twenty four: bonus chapter (i)

6.2K 974 90
                                    

sesak. itulah yang gue rasakan sekarang. rasanya udah cape aja nangis berjam-jam, dan yang gue tangisin pun entah aware sama keadaan gue atau engga. sebatas nanya kabar pun gak sempet sama sekali. in conclusion, gue sama taeyong udah gak pernah chat selama dua minggu terakhir.

capek? ya jelas iya. orang akhir-akhir ini cuma gue yang selalu mulai chat duluan, dan itupun tanpa adanya respon dia yang nanya balik. alhasil isi chat kita udah macem interview aja.

gue ngerti kok pekerjaan dia lagi hectic-hectic nya sekarang, tapi seenggaknya bisa lah kabarin gue atau sekedar nanya kabar gue? chat gak pernah, ketemu apalagi. udah berasa ldr padahal jarak kita cuma tiga puluh menitan.

sekarang, disinilah kita, di kamar gue, tanpa ada sepatah katapun yang terucap. dari tadi kita diem-dieman, taeyong sibuk sama pikirannya sementara gue udah sesenggukan.

"aku lagi kerja keras biar bisa dipromosiin ke jabatan yang lebih tinggi," ucap taeyong seolah gue belum tau akan hal itu.

"segitu gak sempetnya ya megang hp? sampe kabarin aku aja gak bisa," kata gue. "padahal kemaren-kemaren bisa tuh snapgram-an sama temen kantor kamu."

taeyong narik rambutnya frustasi lalu mondar-mandir.

"kan kamu liat sendiri itu dia yang mainin hp aku," elaknya dan gue cuma diem.

selama tiga taun pacaran, kita bisa menyelesaikan segala keributan dengan kepala dingin. tapi kali ini kita berdua kayaknya udah sama-sama memuncak emosinya.

"aku kasian liat kamu nangis terus, capek hati capek pikiran juga," kata taeyong. "di saat yang lain romantisan sama pacarnya, kamu malah nunggu kabar dari aku yang sibuk. kamu gak capek nungguin aku terus?"

wajah gue yang udah basah karena air mata spontan terangkat. taeyong masih sibuk mondar-mandir.

"kok kamu ngomongnya gitu sih?"

mata taeyong terbelalak. dia narik kursi dan duduk berhadapan sama gue.

"gitu gimana?" tanyanya heran.

"ya gitu, kayak orang mau putus," ucap gue pelan.

"bukannya itu yang kamu mau?"

"taeyong!" pekik gue dan dia malah kaget.

jujur, no matter how bad it can get, i'm okay as long as it's with him. dan gue masih mau memperjuangkan hubungan kita yang baru seumur jagung ini.

gue gak mau putus. kalau cuma putusnya gara-gara satu pertengkaran besar ini, sakit rasanya. semua yang kita punya dan pernah lewati bersama terbuang sia-sia cuma karena kita gak dewasa. lagipula, dia satu-satunya orang yang pernah terbersit di otak gue menghabiskan masa depan bersama.

yang kita berdua butuhkan sekarang adalah pengertian dan penjelasan satu sama lain. dan perbaikan komunikasi di antara kita.

"ini cuma satu dari sekian obstacle yang masih menanti dan kamu mau kita putus tanpa perjuangin apapun?" tanya gue sesenggukan. "atau jangan-jangan kamu udah punya pengganti?"

saat kata-kata itu meluncur dari mulut gue, dia langsung genggam tangan gue dengan erat. namanya orang lagi berantem pasti otaknya kalang kabut gak sih? gue sendiri gak tau apa yang gue pikirin dan omongin saat ini.

"emang masih banyak perempuan di luar sana. tapi yang sesabar kamu, yang selembut kamu, yang persis kayak kamu yang menerima aku apa adanya tuh aku gak bisa nemuin," jelasnya sambil sesekali mengusap rambut gue. "kadang aku ngerasa sakit hati sendiri karena belum bisa bikin kamu bahagia sepenuhnya. aku minta maaf."

detik itu juga, gue langsung runtuh ke pelukannya taeyong. dia meluk gue erat sambil ngusapin punggung gue buat menenangkan. sesekali dia bisikin kata-kata maaf yang makin bikin gue nangis kenceng.

"aku janji, mulai saat ini aku akan sempetin kasih kamu kabar dan nanyain kabar kamu meski cuma sekali sehari," janjinya dan gue ngangguk.

untuk beberapa menit, kita diem di posisi itu sampe tangis gue bener-bener reda. setelahnya, taeyong menghapus air mata gue.

"kemaren aku main-main ke mall," cerita taeyong yang bikin alis gue bertaut. "terus aku nemu barang bagus."

taeyong ngambil sesuatu dari kantong celana jeans nya. butuh beberapa saat untuk gue mencerna apa yang terjadi dan akhirnya sadar kalo sekarang dia udah berlutut di hadapan gue sambil megang sebuah cincin yang bertengger cantik di dalam kotak beludru.

"aku emang jarang romantis, aku juga sering sibuk. but for my one and only girl, aku bakal coba buat meluangkan waktu dan jadi taeyong yang lebih baik. will you marry me?"

yA MASA GUE TOLAK YONG HUHU

air mata yang awalnya udah reda pun kembali menghalangi pandangan gue. bedanya, kali ini adalah itu air mata senang, haru, semua jadi satu.

"i will," ucap gue lantang dan senyum taeyong langsung merekah seraya dia pasangin cincinnya di jari gue.

 🐾 

gilaaa bonchapt yg sangat absurd kawan awalnya mau bikin mereka putus tp ntar diamuk massa gimana dong muehehe

btw kalo gue bikin cerita yang angsty gitu pada baca gak yaa, lagi kesambet nih pengen bacanya yg angsty terus :')

P/s: masih ada one more bonchapt!!

jadi? ❣taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang