Zwei

39 11 0
                                    


"Lo hajar gue ? Lo pikir-pikir dulu deh sebelum bokap gue keluarin lo dari sekolah ini " Ancam lelaki itu membuat Zena diam tak berkutik, dengan langkah cepatnya ia pergi dari hadapan dua manusia tak tahu diri itu, diiringi umpatan-umpatan dan juga sumpah serapahnya.

--

Zena berjalan menuju kelasnya, setelah perkelahiannya dengan Kylie tadi, andai saja lelaki itu tidak datang sudah dipastikan Kylie akan mendekam dirumah sakit untuk beberapa minggu. Dan asal kalian tahu, Zena mana mungkin dikeluarkan dari sekolah, secara dia adalah murid berprestasi yang ikut andil dalam setiap perlombaan, daan pastinya itu dimenangkan oleh Zena.

"Cowok songong, bisa-bisanya dia ngandelin bokapnya, ck manja " Gerutu Zena ditengah perjalanannya.

Langkahnya terhenti didepan sebuah pintu berlapis kaca, jika dilihat didalam kelasnya pembelajaran sudah dimulai, dengan seorang guru berkacamata tebal bertengger di hidungnya.

Dengan nyali yang besar, ia membuka pintu tersebut, tanpa permisi atau apapun ia langsung berjalan menuju bangkunya yang terletak dideretan bangku paling belakang.

Sontak Bu Jean, yang sedang menggurui dikelas Zena melongo tak percaya, pasalnya disetiap pelajarannya Zena tak pernah berbuat yang tidak sopan seperti ini. Keterlaluan.

"Zena maju kedepan " Ucap Bu Jean dengan nada yang naik satu oktaf. Wajahnya nampak menahan amarah melihat kelakuan murid yang selalu ia banggakan di setiap kali perdebatan dengan guru yang lain.

"Saya Bu ? " Tanya Zena dengan polosnya, membuat Bu Jean makin terpancing emosi.

"Keluar kamu dari kelas saya sekarang ! "

Zena mengangguk paham, lalu dengan santainya ia beranjak keluar dari kelas.

♨♨♨

Waktu sudah hampir larut malam, tetapi Zena masih disibukan dengan pekerjaannya sebagai pelayan disebuah cafe yang terletak diantara kawasan perumahan elite. Ah jika berbicara tentang itu, dulunya Zena tinggal dikawasan sini, tapi itu dulu saat semuanya belum berubah dan saat pihak bank belum menyitanya.

Zena sibuk mencuci beberapa gelas dan juga piring, awalnya ia malu untuk bekerja disini, pasalnya geng sosialita yang Kylie buat sering mampir disini dan tentunya mereka tak lupa untuk menjadikan dirinya sebagai bahan ejekan.

"Zen, gimana sekolah kamu ? " Tanya seorang lelaki yang berseragam sama dengannya sambil menenteng sebuah nampan yang berisi piring dan juga gelas kotor.

"Flat " Ujar Zena, singkat, padat, jelas.

Lelaki itu menghela nafas panjang, lelaki yang diketahui bernama Bimo itu sudah lama mengagumi gadis dihadapannya itu. Bahkan yang memberikan pekerjaan untuk Zena adalah Bimo, dia dengan susah payahnya meminta bosnya untuk menerima lamaran kerja Zena, hingga ia berani bersumpah jika Zena tak serius dengan pekerjaannya ia rela dipecat.

"Oh ya Zen, tadi ada pihak bank lagi yang kesini, katanya mereka mau bertanya soal harta papi kamu itu "

Zena tak menanggapinya, yang ia mau untuk saat ini segera menyelesaikan tugasnya dan tidur diranjang apartementnya.

Dan para pihak bank itu terus saja mengejarnya menanyakan jika ada harta lain yang disimpan Papanya, kalau dia tau mana mungkin sekarang ia bekerja seperti ini.

Liebe ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang