Chapter 2. Labirin

941 35 14
                                    

(Sakura pov)
Aku terbangun saat sinar matahari menimpa wajahku. Astaga mengapa aku bisa tertidur padahal sedang dalam misi. Aku mulai mengumpulkan semua kesadaranku yang masih berterbangan.

"Kau sudah bangun?" Suara bariton seorang laki-laki membuatku mengalihkan pandanganku kepadanya.

"Sasuke-kun," panggilku. "Apa aku sudah lama tertidur? Maafkan aku, aku sangat lengah."

"Tidak apa, Sakura. Aku juga sempat tertidur tadi. Lagipula kita sedang menunggu bantuan dari Hokage. Wajar saja kau kelelahan, selama dua hari kita tak berhenti melacak keberadaan ninja pencuri itu."

Ya, kami sedang beristirahat di balik hutan ini, setelah perjalanan panjang kami mencari jejak ninja yang mencuri air pahlawan dari desa air terjun.

"Kau lapar? Aku akan pergi ke sungai yang kita lalui kemarin untuk menangkap ikan." Sasuke mulai berdiri.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menyiapkan perapiannya," sahutku.
Ku lihat perapian bekas tadi malam sudah padam.

Setelah Sasuke beranjak pergi, aku pun berjalan mencari kayu bakar. Di perjalanan aku menemukan jamur-jamur yang dapat dimakan dan beberapa biji-bijian. Ku petik dua lembar daun yang lumayan lebar sebagai pembungkus.

Tak lama setelah perapian siap dan aku sedang membakar jamur-jamur dan biji-bijian yang berbungkus daun tadi, Sasuke muncul dengan membawa dua ekor ikan yang cukup besar.

Menikmati saat seperti ini membuatku teringat akan kenangan kami saat masih genin dulu dan misi-misi yang kami lalui saat itu. Aku tersenyum sambil membuka bungkusan daun yang isinya telah matang. Senyumku sepertinya terlihat oleh Sasuke dan dia berkata,

"Seandainya si bodoh itu ada di sini sekarang, pasti akan ramai sekali."

"Ya, sayangnya si bodoh itu sedang bulan madu. Hah, sungguh membangkitkan kenangan, saat perjalanan kita bertiga menuju desa air terjun waktu itu, kita juga beristirahat di sini," kataku.

Tatkala kami selesai dengan kegiatan sarapan kami, kami dikejutkan dengan cakra mengerikan dari suatu tempat. Sasuke langsung menggenggam pedang di sampingnya dan mulai bersiaga.

"Dia sudah menyadari keberadaan kita yang mengikutinya," kata Sasuke.

Aku menggangguk dan mulai memfokuskan keberadaan musuh dari cakra mengerikan yang dikeluarkannya. Dalam sekejap kami mengubah posisi menjadi saling memunggungi satu sama lain.

"Sakura, berhati-hatilah sepertinya dia telah meminum air pahlawan itu," bisik Sasuke.

"Ya, cakra yang sangat besar, namun teratur. Bagaimana dia bisa mengendalikan cakra sebesar ini?" tanyaku.

"Entahlah, semoga kita bisa segera tahu jawabannya. Dia datang!" tegas Sasuke.

Triing!
Benar saja, seorang laki-laki menghunuskan pedangnya ke arah Sasuke dengan kedua belah tangannya memegang pedang itu, namun berhasil Sasuke tahan dengan pedangnya yang hanya dia pegang dengan sebelah tangannya, mereka saling bertahan. Lelaki itu bertubuh kecil kira-kira tinggi badannya sekitar 155cm, dengan rambut sebahu berwarna biru, matanya tajam, bola matanya berwarna rubi, hidungnya tidak terlalu mancung, dan bibirnya sedikit tebal. Dari pakaiannya sepertinya dia seorang ninja pengembara. Ninja pengembara adalah sekelompok ninja yang selalu mengembara dan tidak punya desa untuk ditinggali.

Sasuke kemudian menendang dengan keras perut pria tersebut dengan kaki kanannya, kena telak. Namun aksi itu hanya menyebabkan sang pria mundur ke belakang dan dia masih berdiri tegak, tanpa ada kesakitan sama sekali.

"Sepertinya bukan bunshin," kata Sasuke.

Aku segera mengubah posisiku yang awalnya memunggungi Sasuke, sekarang menjadi bersebelahan dengannya dan menghadap ke arah musuh, sambil terus dalam posisi siaga.

Midnight and Rain. Daybreak and You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang