6

136 1 0
                                    

Dua hari setelah pernikahan itu, Lauren benar-benar menjalankan hidupnya bersama Camille, sebagai istri yang baik? Tentu saja.

Hanya sebagai istri yang dibutuhkan saja, tidak lebih dari kata itu.

"Lauren, ada rapat hari ini. Mr. John memintamu untuk menyiapkan segalanya. Dan suamimu, kau tahu dia akan menggantikan Mr. John." ujar Elena, lalu dengan cepat ia melanjutkan bicaranya, "Oh, Laurena Ferdianz. Kamu sangat beruntung mendapatkan Camille Laubel, keluarga Laubel kau tahu," diam hanya itu jawaban Lauren yang malas menanggapinya.

"Aku harus pergi Elena, kamu terlalu banyak bicara. Bye," dan dengan langkah yang panjang, Lauren menghilang dari pandangan Elena.

"Berada di ruangan meeting sendirian Mrs. Laubel? Kau pergi terlalu pagi ke kantor hari ini," kata seseorang yang membuat Lauren terkejut.

Lauren menatap Camille, dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini?"

Camille tertawa pelan, "You forget about me, Mrs. Laubel. Kamu lupa bahwa aku akan berada disini untuk waktu yang lama dan menjadi pemilik perusahaan ini? Kuharap kamu tidak melupakannya."

"Well, aku melupakan fakta bahwa kamu akan menempatkan posisi direktur di perusahaan ini," jawab Lauren sekenanya.

Lalu, wanita itu mulai melakukan tugasnya yang sempat terhenti karena pria yang sedang menatap dirinya.

"Aku ingin kita memiliki kontrak Lauren," ujar Camille.

Lauren menatap Camille dengan bertanya-tanya, "Apa maksudmu?"

"Kau mengerti apa yang aku maksud Lauren, membuat kontrak pernikahan antara kita berdua," jelas Camille dengan suara tenang.

Lauren terdiam.

"Baik, berapa bulan yang kamu mau untuk kita bercerai?" tanya Lauren dengan wajah setenang mungkin.

"Tiga bulan, dan saat kita bercerai kuharap kita tidak pernah bertemu lagi,"

"Jadi, apa kamu sudah menyiapkan surat kontrak itu? Kapan harus kutandatangani surat kontrak itu?" tanya Lauren dengan tangannya yang tidak berhenti bergerak untuk menyiapkan ruangan meeting.

"Besok temui aku," dan Lauren hanya menganggukan kepalanya tanpa berkata apapun.

"Kalian di sini rupanya," ujar John yang baru saja datang bersama dengan sekretaris pribadinya, kemudian ruangan itu bertambah ramai.

"Baiklah, the first thing yang harus saya sampaikan adalah bahwa Camille akan menggantikan saya di perusahan ini. Saya akan menikmati hari tua bersama istri saya," ujar John dengan wibawanya yang sangat kental, ciri khas keluarga Laubel.

"And the second, Lauren kamu harus bertemu saya setelah rapat selesai. Jadi, rapat bisa kita mulai sekarang?" tanya John, dan Camille berdiri dengan gagahnya menjelaskan presentase yang telah ia buat.

Semua orang memperhatikan Camille dengan seksama, tak terkecuali Lauren. Mereka mengajukan pertanyaan demi pertanyaan dan Camille mampu menjawab satu per satu.

Decak kagum mulai terdengar di telinga Camille, dan ia tersenyum lebar.

John pun tersenyum bangga kepada Camille.

"Baiklah, selesai hari ini. Good job Camille Laubel! Aku tidak menyangka kamu bisa melakukannya dengan baik dan melebihi dugaanku," ujar John, setelah mereka melakukan sebuah salaman ayah dan anak.

"Aku akan mengambil alih perusahaanmu, Pa. Dan aku tidak ingin melakukan kesalahan di hari pertamaku." jawab Camille.

"Ya, you're right. Oh ya, Lauren kamu ikut dengan papa sekarang," titah John, Lauren yang sedari tadi terdiam menjawab perintah John Laubel dengan cepat. Kakinya mengikuti John Laubel.

Camille memandang punggung wanita itu, tidak terlalu peduli dengan apa yang akan dibicarakan ayahnya dengan Lauren.

Ponsel Camille berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Camille menatap ponselnya, sebuah senyuman tertarik di bibirnya.

"Hai Camille, long time no see. Wanna join with me, darl?" Ujar seseorang.

"As your wish baby, why not?" Jawab Camille dengan cepat.

"You know where am I, right? Come here. Don't make me wait for you Camille."

"Tunggu aku, kita akan menikmati hari yang panjang setelah ini," dan dengan cepat kakinya keluar dari tempat itu dan melajukan mobilnya dengan cepat.

***

"Lauren, bagaimana dua harimu?" Tanya John, Lauren terdiam, dia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan John Laubel kepadanya. Tapi ia mengurungkan niatnya, Lauren sangat menghormati John sebagai atasan dan ayah mertuanya, tidak buruk untuk sebutan itu. Dan itu akan bertahan tiga bulan bukan?

"Seperti yang Anda liat Tuan Laubel, tak ada masalah apapun," jawab Lauren singkat, tapi masih menunjukkan kesopanan dirinya.

"Lauren, bisakah kamu tidak terlalu formal kepadaku? Aku memang atasanmu, tapi juga ayah mertuamu. Jadi, santai saja jika berbicara denganku," Ujar John yang mulai tidak nyaman dengan cara bicara Lauren.

"Tapi, saya tidak bisa Sir..." Belum selesai Lauren berbicara John Laubel memotongnya.

"Tidak ada kata Mr. Laubel hanya ada sebutan ayah yang ingin aku dengar " perintah John dengan sedikit kesal.

Jujur, John sama sekali tidak keberatan dengan sebutan itu.

"Baiklah ayah," jawab Lauren ragu.

John tersenyum, entah mengapa dirinya bahagia mendengar Lauren memanggilnya dengan sebutan ayah, walaupun hanya tiga bulan.

"Aku berharap kamu baik-baik saja hidup bersama puteraku, Lauren."

Aku juga sangat berharap hal yang sama, batinnya.

"Lauren," panggil John.

Lauren menatapnya, dan menjawab, "Ada apa?"

"Tolong, tetaplah berada di sisi Camille," lanjut John menjelaskan.

Lauren paham apa yang dibicarakan oleh John kepadanya. Dia tidak bodoh untuk mengetahui cerita keluarga Laubel.

"Apapun yang terjadi, Lauren. Tolong jangan tinggalkan dia."

"Ya, aku akan berada di sisinya, karena aku adalah istrinya," jawab Lauren, tanpa ada nada ragu di sana.

Semua kata yang baru diucapkan Lauren adalah sebuah mantra yang akan terjadi mulai dari sekarang.

TO TOUCH A SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang