#1

40 7 1
                                    

Mobil Lincoln Cosmopolitan berwarna hitam antik peninggalan kakek buyut Mulan terparkir tepat di samping kanan gerbang sekolah. Masih ada sekitar 15 menit sebelum bel sekolah berdentang keras, dan Mulan perlu berjalan cepat menuju gerbang sekitar 2,5 menit.

"Erm, non. Nanti dijemput jam berapa?" Tanya Pak Wira.

"Aduh! Gue lupa lagi, jadwal pulangnya. Erm, Mulan bawa hape kok.. Ntar, kalo pulang, Mulan telepon deh" jawab Mulan terburu-buru dan sembari menepuk dahinya.

"Oh gitu ya, non. Ya udah, ntar Pak Wira tunggu teleponnya ya. Pak Wira duluan ya"

"Iya pak. Makasih!" Kata Mulan sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi dan tersenyum cerah.

Gerbang sekolah masih terbuka agak lebar. Mulan segera bergegas. Tak lupa pula, ia menyapa pak Joko, satpam sekolahnya, dan teman-temannya yang tidak asing baginya. Sepanjang perjalanannya, wajahnya diiringi senyum tulus dan manis.

Sepatu putihnya menapak setiap tanah ataupun lantai dengan teratur. Di depannya, terdapat beberapa anak yang berbincang-bincang mengenai MOS yang membuat Mulan sedikit tenang. Lorong demi lorong berwarna putih-kekusaman, kelas demi kelas, ia lewati dengan penuh senyum. Ia sendirian.

Kepangan rambut Mulan tidak rapi lagi. Keringat membasahi dahinya. Sesekali ia melirik jam tangan di lengan kanannya, dan mengusap dahinya yang berkeringat.

Sesampainya di lapangan, ia melihat beberapa anak sudah berbaris rapi. Ia segera melepas tas ranselnya di pinggir kanan lapangan dan mengambil name tag yang terbuat dari kardus, bertali rafia kuning. Papan kardusnya berbentuk persegi panjang. Berukuran sedang, sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping. Ia mengalungkannya di lehernya.

"Eh, ayo dek! Cepatan sedikit. Ke barisanmu! Kamu ikut kelas MOS mana?" Omel seorang kakak OSIS berambut pendek, lurus, cokelat tua legam sebahu dan terlihat tegas.

Aduh.. Mati gue!! Gue lupa lihat papan mading. Huft! Argghhh.. Gimana nih gue jawabnya?

"Heh, dek! Kalo ditanya orang dijawab dek!" Suara kakak OSIS itu menggelegar. Membuat beberapa calon siswa yang berada di barisan dekat pinggir lapangan dan belakang menoleh. Memandang Mulan dengan tatapan iba.

Menyurutkan sebagian semangat Mulan. Dan mampu membungkam mulut tipis merah merona Mulan. "Ih, kelamaan dah jawabnya!! Hem, gini deh dek. Namamu siapa?"

Suara Mulan serasa tercekat. Sebelumnya, ia menelan ludah terlebih dahulu.

"Cornellia Mulan Maheswari" mulut Mulan terasa lepas seperti knalpot bocor. Kakak OSIS itu membawa ponselnya, seperti mengetik sesuatu.

"Oh, Anak beasiswa ya? Di barisan kelas X-IPA-4 ya. Kapan-kapan, kalau orang nanya dijawab loh dek. Jangan bikin kakak OSIS, terutama gue, kak Febby Archilla, sempet emosi kayak tadi. Ingat?!"

"I...i...iya kak. S...saya ingat. Ter... terima k... k... kasih. Sa... saya... dul... duluan ke barisan X-IPA-4 ya. Permisi kak." kata Mulan gelagapan. Kak Febby hanya mengangguk kecil.

Mulan berjalan menuju barisan
X-IPA-4 diiringi kak Genta, yang ditugaskan oleh kak Febby-- wakil ketua OSIS-- untuk mengiring adik-adik MOSnya.

Pukul 06:45

Apel pagi dimulai. Dengan pidato-pidato sambutan dari Bapak Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, dan Ketua OSIS, dengan semua pidato yang terdengar sangat membosankan. Sungguh, rangkaian acara yang membuat mengantuk dan sangatlah membosankan.

Awalnya, Mulan menyimak pidato dari Bapak Kepala Sekolah. Lama kelamaan, Mulan merasa bosan. Mengantuk. Ia menguap kecil yang lalu terburu-buru ia menutupnya. Takut ketahuan beberapa kakak OSIS yang menjaga barisan.

Young Forever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang