6

44 5 0
                                    

Dipagi hari yang cerah, diselubungi senyum yang cerah yang berasal dari seorang gadis cantik bernama Gryta.
Ya, sepanjang jalan Gryta memasang senyum indah yang tak pernah pudar.
"Dah nyampe woi, senyam senyum melulu. Please deh, adek gue cuman satu. Tar kalo lo masuk rumah sakit jiwa, gak ada yang gue ganggu lagi. Tadi kalo adek gue banyak, ya bodo amat sih sama lu" Stefan yang sedari tadi memperhatikan adiknya, membuka suara.

"heheh. Abang gue tersayang, doain gue ya. Bye" Gryta hanya membalas sepatah kata dan pergi keluar dari mobil.

Ya, mungkin saja senyuman dan semangat Gryta hari ini dikarenakan dia dan Vano akan berbicara kembali, setelah sekian lama berpisah.
Semalaman dan sekarang, tak lupa juga Gryta berdoa agar mendapatkan hasil yang baik.

Di lain sisi, Vano yang sedang duduk disamping kursi pengemudi terasa gelisah.
Tangannya sudah berlipat, dan mulutnya sudah mulai berkocar-kacir seraya membacakan doa untuk pertemuannya dengan Gryta hari ini.
Mey yang melihatnya sangatlah risih, dan akhirnya mey pun membuka suara

"Ya Lord, lo kenapa si Van? Gue perhatiin gelisah banget. Aneh" tanya Ivana.

"anjir dah lu Iva, gue itu gugup nanti mau ngomong sama Gryta. Ya kali, udah setahun lebih gak ngomong,tiba tiba nanti ngomong, berdua pula lagi. Oh God'' jawab Vano disertai dengan gerak-gerik gelisahnya.

"alay dah lu. Bodoamat deh" Balas Ivana, seraya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"semoga beruntung ya, sepupu" Juan membuka suara dan melirik Vano, sambil tersenyum kepadanya.

"Iya bro. Thanks ya" balas Vano dengan tersenyum juga kepada Juan

Ivana yang melihat sepupunya, Vano merasa sangat bahagia dan bangga.
Ia sangat mendukung jika Gryta dan Vano baikkan. Ya baikkan.
Karna Ivana sangat rindu mereka berdua lepas disaat berkumpul bersama.

Jika masalah hati, itu tidak urusan Ivana, Juan, Alvin maupun Devon. Tapi itu urusan mereka berdua. Gryta dan Vano.
Karna hati tidak akan pernah bisa dibohongi. Biarlah mereka sadar akan rasa yang ada diantara mereka berdua. Ivana pun tersenyum, memikirkan keduanya.

===

"hai, Vin. Tumben sendiri, yang lain mana? Belom datang ya?" ucap Gryta ketika melihat Alvin yang sedang berjalan dikoridor sekolah.

"kalau Devon. Ya mungkin dia telat bangun, Gryt. Udah biasa.
Kalo the family of Pratama, yah gue gak tau, kenapa bisa-bisanya gue deluan sampe daripada mereka" balas Alvin.

"eh itu kayaknya Ivana,Juan dan Vano deh Vin. Panjang umur ya hehehe" ucap Gryta, ketika kedua matanya menangkap sosok kehadiran Keluarga Pratama.

Gryta dan Vano saling bertatap mata sepersekian detik. Lalu, Gryta mengalihkan pandangannya kearah yang lain. Jantungnya berdesir secara kuat.
Tubuhnya seakan tidak sanggup jika harus bertatapan terlalu lama dengan Vano.
Begitu juga Vano. Dia merasakan degupan kuat yang berasal dari Jantungnya.

Dipertemuan mereka ini, Vano ingin membahas tentang Vano yang ingin berbicara berdua dengan Gryta.
Bodoamat jika sahabat-sahabatnya meledeki mereka. Yang penting, rasa kecanggungan diantara mereka berdua bisa hilang.
Itu yang mereka inginkan untuk saat ini.
Disusul dengan percakapan-percakapan kocak yang mereka lontarkan, Devon datang dan langsung menghampiri mereka.

"Hai, Gue telat bangun guys. Gelak. Sorry" ucap Devon, disertai dengan tarikan napas yang sangat tergesah-gesah

"napas dulu baru ngomong" Vano akhirnya membuka suara karena melihat sosok Devon yang bisa dibilang ngos-ngosan.

Devon membalas perkataan sahabatnya dengan cengirannya.

Akhirnya, Vano pun membuka suara.

"Gue dan Gryta bakal ngomong berdua nanti, setelah pulang sekolah. Untuk nyelesain masalah diantara Gue dan Gryta" Ucap Vano

Ex Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang