Untitled Part 8

487 79 7
                                    


"Yo, Oikawa," Koushi menyapa riang. Di sampingnya ada Kiyoko yang tampak anggun dengan terusan biru muda yang meneduhkan mata.

Tooru terkekeh sebelum menjabat tangan sahabatnya itu dan memeluknya akrab, sebelum menjabat tangan Kiyoko sebentar. "Wah, Shimizu kau benar-benar cantik hari ini. Kapan namamu berubah jadi Sugawara?" godanya sambil mengerling ke arah Koushi yang terkekeh geli, sementara sang kekasih nampak malu-malu dibuatnya.

"Kau tunggu saja. Aku akan membawakan undangan khusus untukmu," Koushi tersenyum lebar sambil merangkul Kiyoko hangat, membuat siapapun yang melihatnya berharap mereka akan cepat-cepat menikah saja. "Lalu, bagaimana rencanamu?"

Hajime yang tadi terlihat mengantuk kini ikut menajamkan pendengaran sembari menatap sahabatnya dari kecil itu. Sementara Kiyoko menatap serius Tooru.

"Kalau kalian bisa membawa Hitoka ke ruangan klub musik, semuanya pasti lancar," Tooru menyunggingkan senyum lima jarinya. Ia percaya diri bahwa ia bisa memenangkan hati Hitoka sekali lagi. Berdasarkan cerita Kiyoko semalam, melalui Koushi tepatnya, ia tahu bahwa Hitoka berharap akan kedatangannya pada kelulusannya hari ini.

"Tentu saja kami bisa membawa Hitoka kesana. Gadis itu percaya pada kami. Yang tidak bisa dipercaya itu kau, kau itu sangat bodoh dan ceroboh," tutur Hajime datar sambil menutup mulut karena menguap.

"Iwa-chan bisa tidak kau mendukungku tanpa menghinaku?" sembur Tooru sebal sambil memberengut, mengundang tawa dari Koushi dan Kiyoko yang membuatnya tambah sebal.

"Tentu saja tidak bisa," Hajime menyahuti enteng. Ia menepuk pundak Tooru pelan. "Kalau begitu kami pergi kesana dulu. Kau bersiap-siap saja," tambahnya sambil berlalu, diikuti oleh Koushi dan Kiyoko.

-w-

Kenapa juga aku terus berharap dia datang?

Hitoka menggigit bibir bawahnya ketika kepala rektorat selesai membacakan pidato penutupan kegiatan. Sebelum namanya dipanggil untuk membacakan pidato perwakilan mahasiswa yang diwisuda semester ini dan setelah ia selesai membacakan pidatonya, manik cokelat beningnya mengedar mencari sosok yang pemuda yang membuat hatinya berdebar sekaligus teriris pada saat bersamaan.

Namun ia tak bisa menemukannya dimanapun.

Senyum miris hadir di wajahnya. Ia berdiri dan membungkuk hormat kepada para tamu dan segera menghambur ke pelukan Madoka begitu barisan para wisudawan dibubarkan. Madoka segera memeluk dan mengelus rambut putri kesayangannya sebelum mereka diserbu oleh senior-senior Hitoka yang berebut memeluk dan menyalaminya. Tentu saja kehebohan terjadi begitu Tetsurou dan Koutarou akan memeluk adik manis mereka.

"Bokuto, Kuroo! Pergi sana! Kalian mengganggu saja!" amuk Kaori ketika Tetsurou dan Koutaro saling melotot satu sama lain di depan Hitoka dan Madoka yang hanya bisa tertawa.

"Kuroo-kun, Bokuto-kun, aku juga ingin bicara dan memberi hadiah pada Hitoka. Jadi bisa kalian permisi sebentar?" Kiyoko berkata lembut.

Koutarou dan Tetsurou otomatis menyingkir dengan cepat. Bukan karena usiran halus Kiyoko, namun pelototan dari Koushi yang mampu membuat mereka keder. Percayalah, senakal apapun Tetsurou Kuroo dan Koutarou Bokuto, amukan Koushi Sugawara selalu bisa membuat mereka terdiam dan menjadi anak baik.

"Hitoka-chan, omedetou," ucap Kiyoko sembari mengelus puncak kepala gadis yang lebih muda, kemudian memeluknya sayang. Sebelum Koushi ikut memeluknya dan menyelamati adik mereka itu.

"Ah, kami punya hadiah untukmu," senyum lebar mengembang di wajah Koushi, memancing rasa penasaran dari setiap orang yang ada disana kecuali sang kekasih tentunya.

Avec la PluieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang