Rindu Pelangi

8 2 1
                                    

Angin berhembus kencang, membawa molekul es yang mendinginkan tubuh hingga ke tulang. Langit dipenuhi awan gelap yang menutupi seluruh bintang.

Perlahan setetes demi setetes air hujan jatuh membasahi bumi ini. Sang ibu tampak erat memeluk anaknya di sebuah pembaringan. Mereka saling memeluk, saling menghangatkan.

“Bu, saya tidak bisa tidur malam ini. Badanku terasa sakit semua.” Keluh sang anak pada ibunya.

Sang ibu pun mengencangkan pelukannya agar mampu melindungi si buah hati dari dinginnya malam dan hujan. sudah hampir sepekan mereka berdua tidak makan apapun.

Pekerjaan memulung sampah yang biasa dilakukan nya terhenti sejak kakinya terserempet motor hingga tak bisa berjalan.

Di pandanginya dalam-dalam wajah Ani, anak semata wayang nya. Pikirannya melayang pada masa saat Ani masih dalam kandungan. Saat itu ia harus keluar dari rumahnya karena rumahnya habis dibongkar satpol pp untuk dibangun jalan tol besar nantinya.

Sampai sekarangpun belum ada ganti rugi dari pemerintah dan hal itulah yang membuat dia dan suaminya nekat melancong ke kota Jakarta. Kota metropolitan yang penuh harapan dari sekian banyak pelancong agar kelak mereka bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Di kota ini, suaminya yang bekerja sebagai buruh bebas meninggal karena kecelakaan kerja. Dan sebagai gantinya, ialah yang bekerja untuk menghidupi dirinya dan anaknya yang masih balita.

“ Apakah ada orang yang akan membawakan kita makanan lagi bu malam ini? Ani lapar sekali. .” Sang ibu menyembunyikan air matanya seraya menarik nafas panjang 

Gadis mungil berusia 7 tahun ini berusaha meresapi kalimat yang terlontar dari lisan ibunya. Ya,ia memang tak pernah mengenyam pendidikan.

Hening, tak ada suara kecuali tetesan air hujan yang menggenangi gubuk mereka. Air hujan telah meninggi hingga selutut. Tapi mereka masih di pembaringan.

Mereka terlalu lemah untuk bangkit dan pergi dari tempat itu. Lagipula mau kemana mereka? Gubuk reot dari kardus itu adalah tempat mereka bernaung saat ini.

“Bu, tangan dan kaki Ani mati rasa.,” Sang ibu mendengar sayup suara anaknya. Kini ia berperang melawan ngilu yang teramat sangat di uluh hatinya.

“Nak, Allah itu Maha Pemurah. Dia telah menciptakan bumi ini penuh dengan makanan dan minuman. Hanya saja, manusia yang tak mampu mengelolanya hingga ada orang yang kelaparan seperti kita..” sebuah pesan terucap dari lisan sang ibu yang mulai pucat.”

Ani kembali terdiam. Di pandanginya langit dari atap yang telah bocor besar. Tampak gelap, mendung.

“bu, kalau besok pagi ada matahari, berarti akan ada pelangi ya? Ani ingin melihat pelangi. Sudah lama Ani tak lihat pelangi yang begitu indah. Kalau pelangi indah, pasti yang menciptakannya jauh lebih indah kan? Ani ingin bertemu dengan pencipta pelangi,bu..”

“pelangi-pelangi.. alang..kah indah mu..” lirih suara itu terdengar, dari lisan bocah yang kelaparan.

“Bu, kenapa badan ibu dingin? bu..?? ibu…..??

13 Januari 2011
Tertulis Dalam sebuah Koran:
“Telah ditemukan mayat sepasang ibu dan anak yang berpelukan dalam sebuah gubuk. Dari kondisi mayat, di duga korban tewas karena kelaparan. Pemandangan yang biasa di temui di kota ini…

By Amalia syahidah

Hope you can enjoy it, Please give Voment to let me know what you think about this story, thanks a lot 🐣

RanD_StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang