Zena mengemasi barang-barangnya, setelah beberapa jam ia habiskan dengan bekerja. Badannya terasa sangat pegal, apalagi kakinya, rasanya untuk melangkah saja sudah tak kuat. Dan sialnya, hoverboard miliknya tertinggal dirumah.
Hoverboard itu bekas, awalnya ia menemukan itu disebuah tong sampah saat ia pulang kerja, dan awalnya pula benda itu tak berfungsi dengan baik, pantas saja dibuang. Zena membawanya keapartement, disana ia mulai memperbaiki hoverboard itu, entah keahlian apa yang Zena miliki, akhirnya benda itu bekerja kembali, dan ia selalu memakainya tiap berangkat sekolah.
Zena melangkahkan kakinya gontai, ia mulai berjalan menyusuri trotoar menuju apartementnya, ah andai saja Bimo ada disini pasti gue udah dianter pakai motornya. Batin Zena menyeruak. Sesaat sebelum Zena pulang Bimo sudah mendahuluinya, katanya ada urusan keluarga yang mendadak. Dan saat itu pula, Zena kembali teringat dengan keluarganya yang sudah tenang dialam sana.
"Aih pegel banget, tau ah mending gue duduk dulu " Ujar Zena, ia berhenti tepat didepan sebuah pohon. Setelah mendudukan tubuhnya, ia menyumpal kedua telinganya dengan headset yang ia bawa, lagu yang berjudul Middle Of The Night pun mulai mengalun.
Bibirnya pun ikut beriringan mengikuti lirik lagu tersebut. Matanya perlahan mulai memejam, hawa dingin yang menusuk tulang pun ia hiraukan, entah kenapa badannya tak terasa dingin bahkan malah sebaliknya, mungkin akibat kecapean tadi.
Hampir saja ia terlarut dalam mimpinya, jika saja seseorang yang menepuk bahunya tak mengganggu acara tidurnya.
Zena melepaskan headset yang tertaut diantara kedua telinganya, disimpannya dahulu benda tersebut pada tasnya.
Tak lama kemudian, Zena mengadahkan kepalanya keatas melihat siapa yang berani-beraninya membangunkan singa betina disaat seperti ini.
"Huft " Zena menghembuskan nafas kasar kala iris bola matanya melihat seorang lelaki dengan celana jeans pendek yang dibalut dengan sweater berwarna biru dongker.
"Dosa apa gue Yatuhan " Gumam Zena, pandangannya kembali beralih menuju ponselnya yang tersimpan diatas pahanya.
Samar-samar Gara mendengar gumam-an gadis disampingnya ini, tubuhnya pun ikut terduduk disamping gadis itu.
"Lo kenapa disini ? Malem-malem lagi " Ucap Gara, yang berhasil membuat Zena memekik kaget, tangannya terulur mengelus dadanya.
"Jangan ganggu gue " Ucap Zena ketus sambil menatap horor lelaki disampingnya ini, yang ia pikirkan bagaimana bisa lelaki ini bertransformasi dengan cepatnya ? Tadi siang dia galaknya minta ampun sampai mengancam segala lagi, lah sekarang ?. Zena menggelengkan kepalanya pelan, tanpa ia sadari, Gara tengah memerhatikannya dengan senyuman yang tercetak jelas dibibirnya.
"Ngapain lo senyam-senyum sendiri ? Lo gak gila kan ? "
Zena menyelempangkan kembali tasnya, lalu melanjutkan langkahnya lagi. Lelaki itu membuatnya risih jika terus berdekatan.
♨♨♨
Seminggu sudah, semenjak Zena bertemu dengan lelaki yang bernama Gara itu, dan semenjak seminggu itu pula sialnya, ia selalu bertemu dengan lelaki itu setiap harinya, entah itu disekolah, atau diluar sekolah.
Pagi ini, Zena telah siap dengan perlengkapan sekolahnya, rambutnya sengaja gerai, entah mendapat inisiatif darimana.
Tangannya meraih hoverboard yang tersimpan didekat sofa butut miliknya. Semenjak kakinya yang pegal seminggu yang lalu, ia tak pernah lupa untuk membawa benda itu kemanapun, termasuk kesekolah.
♨♨♨
Gara melahap waffle nya dengan semangat, dilapisi dengan selai kacang menambah rasa nikmat dilidah lelaki berumur delapan belas tahun itu. Tak lupa juga ia meminum susu cokelat favoritnya yang sudah tersedia dimeja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe ?
Romance"Terima kasih, karena telah mengembalikan kepercayaanku akan cinta " A Romance Story By Yuliam ------------------------------------------------------------- "Cinta, cinta, cinta tak adakah yang lebih berharga selain itu ? Gue bahkan berharap sama...