Untitled Part 6

471 79 5
                                    

"Wajahmu seperti panda." Tooru mencubit pipi Sera gemas. Ia tahu gadis itu terlalu sibuk semalam, bahkan Tooru ragu kalau Sera sempat tidur semalam, terlihat dari dandanan dan pakaiannya yang rapi.

Gadis itu mandiri, kelewat mandiri sampai Tooru harus menjadi penguntit kalau ingin membantunya secara paksa. Sebenarnya kemarin Tooru nyaris membuntuti Sera kalau tidak bertemu dengan Hitoka.

"Jangan menggangguku, sialan." Dumel Sera sembari mencubit lenganTooru pelan. ia menguap, dan segera menutup mulutnya dengan punggung tangan. Ayolah, Sera baru tidur jam tiga dan harus bangun jam lima untuk bersiap-siap, lalu sekarang ia hanya ingin duduk manis, kalau bisa tidur sambil duduk, masa bodoh ia duduk di deretan paling depan, yang penting ia tidak maju untuk memberi pidato sebagai perwakilan, karena untungnya Tooru lebih pintar darinya sehingga pemuda itulah yang melakukannya, sebagai lulusan terbaik.

Keduanya segera duduk di tempat mereka. Tooru duduk dan langsung mengusili Sera lagi. Tooru terlalu bahagia mengingat kemarin, tidak salah kan kalau ia ingin membagi kebahagiaannya pada sahabat terbaiknya selama disini? Maka dari itu Tooru asik merusak rambut Sera. Rambut gadis itu terlalu lembut dan rapi, dikacaukan seperti apapun, hanya dengan menyisirnya dengan jari, rambut Sera sudah bisa kembali rapi.

Tapi tetap saja lebih menyenangkan mengelus rambut Hitoka. Tooru terkekeh sambil memainkan surai kelam Sera, sementara gadis itu mendelik sebal, namun membiarkan tangan Tooru bergerilya di rambutnya.

Tooru tidak suka kalau Sera diam ketika diganggu, itu artinya gadis itu sudah sangat lelah. Sama seperti jika Tooru mengganggu Hitoka dan gadis pemalu itu berhenti protes. Intinya Tooru tidak suka jika gadis kesayangan dan gadis yang dianggapnya adik paling kurang ajar itu terlalu lelah. Tooru tidak ingin mereka sakit.

"Kau tau," Sera yang membenamkan wajah di telapak tangannya berkata, sedikit tidak jelas karena mulutnya tertutup tangan. "Aku merasa kita diawasi."

Gerakan rangan Tooru terhenti, ia menatap Sera heran sebelum mengalihkan pandangan. Insting liar Sera jarang salah, maka dari itu, Tooru berharap ada yang benar-benar mengawasi mereka, karena akan menyeramkan kalau ternyata orang yang mengawasimu ada makhluk tak kasat mata.

Namun ketika menyadari siapa yang mengawasi mereka, Tooru lebih berharap mereka diawasi dosen yang paling membenci wajah rupawan Tooru. Gadisnya sedang menatapnya. Mata gadis itu tampak terluka. Tidak, dia terluka.

Perlahan Tooru menurunkan tangannya dari kepala Sera, membuat gadis itu sontak menatapnya bingung. Menemukan binaran terkejut dan rasa bersalah yang begitu jelas di kedua netra Tooru, Sera mengikuti pandangan pemuda itu, menatap ke arah seorang gadis manis berambut pirang yang tengah menatap mereka.

Uh-oh, sepetinya dia salah paham. Itu Hitoka Yachi, Sera sangat yakin. Sera memang tidak pernah bertemu dengannya secara langsung, tapi Tooru adalah stalker aktif gadis itu, tentu saja Sera tahu semua tentang Hitoka dari Tooru.

Sera ingin bertemu gadis itu, Sera ingin menjadi tempat Hitoka Yachi mengadu kalau Tooru bertingkah usil dan bersikap mesum padanya. Bukan sebagai sosok yang tidak disukai karena disangka pacar dari laki-laki yang dianggapnya kakak paling menyebalkan sedunia.

Hitoka tersenyum dari tempatnya duduk. Tapi percayalah, senyum itu meremukan hati Tooru, membuatnya sama sekali kehilangan kebahagiaan di hari kelulusannya.

Sial, sial, sial. Sera menggigit bibir. Mereka harus bicara nanti. Apapun yang terjadi. Sera melirik Tooru yang masih tampak syok, lalu menyikutnya pelan.

"Temui dia nanti dan jelaskan semuanya, sekarang fokuslah lebih dulu karena si Kribo sudah siap untuk berpidato."

-w-

Avec la PluieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang