Choice

2 1 0
                                    

Benarkah dalam hidup ini kita selalu dipaksa? Dipaksa untuk menjadi baik atau pun buruk? Hanya cukup pasrah dan mengeluh dalam hati menerima itu semua..

Ataukah semua itu hanya ilusi belaka? Yang tercipta dari fikiran orang-orang yang enggan untuk berfikir. Bisakah kita merubah diri kita? Dan bisakah kita merubah dunia ini agar menjadi tempat huni yang lebih baik? Bisakah?

2,5 tahun yang lalu..

"yak, jadi film ini judulnya ila mata'. Film ini adalah film dokumentasi kehidupan kaum muslim yang ada di seluruh dunia pasca runtuhnya daulah khilafah tahun 1924." papar wanita berkerudung hijau cerah itu dengan raut wajahnya yang serius

"jadi, filmnya ini nyata mbak?!" tanya Ina, salah seorang teman Liana yang mengira bahwa film yang sedang ditontonnya itu adalah film yang sama seperti film fiksi thriller yang biasa ditontonnya di televisi

"ya, ini semua nyata. Beginilah sebenarnya nasib umat Islam diluar sana, dibunuh, dibantai, dan disiksa setiap hari. Tidak ada satupun dari mereka yang tahu, apakah di detik berikutnya mereka atau sanak keluarga mereka masih bisa hidup dan bernafas seperti yang kalian lakukan saat ini atau tidak. Benar-benar miris dan tragis bukan?"

"iya mbak.. kasihan banget ya mereka.." ucap teman Liana yang satu lagi

Lidah Liana terasa kelu. air dari pelupuk matanya tak henti-hentinya mengalir. Liana adalah tipe orang yang tidak gampang menangis di depan orang lain. Namun ketika Ia sudah menangis, akan sangat sulit berhenti.

Matanya terus terpaku pada layar laptop berukuran 14 inci yang ada di hadapannya itu. Penderitaan demi penderitaan diperlihatkan, seakan-akan nyawa umat islam memang sudah tidak ada harganya lagi.

"Kemana PBB, HAM, dan segala macam organisasi yang katanya menjaga hak manusia termasuk orang Islam untuk bisa tetap hidup. Omong kosong!" geram Liana dalam hati

Berbeda dengan teman-temannya, Ia justru tidak berujar kasihan dan semacamnya. Mereka tidak membutuhkan itu semua, kira-kira itulah yang terbersit di benak Liana pada saat menonton film itu. menurutnya do'a pun tidak cukup untuk menolong mereka.

Mereka membutuhkan solusi, solusi yang akan merubah kehidupan mereka menjadi aman dan sejahtera. Sayangnya, saat itu Liana belum tahu apa solusinya, dan bagaimana cara untuk memperjuangkan solusi tersebut.

Mungkin karena dia yang selama ini mengikuti kajiannya main-main, atau karena dia yang memang agak lola (loading lama). Yah apapun penyebabnya, mulai saat itu dia bertekad untuk mencari tahu solusinya. Dia pun mulai serius dan sungguh-sungguh dalam mengikuti setiap kajian yang diadakan oleh perempuan berkerudung hijau itu beserta dengan teman-temannya.

Pagi itu Liana pergi berangkat sendiri dari rumah. Dia mungkin belum sadar kalau pilihan yang dibuatnya pada hari itu benar-benar akan mengubah hidupnya secara total.

Saat itu dia tidak lagi berpikir tentang teman-temannya yang memilih untuk tidak ikut karena ada acara keluarga, tugas sekolah, dan lain sebagainya. Dia hanya fokus pada tujuannya pagi itu yaitu datang ke kajian.

Setelah hari itu Liana jadi semakin sering mengikuti acara-acara kajian islam lainnya. Kadang-kadang ia juga ditunjuk untuk menjadi panitia acara bersama dengan teman-teman barunya yang juga telah mengkaji islam sama sepertinya. Sedikit demi sedikit hidup Liana mulai berubah. Pakaiannya yang serba ketat mulai berubah dan berganti menjadi jilbab.

Pergaulannya yang bebas dan sembarangan dengan lawan jenis juga mulai diperbaikinya. Belakangan Ia baru sadar kalau islam yang dipelajarinya saat ini benar-benar berbeda dengan islam yang dipelajarinya sejak kecil, sehingga wajar ketika terjadi banyak sekali benturan pemikiran dalam benaknya.

RanD_StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang