Menikahlah Denganku

49 3 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Syahdu suasana di Masjid saat ini. Keluarga dan sanak saudara berkumpul. Aku duduk dalam keheningan di sisi seorang perempuan. Dan tergambar jelas dalam benakku kenangan saat bertemu dirinya.

Saat itu, aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Pada sosok perempuan berhijab yang sedang mengemukakan argumentasinya di atas podium. Dalam acara debat bahasa Inggris antar mahasiswa yang diadakan kampusku.

"A full day at school encompasses the provision of healthy menus, health checks, and complete immunizations, an increase in faith and piety, and the implementation of a child-friendly entertainment, among other things."

Ah, betapa "smart"-nya dia. Penasaran aku mencoba mencari tahu tentangnya. Walau kami sekampus, tapi aku baru kali itu bertemu dengannya, sebagai sesama peserta debat. Ternyata dia angkatan junior, 3 tahun di bawahku. Jurusan kami pun berbeda. Aku mengambil FISIP. Dia FKIP. Pantas kamu begitu cerdas, Amira. Pasti kelak menjadi guru yang diidolakan murid-muridnya. Ya, perempuan cantik, pintar dan berkerudung itu bernama Amira.

"Duh, afwan, Akhi!"
Aku memungut buku diktatku yang terjatuh. Memang salahku juga terburu-buru saat menaiki tangga. Hingga tak sengaja menabrak perempuan yang juga sedang mengambil jurnalnya yang terjatuh. Kulirik sejenak dia yang memperbaiki letak kacamatanya.
"Amira ya?"
Kuberanikan diri bertanya sambil menahan degup jantungku yang sejenak menjadi tidak beraturan. Ini pertama kalinya aku menyapa.
"Iya betul, Akhi!"
Dia masih menunduk saat menjawabku.
"Aku juga peserta di acara debat tempo hari. Selamat ya kamu sudah jadi juara satu, waktu itu!"
Kuulurkan tanganku hendak menjabat tangannya mantap. Amira mengatupkan kedua tangannya.
"Syukron, Akhi!"
Wajahku pasti sudah memerah saat ini.
"Afwan, saya sedang terburu-buru. Assalamualaikum."
Tanpa menunggu jawabanku Amira terus melangkah menuruni tangga ke lantai satu.
"Waalaikumsalam, Amira."
Detak jantungku mereda perlahan. Aku tersenyum saat pandanganku masih mengekori langkah Amira.

"Saya terima nikahnya Amira binti Junaidi dengan mas kawin emas 100 gram dibayar tunai!"
Lancar kuucapkan dalam satu tarikan nafas. Alhamdulillah, ya Alloh. Kulirik wajah menawan perempuan yang menunduk di sisi kiriku. Cintaku kini sudah diridhoi Illahi. Inilah cinta putih yang sesungguhnya.

"Karena cinta itu putih saat sudah menjadi sah di hadapan penghulu."

Catatan kaki : Isi debat di atas saya ambil dari kata-kata "Indonesian Child Protection Agency Human Resources Chairwoman-Henny Rusmiati"

#cintaputih



Kumpulan Flash Fiction bersama KamAksaraWhere stories live. Discover now