Memory

804 81 3
                                    

Ini sudah seminggu lamanya terhitung sejak Taeil pergi KKN. Dia merindukan rumah terlebih lagi adiknya, Jisung.

Ah masa iya aku kangen Jisung? pikirnya. Demi HP-nya yang mati dia tidak sudi kangen pada curut yang disebut Jisung itu.

"Kak ini ada biskuit silakan dinikmati," Lami menyuguhkan beberapa toples biskuit dan keripik.

Lami, anak Pak RT tempatnya menginap selama disini. Pak Sooman -Ketua RT, menggelar tikar didepan terasnya sambil bercengkrama dengan sebelas anak kuliahan ini. Iya sebelas orang. Taeil sendiri sebenarnya lebih suka membentuk tim sepak bola daripada KKN membosankan seperti ini. Eh, makan gratis tidak membosankan itu pengecualian.

"Jadi di desa ini, jalan-jalannya digunakan untuk berjalan," Pak Sooman menjelaskan.

"Pak dimana-mana juga sama, jalan ya untuk berjalan," balas Taeyong.

Pak Sooman malah tertawa lalu berkata, "kau ini sudah kuliah masih berpikir pendek. Jalan itu bisa untuk berlari juga. Kamu pikir hanya untuk berjalan saja? haha.. Yong Yong."

#Taeyongkuad
#Taeyongtidaktakut
#R.I.P.Sooman
*eh ga

Taeil menjauh dari kerumunan yang menurutnya sudah tidak waras itu.

Dia menaiki ayunan kayu di samping rumah Pak Sooman. Pandangannya terarah pada jalan aspal di seberang. Ah, Taeil teringat saat Jisung masih TK. Saat itu Jisung selalu merengek jika terpisah dengan ayunan di TK-nya. Dia selalu berkata begini, "Ayunan ini kasian, Kak. Kalo aku tinggal nanti dia sendirian." Dia selalu begitu dengan mengerucutkan bibirnya rasanya Taeil ingin mengikat bibir mungil Jisung saat itu.








"Hai, Kak Taeil. Kenapa main ayunan sendirian?" Lami datang dengan membawa setoples penuh permen jeli.

Taeil melirik Lami yang bermain ayunan tepat sebelahnya. "Ah, iya. Tadi teringat saat adikku TK aku harus menunggunya tidur agar bisa pisah dari ayunan." Taeil terkekeh sendiri.

"Lami kelas berapa?" Tanya Taeil tiba-tiba.

"Kelas 2 SMP, Kak. Kenapa?" Sekarang Lami bertanya balik.

Taeil menggeleng kemudian berkata, "ya.. Seumuran berarti."

Lami tidak paham sebenarnya tapi dia tidak terlalu penasaran juga. Dia melanjutkan memakan permen jelinya.

"Wah, permen itu.. Ada yang rasa stroberi?" Lagi-lagi Taeil bertanya.

Lami tampak menelusuri toples di tangannya. Matanya dengan jeli menadapat permen rasa stoberi keinginan Taeil.

"Ini, Kak." Lami memberi Taeil segenggam penuh permen rasa stroberi.

Taeil tertawa. "Maaf, bukannya aku mau makan itu, tadi teringat saja kalau Jisung suka rasa stroberi."

Mendengar itu, Lami mengerucutkan bibirnya tanda bahwa ia sedang sebal. Taeil sendiri tidak merasa bersalah. Lagi, ia malah teringat Jisung saat di situasi yang sama, ia akan melakukan hal seperti Lami saat ini.

Ah, mereka berdua pasti akan terlihat menggemaskan saat bertemu satu sama lain. Cukup lama Taeil berpikir dan akhirnya ia menyeletuk, "Lami, kamu mau jadi iparku?"

"Hah?!!"






***

Hatchu!!

Bersin pertama, tanda hidungnya kotor

Hatchu!!

Bersin kedua,

"Wah, ada yang membicarakanku di belakang," ucap Jisung.

Hatchu!!

"Kamu kan pilek, Jisung-____-" Ibunya geram.





***

Kyaaa~ udah mau setahun baru update :'v
Oiya, coba mampir bentar ke work dan baca ff lainnya *promot*

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang