-beraninya kau tidur saat kelasku sedang berlangsung!"
Bulu kudukku meremang saat mendengar teriakkan seseorang di depan sana. Kedua mataku masih berusaha menyesuaikan cahaya di sekitar sampai akhirnya aku menemukan Tarumi-songsaengnim, guru sejarahku, sedang berkacak pinggang dengan wajah garangnya. Keadaan kelas begitu hening. Beberapa murid di kelas menatapku prihatin namun sebagian besar menatapku seakan ingin menertawaiku habis-habisan.
Sial. Tadi cuma mimpi?!
"Lee Seok Min!"
Badanku refleks menjadi tegak. "Ne, seongsaengnim?"
"Jangan tidur lagi!"
"Ne, songsaengnim!"
Kemudian Terumi-saem kembali menjelaskan tentang peristiwa perang dunia ke-2 di depan kelas.
Aku ingin mati saja. Sungguh.
Pertama karena pelajaran sejarah yang membosankan masih akan berlangsung sekitar setengah jam lagi. Kedua karena satu kelas kini sedang terkikik menertawakanku. Ketiga karena mimpiku tadi.
Bagaimana bisa hidup ini begitu kejam? Mengapa mereka membuat hal seindah nyaris mengecup bibir manis Jisoo-sunbae menjadi sebuah bunga mimpi? Padahal kalau benar terjadi akhirnya aku bisa mendapatkannya, mendapatkan Jisoo-sunbae dan hati lembutnya. Memikirkan hyung manis yang satu itu membuatku berhalusinasi. Suara lembut Jisoo-sunbae mendayu-dayu di telingaku--memanggil namaku, membuat senyum lebar terpatri di wajahku tanpa sadar.
PLAKK
"Berhenti berimajinasi dan perhatikan penjelasan saem, Lee Seok Min!"
==Just Look at Me==
"Kepalaku..."
"Kau bodoh sih. Berani sekali tidur di kelas Tarumi-saem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan ShortFic [SEVENTEEN]
FanfictionBerisi shortfic dengan cast otp2 seventeen. Otp(s) = SoonHoon (done), Meanie (done), JunHao (done), SeokSoo (done), VerKwan (otw)