6

2K 128 7
                                    

Yudha menemui Thomas di rumah sakit. Kedua tangan Thomas yang patah sudah dipasang pen dan di gips. Lelaki tua itu tampak tak berdaya duduk di atas ranjang rumah sakit, benar-benar sesuai dengan apa yang diinginkan Yudha.

Para penjaga berjaga ketat di dalam dan dl luar ruangan rumah sakit di kamar paling privat itu. Yudha memasuki kamar itu, dan berdiri sambil mengamati Thomas.

Thomas memalingkan muka, tidak mau melihat Yudha. Bayangan anaknya, menantunya, dan cucunya yang masih kecil dan api yang membakar masih begitu menghantuinya. Seharusnya Yudha membunuhnya juga karena sekarang dia sudah tidak pantas hidup lagi. Tetapi entah kenapa Yudha tidak membunuhnya. Thomas tidak tahu alasannya.

"Aku berhasil mendapatkan kembali Yuki." Yudha bergumam lambat-lambat dengan puas, dia seakan hendak menilai reaksi Thomas.

Thomas memejamkan matanya, merasakan kesedihan yang menusuk jiwanya. Semuanya gagal. Bahkan usaha satu-satunya menyelamatkan Yuki pun gagal. Tuan Stefan pasti akan kecewa kepadanya.

"Lain kali, kalau mau merekrut orang, jangan hanya melihat pada hasil penyelidikan di atas kertas. Nilailah moralitas dan kejujurannya." Yudha bergumam lagi, membuat Thomas akhirnya menolehkan kepalanya dan menatap Yudha dengan bingung.

Apa maksud kata-kata Tuan Yudha?

"Maxime langsung meneleponku, menawarkan kesepakatan yang lebih besar." Yudha tersenyum mengejek. "Dia berpikir bahwa menjalin kesepakatan denganku akan memberikan keuntungan yang lebih besar daripada dengamu."

Thomas mengernyitkan dahinya. Dasar wartawan bodoh! Thomas benar-benar menyesal mempercayakan tugas sebesar itu kepada Maxime.

"Dan aku menyelamatkan Yuki dari Maxime pada waktunya."

Hening. Lalu Thomas menatap Yudha dengan pandangan bertanya-tanya. "Apa maksud anda?"

"Rekananmu itu mencoba memperkosa Yuki, aku datang tepat pada waktunya."

"Apakah anda membunuhnya?" Thomas tetap bertanya meskipun dia sudah tahu jawabannya.

Yudha terkekeh, "Tentu saja."

Thomas menarik napas panjang, baru kali ini dia merasa lega atas pembunuhan kejam yang dilakukan Tuan Yudha. Kalau memang benar Maxime mengkhianati kesepakatan mereka dan kemudian malah mencoba memperkosa Nona Yuki, maka dia pantas mati.

"Aku seharusnya menghukummu karena sudah menempatkan Yuki dalam situasi seperti itu. Dia milikku dan lelaki itu hampir menyentuhnya, dan sudah melukainya."

Thomas menatap Yudha dengan tatapan datar. Tuannya itu sudah mematahkan kedua lengannya, hukuman apa lagi yang akan diterimanya? Apakah Tuan Yudha akan mematahkan kedua kakinya juga?

"Aku akan memikirkan hukuman itu nanti. Sekarang aku sedang cukup senang karena Yuki telah kembali kepadaku lagi." Yudha melangkah pergi sambil terkekeh mengejek kepada Thomas. Ketika berada di pintu, tiba-tiba dia memutar langkahnya, "Dan omong-omong, aku tidak membunuh anak, menantu, dan cucumu, mereka baik-baik saja dan berhasil pindah ke tempat antah berantah yang kau sediakan buat mereka. Sayangnya aku tahu di mana tempat antah berantah itu berada." Tawa mengejek Yudha semakin keras, "Aku mengatakan bahwa aku membunuh mereka, hanya untuk menyiksamu."

Lelaki itu pergi sambil menutup pintu di belakangnya. Tetapi tawa mengejeknya masih menggema keras dari lorong rumah sakit itu.

Yang bisa dilakukan Thomas hanya menangis. Air matanya bercucuran. Ia menangis sejadi-jadinya. Tangisan syukur dan kelegaan yang luar biasa.

***

Yudha menatap bayangannya di cermin dan dia mengernyitkan keningnya. Dia merasakan Stefan, yang kini berada di dalam cermin, membalas tatapannya.

Mr. S and Mrs. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang