04. The Truth

443 95 9
                                    

Kenta melambaikan tangannya walaupun ia tahu jika gadis itu tidak akan melihatnya.

Ia berbalik dan berjalan untuk pulang kerumahnya.

DRRT

Handphonenya bergetar, menandakan ada telepon masuk. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan menekan tombol hijau sebelum mendekatkan benda elektronik itu ke telinganya.

"Halo? ... Gak ah, males, ... Apa? Gak jelas, berisik ... Oh, hehe, udah tobat gue. ... Serius deh ... Udahan ya, gue tutup."

Kenta menjauhkan ponselnya dan menekan tombol warna merah sebelum kembali memasukkannya ke dalam saku celana. Ia kembali melanjutkan jalannya.

Dari kejauhan ia melihat seseorang yang berjalan tenang ke arahnya. Yuta, orang itu. Kenta mengernyit bingung, ada apa? Kenapa? Pikirnya.

Yuta menghentikan langkahnya tepat satu meter dihadapan Kenta. "Ken, gue tahu lo selama ini ngapain aja." Ucap cowok itu dengan nada bicara yang misterius. "Lo itu semacam ... Stalker? Tapi baru kali ini bisa langsung nunjukkin diri karena udah bosen jadi stalker?"

Ucapan Yuta barusan membuatnya terdiam, ia merasa tertohok mendengarnya.

"Bener 'kan?"

Buyar. Kenta terloncat kecil lalu menggigit bibir bawahnya, tertangkap basah selama setahun lebih menjadi stalker.

Ia mendesah kasar, manundukkan kepalanya sejenak sebelum mengangkatnya kembali dan memandang lelaki itu dengan tatapan tenang. "Hm," Kenta mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan ucapan Yuta.


Musim semi di awal tahun ajaran baru.

"Selamat, kalian resmi diterima sebagai siswa baru di sekolah ini."

Tepuk tangan yang saling bersautan timbul dari tangan anak-anak lulusan berbagai sekolah menengah pertama sebagai tanda memberi selamat kepada diri mereka sendiri.

Salah seorang lelaki bermata sipit didalam kerumunan itu lebih asyik memandangi seorang gadis yang tempatnya tak jauh darinya daripada bertepuk tangan seperti yang lainnya.

Seperti tatapan kagum sekaligus takjub hingga membuatnya merekahkan senyum tanpa sadar.

Gadis bersurai hitam lurus nan panjang sambil memegang tongkat dengan mata terpejam membuat dirinya tertarik. Gadis tunanetra yang melanjutkan pendidikannya di sekolah elit seperti ini tampak luar biasa baginya.



'Takada Kenta'

Lelaki bermata sipit itu menunjuk namanya yang tertera di daftar nama, berniat mencari kelas yang akan dimasukinya.

"Sepuluh tiga." Gumamnya pelan dan berjalan mencari-cari kelasnya.

Ia menyusuri koridor kelas sepuluh dan terhenti ketika melihat gadis yang ia lihat tadi berjalan menuju kelas sebelah dengan di tuntun laki-laki berseragam sama dengannya. Mungkin temannya, pikir Kenta demikian.

Kenta yang mengagumi sosok gadis tunanetra itu mulai penasaran dan mencari tahu nama gadis itu. Mulai dengan menanyai teman sekelasnya sampai mencari tahu kesukaan gadis itu.

Misaki Airi. Akhirnya ia mengetahui namanya. Kesukaannya membaca buku, dekat dengan Nakamoto Yuta, dia suka matcha dan pergi ke taman setiap sore. Semua informasi itu membuatnya ingin lebih dekat dengan Airi, namun ia terlalu tidak percaya diri untuk melakukannya.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk memberinya sekotak teh hijau setiap pagi dan buku bacaan setiap dua bulan secara diam-diam dengan menaruhnya di dalam loker gadis itu yang tidak pernah di kunci.

Siapa sangka Yuta yang tidak sengaja lewat melihat hal tersebut. Awalnya ia biasa, namun seiring berjalannya waktu ia yakin jika selama ini Kenta-lah pengagum rahasia sahabatnya.





"Jadi, lo udah tau ini sejak lama?" tanya Kenta meminta kejelasan.

Yuta mengangguk. "Ya. Terus, kenapa baru sekarang lo nampakin diri? Gue gregetan sendiri tau gak lihatnya! Baru aja kenal udah deket gitu."

Kenta menerutkan dahinya bingung, heran dengan Yuta sekarang. Yuta hanya berdecak dan berkacak pinggang. "Gini ya, Ken. Lo tahu kalo gue deket sama Airi, gue juga tahu lo itu anaknya terkenal tengil walaupun pinter sih, cuma...," Yuta memberi jeda sesaat, "cuma, kalo lo kali ini mau main-main sama Airi, maaf aja, gak gue ikhlasin."

"Gak. Gue serius sama Airi. Terus apa gunanya gue ngagumin dia selama ini kalau pas dapet cuma buat mainan doang?" jawab Kenta serius namun terdengar santai.

"Oke. Kalau iya, jaga baik-baik dia. Jangan sampai dia sedih, apalagi nangis. Gue sebenernya khawatir kalo dia kenapa-kenapa pas sama lo. Soalnya gue sayang sama dia, dia udah gue anggep adik sendiri." Tutur Yuta membuat Kenta refleks melebarkan mata, membuat Yuta menyipitkan matanya. "Kenapa lo?" tanya Yuta.

"Kirain selama ini lo suka ama Airi, ternyata brother-sisterzone doang." Ucap Kenta jujur dan tersenyum polos. "Gue bakal buat Airi bahagia kok. Tapi, bantu gue nyiapin sesuatu ya? Gue mau bikin kejutan."

Yuta ikut mengembangkan senyum dan menampilkan deretan gigi rapinya. "Dengan senang hati."











A/N:

HAYOOOO MANA YANG NYANGKA YUTA ANTAGONIST?!

Spring Rain ● Takada Kenta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang