Jujur?

132 14 1
                                    

Tawa tidak hanya menjadi tanda jika seseorang sedang baik-baik saja.
Tapi tawa juga menjadi tanda kalau seseorang sedang berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Jadi gitu, setelah itu gue gak pernah lagi dengar kabar dia. Semuanya berakhir semudah itu. Berakhir seakan gue gak pernah kenal seorang Nino," Azeya mengakhiri ceritanya.

"Lo gak berusaha nyari dia, Zey?" tanya Vika pelan. Sedangkan disampingnya, Rita sedang memeluk boneka Minnie Mouse Nina dengan wajah yang sangat jelas menunjukkan jika dia sedang galau.

Azeya menggeleng pelan. Setelah itu suasana hening. Hanya terdengar isak tangis Riri. Ya, Riri menangis. Dan sekarang dia sedang sibuk mengusap air matanya dengan tisu. Sedangkan Nina, dia mengelus punggung Riri menenangkan.

Padahal seharusnya yang menangis itu Azeya. Yang galau itu Azeya. Tapi malah Azeyanya kelihatan baik-baik saja. Malah temannya yang gak baik-baik. Tapi itu tandanya mereka teman yang baik. Walaupun tetap membingungkan.

"Lo bilang, dia juga yang buat lo gak suka main tod," tanya Rita yang wajahnya masih galau.

"Soalnya tiap main tod, kalian selalu nanyain petanyaan itu. Itu ngebuat gue kepikiran dia," kata Azeya seakan dia baik-baik saja setelah menceritakan ini.

"Itu beneran, Zey?" tanya Nina yang akhirnya bersuara.

"Nggak," semuanya langsung tersentak kaget dan menatap Azeya yang balas menatap mereka santai.

"Maksudnya gak salah lagi kan? Udahlah, Zey, nangis aja kalo emang mau nangis," kata Rita yang kembali dengan wajah galaunya.

"Nggak. Maksud gue, cerita itu emang gak beneran. Kalian mau aja sih gue tipuin," kata Azeya yang sekarang udah ketawa ngakak sambil mukulin karpet.

Melihat temannya yang masih cengo, Azeya melanjutkan omongannya. "Ya ampun! Please deh. Coba kalian pikir aja, gue sama dia itu sekelas, setidaknya gue punya id line dia karena setiap kelas pasti punya group chat tersendiri. Tapi gue gak punya. Kalian gak curiga?" kata Azeya yang kembali tertawa lebar.

"Jadi beneran cuma karangan lo?! Kalo gitu ngapain gue sampe baper kayak gini?! Terkutuklah kau, Zey!" ucap Rita yang udah marah banget sampai ngomong pakai logat bataknya.

"Kenapa gak buat novel aja, Zey? Best seller tuh kalo jadi novel," kata Vika yang ikut kesal. Sedangkan Riri tidak bisa berkata-kata. Dia hanya melempar Azeya dengan tisu bekas air matanya. Wajah Nina juga sama kesalnya dengan wajah Vika dan Rita.

"Gile ... Gue gak nyangka lo pada bakalan percaya. Seharusnya tadi gue fotoin tuh muka lo pada yang lagi cengo!" teriak Azeya puas yang langsung dihadiahi lemparan boneka oleh Rita.

Setelah itu semuanya ikut melempar bantal ke arah Azeya. Bahkan Nina yang keliatan diam juga ikut melempari Azeya dengan bonekanya yang terletak di tempat tidur. Karena tidak terima, Azeya balas melempar mereka sehingga terjadilah perang bantal.

Mereka hanya tidak tahu kalau Azeya menyembunyikan tangis dibalik senyumnya. Bahwa air mata yang keluar itu bukan karena dia yang tertawa lebar. Tapi karena dia menyembunyikan rasa rindu yang sangat besar.

Azeya juga menyembunyikan fakta kalau Nino itu benar-benar ada. Bukan sekedar karangan tak berdasar Azeya.

Mereka juga tidak tahu bahwa foto yang diceritakan tersebut terpasang manis di halaman terakhir buku harian masa SMP Azeya.

Karena sampai kapanpun, Nino akan tetap menjadi bagian dari kenangan terindah masa putih biru Azeya.





Tamat

7 Mei 2017 - 3 Juni 2017

TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang