2

2.1K 172 7
                                    

Yuki tersentak dan membuka matanya. Keringat dingin mengalir di dahinya, dan dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sejenak kehilangan orientasi karena dia tidak mengenali kamar ini.

Tapi lalu dia sadar, ini di kamar tamu rumah Stefan, calon ayah tirinya.

Dengan gugup Yuki mengusap keringat di dahinya, mimpi itu.... Mimpi itu terasa begitu nyata sekaligus aneh, tapi Yuki tidak tahu apakah itu kenangan masa kecilnya atau cuma mimpi....

Yuki duduk di tepi ranjang lalu menuang air ke gelas dari teko yang terletak di meja samping ranjang. Setelah meminum seteguk air dia memejamkan mata. Perasaannya tidak enak. Seperti ada yang terus menerus mengawasinya di kegelapan, menunggu sesuatu terjadi.
Tetapi sesuatu apa?

Dengan putus asa Yuki mengeryit, mengingat mimpi anehnya tadi. Benar-benar mimpi yang aneh. Setelah mengedarkan pandangan ke sekeliling dan yakin bahwa dia sendirian di kamar ini, Yuki membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya.

Itu pasti cuma mimpi yang aneh karena dia tidak terbiasa tidur di kamar yang bukan kamarnya sendiri.
Itu cuma mimpi.

Tapi kata-kata itu tetap terngiang-ngiang di benaknya, "Kau milikku Yuki, jangan
lupakan itu.."

***

Yuki terbangun di dini hari yang temaram, masih fajar dan sinar matahari sudah mulai menembus jendela-jendela yang ditutup oleh gorden putih yang indah.

Hey.. Kamar ini indah sekali.

Yuki baru menyadarinya sekarang, kemarin ia terlalu lelah sehingga tidak sempat melihat ke sekeliling.

Kamar ini bernuansa putih gading, semua ornamen dari karpet bulu yang tebal, gorden dan tempat tidur semuanya bernuansa putih. Bahkan dinding-dinding dan kusen jendela serta atapnya semuanya berwarna putih.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, "Masuk." jawab Yuki sambil mengernyitkan kening, siapa gerangan yang mengetuk pintu sepagi ini? Ternyata yang masuk adalah seorang pelayan, masih muda seumur dengannya dan kelihatan agak gugup,

"Nona Yuki, saya diperintahkan untuk melayani anda."

Yuki mengernyit. Melayaninya? Seumur-umur dia tidak pernah dilayani oleh siapapun, apalagi oleh pelayan. Konsep ini terasa sangat baru baginya,

"Tidak usah. Saya bisa melakukan semuanya sendiri." Yuki mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari-cari tasnya. Untung saja dia membawa pakaian ganti. Ariel sudah mengingatkannya akan kemungkinan mereka menginap di akhir pekan ini.

Tapi di mana tasnya itu?

Pelayan wanita itu seolah-olah tidak peduli dengan perkataan Yuki, dia melangkah menuju lemari pakaian indah yang juga berwarna putih,

"Saya akan menyiapkan perlengkapan mandi nona, dan ini... Semua pakaian nona sudah disiapkan disini." dia lalu membuka lemari itu,

Yuki ternganga.

Di dalam lemari itu terdapat banyak gaun dan pakaian, mungkin puluhan dan semuanya digantung dengan rapi di balik plastik pembungkus yang masih baru. Tidak mungkin kan pakaian itu untuknya? Pelayan itu pasti salah.

"Ti... tidak mungkin pakaian-pakaian ini untukku. Kamu pasti salah," Yuki berusaha mengatasi rasa gugupnya, "Mungkin... mungkin ini untuk ibuku?"

Dengan tegas pelayan itu menggeleng, "Saya mendapat instruksi langsung oleh kepala pelayan. Mari, saya akan menyiapkan air dan peralatan mandi anda."

Yuki sebenarnya ingin membantah. Tidak mungkin kan Stefan menyiapkan pakaian baru sebegitu banyak untuknya? Dia kan hanya akan tinggal di sini selama akhir pekan, apakah Stefan tetap
berpendapat Yuki akan tinggal bersama mereka setelah pernikahannya dengan Ariel? Tapi, meskipun Stefan berpendapat begitu, lelaki itu kan tetap saja tidak perlu menyiapkan baju sebanyak itu?

Mr. S and Mrs. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang