Just Be YourSelf

10 1 4
                                    

Aku kenal seseorang yang sangat hebat. Dia tidak kaya, tidak juga tampan, karena memang bukan dua hal itu yang menjadikan seseorang hebat. Dia adalah pamanku yang sejak kecil telah mengalami keterbelakangan mental.

Sejak kecil aku dan saudara-saudaraku senang bermain dengan pamanku itu. Berhubung tingkahnya yang memang seperti anak-anak dan tidak pernah marah seusil apapun kami.

Namun ketika kami beranjak dewasa dan mulai mengubah sikap kami yang kekanakan, pamanku tetap sama. Seakan waktu tidak berputar di sisinya.

Pernah terlintas di benakku bagaimana rasanya menjalani hidup seperti itu? ketika aku memikirkan hal itu aku selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, karena tidak semua manusia bisa merasakan nikmat akal dan fisik yang sehat.

Setiap kali aku mampir ke rumah nenekku, aku selalu menyempatkan untuk menengok pamanku itu yang beberapa tahun belakangan hanya bisa berbaring karena lumpuh.

Senyum di wajahnya pun perlahan mulai memudar, menggambarkan perjuangan melawan sakit yang sedang dideritanya. Akhir tahun ini menjadi akhir dari cerita hidup pamanku itu karena Allah sangat menyayanginya dan ingin segera bertemu dengannya.

Sampai di akhir hayatnya pun aku masih bangga dan menganggap pamanku adalah orang yang hebat. Aku juga iri padanya, karena syurga adalah tempat kembalinya kelak.

"L, nanti kalau aku nggak ada di syurga, tolong cari aku di neraka dan tarik aku ke syurga ya."

Ucapan temanku itu tiba-tiba terlintas kembali di benakku. Mungkin karena aku juga ingin mengucapkan hal yang sama pada pamanku itu yang kini sudah tiada.

8 tahun yang lalu.

"wuih.. Suha, kamu tambah cantik lho pakai kerudung. Iya kan Di?"

Aku mengernyitkan dahi. Dalam hatiku bertanya-tanya, apakah dia mengolok atau memujiku. Dia adalah murid dari kelas sebelah, namanya Ani.

Entah karena sebab apa dia selalu datang ke kelasku setiap jam istirahat. Padahal aku tidak terlalu kenal dengannya dan juga agak canggung mengobrol dengan orang sepertinya. Karena apapun yang dia ucapkan ujung-ujungnya pasti sama, kembali ke islam.

Saat itu aku memang berkerudung, alasannya tentu karena formalitas dari sekolah yang mewajibkan siswi muslimah untuk berkerudung.

"iyalah, Suha nggak pakai kerudung aja udah cantik, apalagi pakai, hihihi.." canda Diana seraya menyikut lenganku

Saat jam istirahat seperti ini kami memang biasa kumpul di depan kelas sambil menonton siswa laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan.

"tolong Di, jangan panggil aku Suha. Nggak enak dengarnya, kayak nama alien." ucapku sambil tersenyum sinis

"lho bukannya bagus, kan jadi kayak nama aktris korea. Park Suha atau Kim Suha, tinggal pilih mau pakai yang mana, wkwkwk.." timpal Febri

Aku hanya menghela nafas saja melihat kelakuan teman-teman sekelasku yang seperti itu. Aku akui sama seperti remaja kebanyakan, aku pun suka dengan drama dan artis korea.

Sejak SMP aku rajin mengoleksi foto dan lirik lagu ost drama korea. Nama aktris dan aktor korea serta lagu OST drama mereka pun aku hafal diluar kepala. Lagu korea itu lebih aku hafal ketimbang rumus matematika atau hafalan tajwid dan rukun2 yang ada di buku agama.

"eh Suha, ingat kan ahad ini kita ada kajian Dauroh islam lho di SDN 004 dekat warung mie ayamnya pakle Min?" tanya Ani

"ya, aku ingat. Cuma aku belum tahu bisa datang atau nggak. Kemarin mba tyas ngajakin aku sama mereka juga, iya kan?" tukasku sambil menepuk pundak Rina yang sejak tadi asyik makan

RanD_StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang