~ Cry you ~

316 21 3
                                    

Ashido menatap layar kameranya, memperhatikan hasil pemotretan yang baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Ia terlihat serius dengan objek potretan yang ada dalam layar kameranya, kalau pria berambut merah itu sudah memasang ekspresi serius seperti saat ini tidak ada satupun yang berani mengganggunya. Kecuali oleh...

"Bagaimana hasilnya, Ashido-kun?" terdengar sebuah suara di samping telinganya.

Ashido tidak perlu berbalik ataupun mengalihkan tatapannya dari layar kamera hanya untuk mencari si pemilik suara yang saat ini membungkuk di sampingnya. Ia bisa merasakan hembusan nafas gadis berambut karamel coklat muda itu di samping telinganya.

"Seperti biasa, perfect." jawab Ashido tanpa mengalihkan pandangannya, ia terlihat sibuk menggeser hasil tangkapan kameranya dari layar kecil benda di tangannya itu.

Hal itu membuat si gadis berambut karamel terlihat cemberut, "Hanya, perfect?" ia mengerucutkan bibirnya. "Perfect apa? Jeleknya?" ia kembali menegakkan tubuhnya sambil melipat tangan di depan dadanya.

Ashido tersenyum kecil, lalu berbalik dan menatap gadis di sampingnya, "Kau tahu perfect yang ku maksud, Orihime. Apa perlu ku jelaskan?"

Orihime terdiam menatap Ashido yang menjawab dengan tenang. Ia menundukkan kepalanya, bermaksud menyembunyikan wajahnya dari tatapan mata pria di hadapannya. Ya, Orihime tahu, perfect seperti apa yang dimaksud oleh Ashido. Di mata pria berambut merah itu, dirinya selalu tampak sempurna.

"Kau adalah sebuah keindahan yang sempurna." Orihime kembali teringat pada kata-kata yang dulu pernah diucapkan Ashido padanya.

"Sudahlah," Ashido menepuk kepala Orihime pelan, membuat gadis bermata abu-abu itu mengangkat kembali wajahnya. "Tidak usah terlalu dipikirkan begitu." Lanjutnya sambil tersenyum.

Ashido segera berbalik dan merapikan peralatannya, Orihime hanya terdiam sambil memperhatikan gerakan pria itu yang terlihat santai dan tenang, namun tidak lama kemudian semuanya telah rapi.

"Apa kau sudah mau pulang?" tanya Orihime, membuat Ashido berbalik.

"Hn, kau sendiri? Apa semuanya sudah beres?" tanya Ashido sambil memakai tasnya.

Orihime berbalik mencari asistennya yang sudah merapikan peralatannya, ia kembali menatap Ashido kemudian mengangguk. Ashido tersenyum, "Oh ya, jangan lupa jadwal besok kita ubah. Aku sudah beritahu menejermu tadi jam berapa tepatnya." Orihime kembali mengangguk. Ia sudah tahu, bahwa Ashido wajib mengikuti jam tambahan seusai jam sekolah setiap hari. Tidak sama dengannya yang hanya mendapat jam tambahan pada hari sabtu dan minggu.

"Kalau begitu, aku duluan." ucap Ashido sambil memakai topi dan kemudian berbalik menuju pintu keluar studio pemotretan.

"Ah," baru saja Orihime ingin melangkahkan kakinya mengikuti Ashido, namun ia sudah tertinggal. "Iya, sampai jumpa besok!" jawab Orihime sambil melambaikan tangannya. Mengurungkan niat kakinya melangkah.

Ashido hanya membalas dengan mengangkat sebelah tangannya dan sosoknya pun menghilang di balik pintu. Orihime sedikit tercengang sesaat, sejak kapan Ashido terlihat antusias untuk pulang. Ashido tidak punya keluarga di Tokyo untuk terlihat terburu-buru seperti itu. Bahkan, ini untuk pertama kalinya Ashido tidak menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

Tangan gadis cantik itu jatuh perlahan di samping tubuhnya, ia jadi teringat tatapan Ashido padanya hari ini terlihat berbeda. Rasanya sedikit kecewa, saat Ashido tidak lagi sama seperti dulu. Ia sadar, tidak seharusnya ia menyesal setelah menetapkan hatinya untuk seorang Kurosaki Ichigo, alasan mengapa ia menolak Ashido tetapi masih menginginkan pria itu untuk tetap berada di sisinya. Apakah ia harus se-egois itu?

Re:prayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang