~ wherever you are ~

614 39 28
                                    

Seorang pria berbadan tegap dengan rambut panjangnya yang tergerai menghela nafas begitu mendapati rumah yang di masukinya terlihat sepi. Ia teringat beberapa tahun lalu rumah ini terasa berbeda, saat seperti sekarang ini bertahun-tahun lalu seorang gadis kecil akan berlari penuh semangat menyambutnya dengan tawa renyahnya.

Ia melangkah masuk ke dalam ruangan yang cukup besar, lantai keramiknya terasa sangat dingin. Lampu juga tidak dinyalakan. Saat ini mungkin tidak ada siapa pun di rumah ini-seperti biasa-pikirnya.

Istrinya pasti sedang tidak di rumah walaupun beberapa hari yang lalu dia membaca majalah mengenai istrinya yang ingin vakum dari dunia keartisannya, tapi hal itu pasti tidak akan mengurangi kesibukannya. Dia masih heran sampai sekarang dengan fakta istrinya mengambil keputusan vakum dari hal yang paling istrinya sukai itu.

Sedangkan anak perempuan satu-satunya, entahlah, saat ini sedang berada di mana. Belum ada satu pun berita dari orang-orang suruhannya di mana Rukia berada. Padahal dia telah mengirim banyak orang hampir ke seluruh pelosok Amerika.

Ia terdiam sesaat, merenungkan keadaan rumahnya yang sepi. Biasanya, walaupun dengan respon yang sinis, ada seorang gadis beriris violet yang akan menatapnya saat dia pulang. Walau tanpa pelukan dan tawa renyah khas milik putrinya itu tapi setidaknya dengan melihat wajah mungil itu, dia merasa seluruh lelahnya menghilang.

Rukia dulu sering kabur dari rumah, itu yang ia pikirkan sehingga sampai beberapa hari lalu ia tidak terlalu khawatir. Anaknya itu tidak akan pergi jauh, dan dia akan selalu berhasil menemukan gadis berambut hitam itu dengan mudah. Namun kali ini, Rukia sudah pergi terlalu lama, sudah berbulan-bulan. Kali ini Rukia tidak main-main untuk pergi menjauh dari dia dan Hisana. Dan apa yang ia sesali, bahwa dirinya tidak memperhatikan Rukia dengan baik ketika gadis itu masih di sekitarnya. Sebagai ayahnya, ia terlalu sibuk, tidak becus, dan tidak bertanggungjawab. Itulah yang terus ia pikirkan selama beberapa hari belakangan.

Byakuya menekan pelipisnya, depresi mengingat kenyataan sampai detik ini Rukia masih belum ditemukan. Ia melangkah masuk ke dalam ruang keluarga. Hampir semua ruangan gelap, hanya floor lamp di ruang keluarga saja yang menyala.

Dan ketika Byakuya memasuki ruangan ia mendapati botol-botol minuman keras berserakan di atas meja dan beberapa tergeletak di lantai. Dia langsung tahu bahwa ini ulah istrinya, "Hisana!"

Namun ia tidak kunjung mendengar sahutan suara Hisana. Byakuya seketika mempunyai firasat buruk. Perasaan kesalnya tadi seketika berubah menjadi khawatir.

Dalam gerakan cepat ia langsung berlari mengelilingi rumahnya, mencari keberadaan istrinya. Tidak butuh waktu lama ia segera mendapati sosok tubuh seseorang tergeletak di bawah tangga dengan pecahan botol minuman keras di dekat tubuh itu.

"Hisana!" Byakuya segera berlari ke arah Hisana. Memangku tubuh itu sesegera mungkin. "Hisana, apa yang terjadi! Hisana, bangunlah!" Tangannya mengusap kening Hisana yang berdarah.

Seluruh tubuh wanita mungil itu terasa dingin dan pucat. Darah segar masih terlihat keluar dari keningnya. Byakuya yakin, dalam keadaan mabuk alkoholnya, Hisana terjatuh dari anak tangga paling atas. Tanpa tunggu lama, ia segera mengambil handphone dari saku jasnya dan menelpon ambulans.

Ia memeluk tubuh yang terlihat lebih kurus dari beberapa minggu yang lalu saat terakhir mereka bertemu. Tubuh kurus dan lemah itu tidak bergerak, hanya terasa hembusan nafas pelan ketika ia memeluk erat tubuh istrinya. Perasaan bersalah yang tadi dia rasakan saat mengingat fakta ia kehilangan putrinya kini semakin bertambah dan datang bertubi-tubi saat merengkuh tubuh mungil itu, "maafkan aku Hisana..." Bisiknya pelan, dan bulir air mata pun terjatuh di pipinya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Klik...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Re:prayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang