Ruang Paviliyun Kamar 13

21 1 1
                                    



"Infusnya sudah diganti ya, Mbak. Kalau ada apa-apa, tekan bel saja ya!"

Rani mengucapkan terima kasih pada perawat yang baru saja mengganti infusnya. Sudah tiga hari Rani dirawat karena sakit typhus yang dideritanya. Biasanya ibunya menemani, namun setelah menginap semalam, beliau pulang sebentar.


Tak lama terdengar pintu diketuk.

"Rani."
Suara yang sudah dia kenali memanggil.
"Hai, Ran! Gimana? Dah baikan?"
Pintu kamar tempat Rani dirawat terbuka.
Rani selalu menyukai cara Santi menyapanya. Senyum manis berlesung pipi selalu menghiasi wajahnya. Seiring terpancar aura ungu Santi yang menandakan sosok dengan kepedulian sosial yang tinggi. Sebagai seorang indigo, Rani bisa melihat aura seseorang dan begitu peka terhadap sekitarnya.


Santi mengambil tempat duduk di kursi bersebelahan dengan ranjang Rani, setelah meletakkan sekotak roti di atas meja.

"Repot-repot amat sih, San!"
"Ah, cuma roti aja. Buat cemilan kamu loh, kalau bosen makanan rumah sakit."
Rani mengucapkan terimakasih.
"Eh, di sebelah kamu pasiennya kemana?"
"Sudah pulang, San, semalam."


Baru sejurus kata Rani terucap, angin berhembus menggoyang sampiran di sisinya.

'Ah, yang benar saja. Ini kan masih siang hari!' pikir Rani. Rani mengernyitkan dahi.
"Ada apa ini, Ran?"
Santi tak dapat menyembunyikan keantusiasannya. Rani sangat mengenal sosok beraura ungu yang selalu tertarik pada hal berbau mistis. Terasa dingin membelai tengkuknya hingga bulu kuduknya berdiri.
"Keren! Siang bolong bisa ngerasain ginian! Eh, bau kemenyan."
Langit di luar mendadak jadi gelap terbawa mendung. Rani menahan napasnya. Santi melemparkan pandangan ke sekelilingnya.
Samar-samar Rani melihat dua kaki separuh badan menapak dari sisi ranjang kosong di sebelahnya. Suara kaki telanjang terdengar jelas mendekati.


"Kamu lihat apa, Ran?"

Rani menjawab tanpa menoleh ke arah Santi.
"Pasien yang kemaren di sebelah datang berkunjung. Sekarang dia di sampingmu."
"Wah, yg benar?"
Mata Santi membulat. Sekarang dia mengerti apa yang dimaksud Rani dengan pasien di sebelah "pulang" semalam.


Catatan kaki :

Seseorang dengan warna aura ungu cenderung menyukai kegiatan spiritual dan hal-hal yang bersifat metafisika. Meskipun demikian orang ini sangat humanis dan peduli akan orang-orang disekitarnya. Selain memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dia juga perhatian pada semua mahluk hidup seperti tumbuhan dan binatang. (Sumber : google)

#sakitungu

Sumber pic : Google

Kumpulan Flash Fiction bersama KamAksaraWhere stories live. Discover now