Mulan P.O.V
Aku sudah berada di rumah. Kupandang sekitarnya. Aku berdiri lama di depan sofa abu-abu. Kujalankan sepasang kaki lelahku mendekati sofa lalu kuhempaskan badanku. Kuambil remote tv. Lalu kutekan channel kesukaan, SBS TV, Suspicious Partner.
Demi Tuhan! Ji Chang Wook tampan sekali. Pikirku melayang mulai berkhayal. Kalau-kalau, aku bisa bertemu dengan Ji Chang Wook. Dengan melihat wajah Ji Chang Wook saja, ujung-ujung bibirku tertarik ke atas. Lebar sekali. Sungguhlah, jiwaku nyaman dengan melihat Ji Chang Wook :v
"Non Mulan udah dateng. Hayo non, mandi dulu dong" kata bik Sumi yang keluar dari dapur
"Iya bentar bik.. Aku masih terkesima ama Ji Chang Wook"
"Sekarang dong, non"
"Iya-iya," kataku tanpa mengeyel lagi. Layaknya seorang anak yang diperingatkan ibunya, aku bergegas mengambil handuk dan masuk ke bilik kamar mandi.
Setelah mandi, kudapati ponselku yang dilapisi case bening dengan motif samar desainer favoritku Louis Vuitton (LV) berwarna peach yang ditempel iRing official berlogo Gucci.
Kubuka, ada telepon masuk sewaktu aku mandi tadi. Nomor. Asing. Lalu kutelepon ulang.
"Halo..." suara seberang sana
"Halo?" Jawabku
"Ini Mulan kahh?"
"Iya. Ini siapa ya?"
"Salsha"
"Oh,, dapet nomer gue darimana?"
"Dari, kak Surya"
Kak Surya? Dia dapet darimana?
"Haloo.." suara Salsha lagi
"Eh iya?"
"Save nomerku yaa.. Thanks "
"Iya-iya"
Kututup telepon. Kembali dalam lamunan sambil mengusap-usap rambutku. Hah, kak Surya dapat darimana? Jangan-jangan...
Ah,, tau ah. Kak Jonathan pastinya..Tapi, tak apa lah ya. Dapat teman baru, good things juga.Tapi... Sudahlah lupakan yang tadi.
Kuselonjorkan kakiku dan mendudukkan tubuhku di atas kasur. Pegal juga. Kupijat-pijat sedikit.
Kususul bik Sumi karena aku ingin mengambil sup ayam buatan bik Sumi.
"Erm, ada kabar dari mama gak?" Tanyaku basa-basi
"Nyonya belum telepon apa-apa. Kata tante Elisa, tuan udah membaik."
"Serius bik? Aku tanya kak Mona aja deh." Jawabku. Ternyata, basa-basi ini berguna juga.
Aku berlari menuju telepon rumah. Kutunggu beberapa detik. Terdengar suara operator. Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk. ....
Sebelum sebaris kalimat selesai, sudah kututup. Ah, air mata ini sudah mau keluar saja. Entahlah, aku masih dianggap anak apa tidak. Atau, aku sudah keluar dari keluarga Rahardi?Aku berlari menuju kamar. Kutumpahkan semua tangis tertahanku.
Aku jelaskan, ayah ibuku bekerja di London. Kakakku kuliah di Boston. Namun, seringkali kakakku (kak Mona) tinggal di London.
Papa sudah memiliki penyakit jantung. Disana, bertambah parah.
Namun tak ada sedikitpun kabar dari keluarga intiku. Keluarga Rahardi. Ya, tentu saja aku merasa tak dianggap. Aku merasa terisolir, terpojok, sendiri. Ah, rasanya aku ingin teriak. Teriak dan berkata "I don't care anymore about anything!". Sepertinya, aku memang lelah hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Forever!
Teen Fiction"We will never getting older" -Darren- "Kalo gue jadi Wendy, lo harus jadi Peter Pan buat gue!"-Mulan- "Hah? Kenapa gue?"-Darren- "Karena, hanya lo yang bisa membuat gue terbang. Terbang mengangkasa, dan selalu bikin gue enggan untuk membenci lo"-Mu...