Chapter 4. Surat

1.2K 57 35
                                    

Dua bulan setelah rapat aliansi desa diadakan.

Di depan gerbang Konohagakure tepat pada siang hari, terlihat seorang gadis bersurai keemasan memasuki gerbang tersebut. Gadis yang menempuh perjalanan selama tiga hari dari Sunagakure itu tidak lain karena menjalankan tugas yang diberikan Kazekage kepadanya.
Meskipun agak berat hati untuk melepas gadis itu ke Konoha, Kazekage tidak dapat berkutik apabila gadis itu telah mengatakan kalau dia akan mengambil misi tersebut.

Walau gadis tersebut masih menderita ketulian, tak menyurutkan niat dirinya dalam mengambil misi, apalagi untuk ke Konoha. Sejak sebulan yang lalu, dia telah menyelesaikan 3 misi tingkat ringan, dan 1 tingkat sedang. Menakjubkan bukan? Ya sekali lagi, Kazekage mengizinkannya walau dengan berat hati. Namun, masih diawasi oleh ninja pilihannya.

Seperti misi ke konoha kali ini, dia didampingi oleh Matsuri. Meskipun hanya sebagai pembawa pesan, gadis ini senang dapat ke Konoha lagi setelah sekian lama. Ya, sekalian check up keadaannya kepada kunoichi ahli medis di Konohagakure ini.

Tiba di depan gerbang, dia disambut oleh wajah yang dia rindukan selama dua bulan ini. Itulah Nara Shikamaru.

"Temari," sapa laki-laki berkuncir satu itu.
Gadis bernama Temari tadi berjalan mendekati lelaki itu. Seakan tidak sabar, dia mempercepat langkahnya.
Setelah tinggal selangkah lagi di hadapan sang tunangan, dia langsung melompat, memeluk pria itu dan mendekapnya erat.

"Oi, oi Temari," si lelaki Nara tadi kaget dan malu walau tak melepas pelukan Temari.
Dua ninja penjaga gerbang yang tak jauh dari mereka melihat momen itu sembari mengejek. Beberapa siulan ditujukan. Sang pria pun salah tingkah. Namun, si perempuan nampaknya tidak mendengar suara siulan itu, tetap memeluk tunangannya.

Tak selang berapa lama, Temari pun sadar telah menjadi pusat perhatian akhirnya melepaskan pelukan tersebut.
Dia pun menunduk dengan semburat merah dan berkata lirih, "maaf."
Mendengar suara Temari yang sudah lama tak didengarnya, Shikamaru merasa senang. Shikamaru menghela napas, "Mendokusei, dasar perempuan merepotkan." Shikamaru tersenyum manis melihat Temari masih tersipu malu.

"Eh, kau sendirian saja, bukankah kau seharusnya bersama Matsuri?" tanya Shikamaru.
Temari baru tersadar bahwa Matsuri tidak ada di dekatnya.

Beberapa detik kemudian Matsuri baru tiba di depan gerbang. Melihat dua insan tersebut, Matsuri mendekati mereka.

"Temari-san, anda berlari terlalu cepat," protesnya dengan nafas tersenggal.

"Fff, kamu berlari dengan cepat agar cepat tiba di sini, kau benar-benar merindukanku ya?" ejek Shikamaru sambil tertawa.

Temari tidak terima pernyataan tunangannya, memasang wajah marah dan siap mengambil kipas besarnya.

"Ah, hentikan, maaf," Shikamaru mencoba meredakan amarah Temari.

"Aku juga merindukanmu," ucap Shikamaru kemudian.

Temari batal mengambil kipasnya malah pipinya bersemu merah. Matsuri yang ikut mendengar hal itu juga menjadi malu, ingin mengejek tapi dia merasa sungkan dengan Shikamaru.

"Mau sampai kapan di sini, ayo segera kita temui Rokudaime, dan kemudian menemui Sakura," ucap Shikamaru sambil menarik tangan Temari.

Semburat merah kembali menghiasi pipi Temari dan Matsuri pun mengikuti mereka di belakang dengan senyum-senyum.

💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌

Temari melaporkan berbagai hal kepada Rokudaime. Terutama masa lalu Medaka dan Karasu yang saat ini masih belum tertangkap dan tidak tau ada rencana apa dibaliknya. Namun, Kazekage berkata bahwa setiap desa mungkin tidak perlu khawatir, karena sepertinya Medaka dan Karasu hanya dendam dengan Suna. Meski begitu, semua desa diminta waspada karena takut dimanfaatkan dan saling diadu untuk memerangi Suna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Midnight and Rain. Daybreak and You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang